Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P. Roeslani optimistis krisis ekonomi 1998 dan 2008 atau krisis 10 tahunan tidak akan menimpa Indonesia pada tahun depan. Keyakinan ini ditopang dengan kondisi perekonomian nasional dan dunia yang diprediksi membaik pada 2018.
"Saya lihatnya di 2018 lebih baik ya (ekonomi). Saya tidak melihat ada kemungkinan seperti krisis 1998 dan 2008," kata Rosan usai menghadiri acara Seminar Nasional Outlook Industri di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (11/12/2017).
Dia menilai, pelaku usaha yakin terhadap kondisi ekonomi global yang semakin membaik. Pengaruhnya, Rosan mengakui berimbas ke Indonesia sehingga perekonomian nasional dipatok tumbuh 5,4 persen pada 2018.
Advertisement
Baca Juga
"Pertumbuhan kita cukup stabil dan relatif akan meningkat karena harga-harga komoditas mulai naik. Tahun depan pun akan sama karena pertumbuhan ekonomi China akan lebih baik, sehingga harga komoditas meningkat," jelas dia.
Alasan lain krisis 10 tahunan tidak akan melanda Indonesia, kata Rosan, karena dampak dari kebijakan pemerintah membangun infrastruktur secara masif akan mulai terasa pada tahun depan dan seterusnya.
"Tidak bisa secara instan, tapi perekonomian di 2018 akan berjalan lebih bak karena banyak pilkada yang akan membuat ekonomi tumbuh positif lantaran makin banyak spending di daerah," ujar dia.
Perbaikan ekonomi Indonesia, sambungnya, juga akan ditopang dari dampak program cash for work. 30 persen dari dana desa dialokasikan untuk pendapatan pekerja di desa yang mengerjakan proyek padat karya.
"Kalau 30 persen dari Rp 60 triliun, berarti Rp 20 triliun untuk pendapatan pekerja di desa. Ini akan mengalir secara tunai dan akan mendorong belanja masyarakat di perdesaan. Dengan kebijakan-kebijakan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2018 diprediksi akan lebih baik," tutur Rosan.
Dia pun mengaku tidak khawatir dengan kebijakan-kebijakan ekonomi maupun politik yang datang dari negara lain, seperti Amerika Serikat (AS). "Ketidakpastian akan selalu ada. Sekarang orang sudah mulai mengantisipasinya, jadi pasti dampaknya minim kalau sudah diantisipasi," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bukti Ekonomi RI Tumbuh Berkualitas
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengklaim jika pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah berkualitas. Hal ini ditunjukkan dengan realisasi penurunan tingkat kemiskinan, pengangguran, kesenjangan pendapatan antara orang kaya dan miskin (gini rasio), serta tingkat inflasi.
"Pertumbuhan ekonomi disebut berkualitas kalau diiringi dengan beberapa indikator, yakni tingkat kemiskinan, pengangguran, gini rasio turun," kata dia saat acara Seminar Nasional Industri di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin 11 Desember 2017.
Darmin lebih jauh menjelaskan, ekonomi Indonesia dalam dua tahun terakhir mampu tumbuh pada kisaran angka 5 hingga 5,1 persen. Pertumbuhan ekonomi ini cukup tinggi di antara negara-negara besar di dunia, setelah Tiongkok dan India.
"Pertumbuhan ekonomi 5 sampai 5,1 persen. Memang tidak tinggi sekali, tapi sudah diiringi dengan perbaikan indikator lain yang menuju pada kualitas pertumbuhan," ujar dia.
Data menunjukkan, tingkat kemiskinan terus susut dalam tiga tahun terakhir dari 11,25 persen pada 2014 menjadi 10,64 persen pada 2017.
Gini rasio turun dari 0,414 di 2014 menjadi 0,393 pada 2017, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menjadi 5,50 persen di Agustus 2017, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meningkat dari 68,9 pada 2014 menjadi 70,7 pada tahun ini.
"Jadi bisa dikatakan pertumbuhan ekonomi kita kualitasnya baik. Kalaupun dibarengi dengan perubahan struktur ekonomi, tidak ada keraguan pertumbuhan itu berkualitas," tutur Darmin.
Indikator lain yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia berkualitas adalah stabilitas harga. Dalam tiga tahun terakhir, tingkat inflasi berada pada kisaran 3 hingga 3,5 persen.
"Itu sebelumnya tidak pernah kita alami secara berturut-turut. Di masa pemerintahan Orde Baru saja waktu pertumbuhan ekonomi 7-8 persen, tingkat inflasinya sampai dobel digit," dia menjelaskan.
Darmin memproyeksikan tingkat inflasi tahun ini sekitar 3,1 persen atau jauh lebih rendah dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017 yang dipatok inflasi 4,3 persen.
"Hingga November ini, inflasi tahunan 2,87-2,9 persen. Paling sampai akhir tahun ini tidak akan meleset banyak dari 3,1 persen. Jadi pertumbuhan cukup baik, tingkat pengangguran, kemiskinan, gini rasio, dan inflasi turun," pungkas mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu.
Advertisement