Liputan6.com, Jakarta - Tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Perjuangan setiap ibu untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya patut diacungi jempol. Mereka rela berkorban demi kesuksesan buah hatinya.
Hal ini pulalah yang dialami oleh para miliarder dunia. Di balik kesuksesan yang direguk orang terkaya dunia, terselip cerita tentang perjuangan ibu yang berusaha keras memberikan yang terbaik bagi mereka.
Berikut ulasannya dilansir dari CNBC dan Biography.com, Jumat (22/12/2017)
Advertisement
1. Jeff Bezos
Jeff Bezos adalah orang terkaya dunia dengan harta kekayaan mencapai US$ 98,6 miliar. Meski kini menyandang status sebagai miliarder, perjalanan sukses yang harus ditempuhnya tidaklah mudah.
Jeff Bezos lahir saat sang ibu, Jacklyn Gise, masih berusia 16 tahun. Ayah dan Ibunya menikah saat mereka masih remaja. Tak lama setelahnya, orangtuanya berpisah saat Bezos masih berusia 17 bulan.
Masa kecil Jeff Bezos tidak seperti orang kebanyakan. Ia harus merasakan kesulitan hidup saat sang ibu pontang-panting bekerja sembari mengurus Jeff Bezos yang masih kecil.
Namun, hal inilah akhirnya yang membuat Jeff Bezos memiliki nyali dan keinginan kuat untuk bisa sukses. Saat mendirikan Amazon, Bezos juga mendapat sokongan modal tabungan dan bantuan sang ibu.
Pria berkepala plontos yang dulunya dikenal nakal kini sedang membangun kerajaan bisnis pribadi miliknya sendiri. Pada 1995, Amazon.com lahir hingga berkembang sebesar seperti yang kita ketahui saat ini.Â
2. Bill Gates
Bill Gates merupakan putra dari Mary Maxwell Gates. Di balik kesuksesan Bill Gates membesarkan Microsoft, ternyata ada peran dan dukungan besar dari sang ibu.
Seperti dilaporkan Biography.com, Mary Gates ternyata bukan sosok baru di dunia bisnis Amerika Serikat. Ia pernah menjabat beberapa posisi penting dan menjadi petinggi dari beberapa perusahaan besar, seperti First Interstate Bancorp, US West Inc, dan KIRO-TV.
Pada 1975, Mary menjadi direktur wanita pertama di First Interstate Bank. Ia juga menjadi wanita pertama yang menjadi pemimpin sebuah organisasi non-profit United Way wilayah King County.
Tak lama berselang, tepatnya 1983, Mary menjadi direksi dari United Way wilayah Amerika.
Selama kiprahnya di United Way, Mary banyak berkenalan dengan orang besar sesama anggota, salah satunya John R Opel. Ia merupakan anggota komite dari petinggi International Business Machine atau biasa dikenal dengan nama IBM.
Perkenalan Mary dengan Opel yang dianggap sebagai salah satu momen kebangkitan Microsoft. Pada 1980, Mary banyak berdiskusi dengan Opel. Mary juga mengajak IBM untuk bekerja sama dengan Microsoft yang saat itu telah didirikan Bill Gates.
Beberapa minggu kemudian, IBM akhirnya mengambil kesempatan untuk menyewa Microsoft, sebuah perusahaan software kecil saat itu, untuk membuat operating system bagi komputer pertamanya.
Setelahnya, komputer buatan IBM itu sukses besar. Nama Microsoft juga ikut terdongkrak dan mampu dikenal masyarakat hingga saat ini.
Advertisement
3. Mark Zuckerberg
Mark Zuckerberg lahir pada 14 Mei 1984 di New York. Ibunya, Karen Kempner, merupakan seorang psikiater. Peran sang ibu dalam kesuksesan hidup Zuckerberg ternyata sangat vital. Sebagai seorang psikiater, Karen paham bahwa anaknya memiliki bakat besar di bidang ilmu komputer.
Ini yang akhirnya membuat Karen dan suami rela mengajarkan dasar pengetahuan pemrograman komputer pada Zuckerberg di usianya yang masih 10 tahun.
Tak hanya sampai di sana. Kedua orangtuanya juga menyewa seorang programer untuk bisa mengajar Zuckerberg ilmu pemrograman secara privat. Setelah lulus bangku SMA, Karen mengarahkan anaknya untuk mengambil jurusan ilmu komputer dan psikologi di Harvard.
Â
4. Amancio Ortega
Bos dari perusahaan ritel terbesar dunia Zara lahir dari keluarga yang jauh dari kondisi berkecukupan. Masa kecilnya dihabiskan dengan kondisi memprihatinkan. Anak bungsu dari empat bersaudara ini harus tinggal di rumah pengemis dekat dengan rel kereta api.
Sang ibu bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Saking susahnya, ibunya pernah memohon utang di toko kelontong untuk bisa mendapat barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Inilah akhirnya yang membuat Ortega memiliki semangat tangguh dan jiwa pantang menyerah. Kesulitan keluarga inilah yang akhirnya membuat Ortega memutuskan keluar sekolah dan bekerja sejak usia 14 tahun.
Kerja kerasnya pun berbuah hasil. Amancio Ortega kini duduk sebagai orang terkaya nomor empat di dunia dengan kekayaan sebesar US$ 77,9 miliar.
Â
Advertisement
5. Elon Musk
Elon Musk merupakan miliarder pendiri perusahaan otomotif Tesla dan perusahaan antariksa Space-X. Sang Ibu, Maye Musk, memberikan pengaruh besar bagi kesuksesan Elon dan kedua saudara kandungnya.
Maye membesarkan ketiga anaknya sebagai seorang orang tua tunggal. Saat anak-anaknya masih kecil, Maye sangat gencar dalam mendidik anaknya untuk bisa membuat lapangan kerja sendiri.
Usahanya pun berbuah manis. Tidak hanya Elon, kedua anaknya yang lain, Kimbal dan Tosca, juga berprofesi sebagai pengusaha. Di usia yang menginjak 69 tahun, kini ibu Elon Musk masih berprofesi sebagai model dan ahli nutrisi.
Â
6. Richard Branson
Peran besar ibu bagi kesuksesan juga dialami oleh Bos dari Virgin Group, Richard Branson. Dalam tulisan yang ia unggah di situs perusahaannya virgin.com, Richard bercerita bahwa kesuksesannya kini mampu ia raih berkat peran sang ibu yang selalu mengizinkan ia untuk mencoba segala hal dan merasakan kegagalan.
Bagi Richard, kegagalan yang ia alami justru menjadi pelajaran penting dalam perjalanannya sebagai seorang pengusaha. Tanpa kegagalan ia tidak akan bisa memiliki karakter tangguh dan keinginan besar untuk mencoba lebih keras.
"Terlalu sering orang dewasa menjaga anak-anak tetap aman, 'melindungi' mereka dari luka yang dikaitkan dengan kegagalan. Ini adalah sebuah kesalahan besar. Semakin banyak anak diberi tahu bahwa mereka tidak dapat melakukan sesuatu, semakin mereka akan kehilangan rasa ingin tahu dan tekad mereka," tutur Richard.
"Saya bersyukur memiliki ibu yang selalu mendukung, yang bukannya melarang dan mengalahkan rasa ingin tahu saya, tapi malah membiarkan saya memikirkan semuanya dengan kemauan sendiri,"Â kata dia lagi.
Advertisement