Temukan Mata Uang Digital Baru, Pria Ini Sukses Jadi Miliarder

Pria asal Amerika Serikat ini merupakan pendiri dan mantan CEO dari Ripple, cryptocurrency terbesar kedua di dunia berdasarkan kapitalisasi.

oleh Vina A Muliana diperbarui 03 Jan 2018, 21:00 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2018, 21:00 WIB
Penemu cryptocurrency Ripple, Chris Larsen (forbes)
Penemu cryptocurrency Ripple, Chris Larsen (forbes)

Liputan6.com, New York - Mata uang digital atau cryptocurrency jadi topik hangat yang menarik banyak perhatian masyarakat. Penyebabnya tentu karena nilai mata uang digital ini yang terus melonjak. Sepanjang tahun 2017, nilai cryptocurrency melambung hingga lebih dari US$ 600 miliar. Hal ini akhirnya berimbas pada lahirnya para miliarder baru.

Salah satu sosok yang mereguk untung besar dari kesuksesan cryptocurrency adalah Chris Larsen. Pria asal Amerika Serikat ini merupakan pendiri dan mantan CEO dari Ripple, cryptocurrency terbesar kedua di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar.

Seperti dilansir dari Businessinsider, Rabu (3/1/2017), sejak diluncurkan Ripple mampu digandrungi banyak orang. Hingga kini, mata uang digital tersebut mengalami kenaikan hingga 37.000 persen.

Larsen yang mendirikan Ripple pada 2012 memiliki aset 5,19 miliar dalam bentuk cryptocurrency. Jika disejajarkan dengan nilai tukar Ripple sekarang, Larsen berarti memiliki kekayaan sebanyak US$ 12,82 miliar.

Lebih lanjut Forbes melaporkan, Larsen juga memiliki 17 persen saham dari perusahaan yang ia dirikan. Hal ini membuat kekayaannya makin bertambah ke angka total US$ 37,3 miliar.

Dengan kekayaan sebanyak itu, Larsen bisa duduk sebagai orang terkaya nomor 21 di dunia. Kekayaannya Larsen mengekor miliarder asal India, Mukesh Ambani.

 

Selanjutnya

Sebelumnya, pria berusia 57 tahun itu mundur dari jabatan CEO Ripple pada November 2016. Posisi puncak perusahaan kemudian ditempati oleh CEO Ripple yang menjabat hingga kini, Brad Garlinghouse.

Ripple yang dikenal dengan kode XRP didapuk menjadi mata uang digital dengan performa paling baik sepanjang 2017. Awal Januari 2017 lalu, XRP masih memiliki nilai US$ 0,0065 per token. Namun valuasinya berhasil meroket tajam ke angka US$ 2,47 di akhir tahun.

Peningkatan tajam yang dialami Ripple diakibatkan tingginya minat investor Asia pada cryptocurrency satu ini. Lebih dari itu, penguatan Ripple juga disebabkan karena ada anak usahanya di Asia yang mengumumkan konsorsium baru bersama perusahaan kartu kredit Jepang.

"Asia tergila-gila dengan Ripple," kata CEO dan pendiri Polynom Crypto Capital.

XRP didirikan pada tahun 2012 silam dengan nama awal Ripple Labs. XRP memiliki fokus menggunakan teknologi blockchain untuk mempercepat transfer dana lintas batas dan setelmen bank.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya