Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah dunia menguat, dengan minyak patokan global Brent pada satu titik mampu mencapai di atas US$ 71 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014.
Ini dipicu pelemahan dolar, pasokan global yang lebih ketat dan rekor penurunan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat (AS).
Baca Juga
Melansir laman Reuters, Jumat (26/1/2018), harga minyak mentah Brent, patokan minyak internasional, mencapai US$ 71,28 per barel, tertinggi sejak awal Desember 2014.Â
Advertisement
Sementara minyak WTI untuk pengiriman Maret naik 44 sen menjadi US$ 66,05 per barel, atau sebesar 0,7 persen. Sebelumnya, kontrak minyak ini naik menjadi US$ 66,66, tertinggi sejak Desember 2014.
"Depresiasi dolar AS juga memungkinkan harga minyak menguat. Hampir setiap komoditas didorong oleh penurunan dolar ini," kata Carsten Fritsch, Analis Commerzbank.Â
Dolar AS mencapai titik terendah sejak Desember 2014 melawan sekeranjang mata uang lainnya. Ini meluncur lebih jauh karena komentar Presiden Bank Sentral Eropa mendorong euro sehari setelah Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa dolar yang lebih lemah "baik untuk negaranya.
Â
Stok Global
Dolar yang jatuh membuat komoditas berdenominasi dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya dan cenderung mendukung harga minyak.
Pengetatan pasokan global juga telah mengangkat harga minyak, karena Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia terus membatasi pasokan.
Penurunan produksi yang tidak disengaja dalam produksi Venezuela dalam beberapa bulan terakhir telah memperdalam dampak pemotongan output.
Di sisi lain, stok minyak mentah AS telah menurun, menggarisbawahi gagasan bahwa pasokan global seimbang kembali setelah terjadi kelebihan.
Persediaan minyak mentah AS turun ke rekor tertinggi dalam 10 minggu berturut-turut ke level terendah sejak Februari 2015, menurut data resmi AS.
 Produksi minyak mentah AS diperkirakan akan melampaui 10 juta barel per hari (bpd) pada Februari.
Advertisement