Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia tergelincir karena penguatan tajam mata uang dolar Amerika Serikat (AS) setelah berada di level terendah dalam tiga minggu. Selain itu, rencana normalisasi kebijakan dari Bank Sentral Eropa (ECB) ikut menyeret harga emas.
Mengutip Reuters, Jumat (9/3/2018), harga emas di pasar spot melorot 0,4 persen ke US$ 1.320,67 per ounce. Harga tersebut menyentuh puncaknya selama satu pekan.
Advertisement
Baca Juga
Sementara harga emas berjangka untuk pengiriman April turun US$ 5,90 atau 0,4 persen ke harga US$ 1.321,70 per ounce.
"Dolar AS yang menguat menjadi penghambat untuk (harga) emas. Begitu pecah di atas level 90 (vs indeks dolar), maka emas tertekan," kata Analis dari Dillon Gage Metals, Walter Pehowich.
Pergerakan harga emas juga tertahan setelah Gubernur ECB, Mario Draghi mengisyaratkan setiap normalisasi kebijakan di zona Eropa akan dilakukan bertahap.
Bahkan mata uang Euro terhadap dolar AS melemah pasca Draghi mengatakan kebijakan moneter di Eropa akan tetap reaktif.
Fokus investor masih tertuju pada rencana bank sentral Eropa untuk menghentikan program stimulus senilai 2,5 triliun Euro, termasuk kekhawatiran perang dagang di dunia.
"Investor mengawasi apakah ada tanda-tanda kebijakan pelonggaran kuantitatif ECB mereda. Jika ada tanda-tanda begitu, maka Euro akan menguat sedikit," ujar Analis dari EverBank, Chris Gaffney.
Pelaku pasar juga menunggu kabar tentang rencana Amerika Serikat (AS) terhadap pengenaan tarif bea masuk pada beberapa barang impor.
Draghi mengkritik tajam rencana proteksi dagang yang diluncurkan Presiden AS, Donald Trump. Pasalnya Trump dijadwalkan menandatangani aturan pengenaan tarif impor pada pukul 8.30 malam waktu setempat.
Seperti diketahui, Trump akan memungut bea masuk impor baja sebesar 25 persen dan aluminium sebesar 10 persen.
Selain harga emas, harga peran juga susut 0,1 persen ke level US$ 16,48 per ounce dan platinum turun 0,7 persen menjadi US$ 945,74 per ounce.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harga Emas Susut Usai Rilis Data Ekonomi AS
Harga emas melemah didorong data tenaga kerja sektor swasta pada Februari dan dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat.
Harga emas merosot usai the Federal Reserve atau bank sentral AS merilis the Fed Beige Book yang menunjukkan aktivitas ekonomi AS.Harga emas untuk pengiriman April sempat berada di kisaran US$ 1.325,50 per ounce. Kemudian harga emas turun US$ 7,6 atau 0,6 persen ke posisi US$ 1.327,60 per ounce.
Sebelumnya harga emas sempat berada di level tertinggi sejak 16 Februari di kisaran US$ 1.335,20 per ounce. Pergerakan dolar AS membayangi harga emas. Indeks dolar AS naik 0,1 persen di kisaran 89,66. Sebelumnya sempat di posisi 89,41.
Harga komoditas ini seiring berlawanan dengan dolar AS lantaran pengaruhi investor yang memegang mata uang lain."Dolar AS masih pengaruhi harga emas," ujar Managing Partner Altavest, Michael Armbruster seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (8/3/2018).
Dolar AS merosot ke level terendah dalam 16 bulan terhadap yen pada pekan lalu. Investor pun mencari aset investasi aman seperti logam dan yen.
Sedangkan harga emas sempat menguat ketika dolar AS melemah dan penasihat ekonomi AS Gary Cohn mengundurkan diri imbas rencana kebijakan pengenaan tarif impor baja.
"Cohn mengundurkan diri menandakan Presiden AS Donald Trump serius soal tarif impor baja. Jika dolar AS bereaksi terhadap hal itu ada kemungkinan harga emas dapat menguat," kata Armbruster.
Rilis data ekonomi AS juga pengaruhi harga emas. Pada Rabu waktu setempat, ADP melaporkan penambahan tenaga kerja 235 ribu pada Februari. Sementara itu, defisit perdagangan naik lima persen.
"Kenaikan data tenaga kerja ADP akan kembali mendorong fokus investor terhadap kenaikan bunga bank sentral AS pada 2018. Jika data ini konsisten data tenaga kerja AS akan lebih baik," ujar Jeff Wrights, Chief Investment Officer Wolfpack Capital.
Advertisement