Harga Emas Susut Usai Rilis Data Ekonomi AS

Dolar Amerika Serikat menguat dan rilis data tenaga kerja AS membebani harga emas.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Mar 2018, 06:40 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2018, 06:40 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Harga emas melemah didorong data tenaga kerja sektor swasta pada Februari dan dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat.

Harga emas merosot usai the Federal Reserve atau bank sentral AS merilis the Fed Beige Book yang menunjukkan aktivitas ekonomi AS.Harga emas untuk pengiriman April sempat berada di kisaran US$ 1.325,50 per ounce. Kemudian harga emas turun US$ 7,6 atau 0,6 persen ke posisi US$ 1.327,60 per ounce.

Sebelumnya harga emas sempat berada di level tertinggi sejak 16 Februari di kisaran US$ 1.335,20 per ounce. Pergerakan dolar AS membayangi harga emas. Indeks dolar AS naik 0,1 persen di kisaran 89,66. Sebelumnya sempat di posisi 89,41.

Harga komoditas ini seiring berlawanan dengan dolar AS lantaran pengaruhi investor yang memegang mata uang lain."Dolar AS masih pengaruhi harga emas," ujar Managing Partner Altavest, Michael Armbruster seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (8/3/2018).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Selanjutnya

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Dolar AS merosot ke level terendah dalam 16 bulan terhadap yen pada pekan lalu. Investor pun mencari aset investasi aman seperti logam dan yen.

Sedangkan harga emas sempat menguat ketika dolar AS melemah dan penasihat ekonomi AS Gary Cohn mengundurkan diri imbas rencana kebijakan pengenaan tarif impor baja.

"Cohn mengundurkan diri menandakan Presiden AS Donald Trump serius soal tarif impor baja. Jika dolar AS bereaksi terhadap hal itu ada kemungkinan harga emas dapat menguat," kata Armbruster.

Rilis data ekonomi AS juga pengaruhi harga emas. Pada Rabu waktu setempat, ADP melaporkan penambahan tenaga kerja 235 ribu pada Februari. Sementara itu, defisit perdagangan naik lima persen.

"Kenaikan data tenaga kerja ADP akan kembali mendorong fokus investor terhadap kenaikan bunga bank sentral AS pada 2018. Jika data ini konsisten data tenaga kerja AS akan lebih baik," ujar Jeff Wrights, Chief Investment Officer Wolfpack Capital.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya