Liputan6.com, Jakarta - PT Barata Indonesia (Persero) kembali memperkuat lini bisnisnya. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini menjadi mitra strategis dari Siemens Aktiengesellschaft dalam memproduksi turbin khusus untuk industri gula.
Kerja sama ini ini dimulai setelah penandatanganan Strategic Alliance Agreement antara Direktur Utama Barata Indonesia, Silmy Karim dan Head of Southeast Asia Sales Siemens AG, Simon Kemnitzer. Acara ini disaksikan langsung oleh Deputi Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno.
Advertisement
Baca Juga
"Ini adalah kerja sama jangka panjang yang disebut strategic alliance untuk the new opportunities dalam bidang pabrik gula. Siemens dan Barata sudah memulai kerja sama di bidang pembangkit listrik dan dikembangkan menuju peralatan industri gula," kata Harry di kantornya, Selasa (20/3/2018).
Harry berharap dengan terus meningkatnya kemitraan Barata dengan Simens ini, akan menjadi global supply chain bagi Siemens. Saat ini kemitraan ini baru sebatas pemasaran di beberapa negara Asia dan ASEAN.
Di kesempatan yang sama, Silmy mengaku untuk tahap awal, akan diproduksi lima turbin dari hasil kerja sama ini. Turbin ini akan dipasarkan di pabrik gula milik BUMN dan swasta. Untuk BUMN, yang akan menjadi pengguna turbinnya seperti pabrik gula milik PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) dan PT Perkebunan Nusantara XI (Persero).
Menurut Silmy, potensi bisnis di produk ini ke depan masih cukup cerah, mengingat banyaknya perusahaan swasta dan BUMN yang membangun, serta merevitalisasi pabrik gulanya.
"Kita ekspektasi industri gula di bidang turbin sekitar US$100-200 juta dalam dua sampai tiga tahun ke depan. Untuk total investasi pabrik gula diperkirakan dalam tiga tahun ke depan sekitar Rp 5-10 triliun," terang Silmy.
Selain itu, guna percepatan penguasaan teknologi, kerja sama dengan Siemens AG ini juga meliputi program capacity building sumber daya manusia Barata melalui program internship serta pelatihan dalam bidang terkait.
"Apa yang akan kami (Siemens AG) lakukan adalah membangun kapasitas dengan menggunakan konten lokal serta meningkatkan kemampuan SDM sehingga mampu memasok ke negara lain," tutup Kemnitzer.
Barata Indonesia Peroleh Suntikan Modal Rp 300 Miliar
Menjelang akhir tahun, PT Barata Indonesia (Persero) terus mengupayakan pemenuhan modal kerja melalui penerbitan Medium Term Notes (MTN) atau surat utang jangka pendek. PT Barata Indonesia akan memperoleh tambahan pendanaan modal sebesar Rp 300 miliar untuk dialokasikan pada awal 2018.
Suntikan modal pendanaan tersebut dilakukan oleh Barata Indonesia bekerja sama dengan PT Asta Capital Asia (ACA) sebagai arranger. Kepastian itu didapat setelah ditandatanganinya perjanjian dengan pihak investor kemarin di Jakarta yang diwakili oleh Direktur Keuangan dan SDM PT Barata Indonesia (Persero), Yoyok Hadi Satriyono dan Direktur Operasi dan Marketing PT Barata Indonesia (Persero), Tony Budi Santosa.
Direktur Keuangan Barata Indonesia, Yoyok, menegaskan bahwa penambahan modal dibutuhkan Barata Indonesia untuk mengantisipasi kebutuhan modal yang meningkat tajam dengan adanya prediksi perolehan kontrak sebesar Rp 3,2 trillun pada akhir 2017.
"Tujuan penerbitan MTN ini, selain untuk pemenuhan modal kerja dan refinancing pendanaan, juga untuk dijadikan momen pembelajaran dalam mendapatkan alternatif pendanaan nonbank. Selama ini, Barata Indonesia mendapatkan fasilitas permodalan dari perbankan," ucap Yoyok dalam keterangan tertulis, Kamis (7/12/2017).
Sementara itu, Direktur Operasi dan Marketing PT Barata Indonesia (Persero) Tony Budi Santosa menambahkan, kinerja perusahaan jika dibandingkan dengan tahun lalu naik tajam.
Kenaikan perolehan kontrak pada 2017 yang meningkat 300 persen dibandingkan dengan 2016, harus segera direalisasikan menjadi penjualan dan itu membutuhkan pendanaan yang cukup besar.
Perolehan kontrak PT Barata Indonesia yang berkantor pusat di Gresik tersebut, naik 300 persen dari Rp 722 miliar pada 2016 menjadi Rp 3,2 trilliun pada 2017.
"Oleh sebab itu, tambahan pendanaan modal kali ini diharapkan tidak hanya digunakan untuk mengatasi perolehan kontrak yang tinggi, namun juga sebagai salah satu strategi untuk memperoleh kontrak-kontrak besar pada proyek yang akan mendatang," tutur Tony.
Advertisement