Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemberian kredit atau pinjaman pendidikan bagi mahasiswa harus dikaji dengan seksama. Hal tersebut agar tidak menjadi masalah di kemudian hari termasuk dampaknya terhadap resiko kenaikan NPL.
"Kita pelajari kredit pendidikan itu, sekalipun di Amerika NPL (Non Performing Loan)-ya banyak. Kita mesti yang betul. Kalau tidak, repot," ujar Darmin saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (20/4).
Baca Juga
Darmin menambahkan, pemerintah juga masih mengkaji bagaimana nantinya skema pemberian kredit tersebut dilakukan terhadap mahasiswa. Saat ini, pemerintah masih fokus terhadap penerapan pendidikan vokasi.
Advertisement
"Tunggulah kalau soal skema. Kemarin kita baru ngomongnya soal vokasi," jelasnya.
Sebelumnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk meluncurkan kredit pendidikan (student loan) untuk mahasiswa.
Kredit tersebut diberikan dengan plafon hingga Rp 200 juta per mahasiswa dengan bunga hanya sebesar 6,5 persen flat selama 5 tahun.
Direktur Utama Bank BTN, Maryono mengatakan, kredit pendidikan tersebut diluncurkan untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
"Sesuai dengan arahan presiden beberapa pekan yang lalu di rapat seluruh dirut dan komisaris utama seluruh perbankan diarahkan supaya perbankan itu busa memikirkan untuk bisa memberikan kredit pendidikan," kata Maryono di Gedung Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Jakarta, Selasa (10/4/2018).
 Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Tingkatkan Kualitas Pendidikan
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir berharap dengan adanya kredit pendidikan bisa meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia sehingga bisa menaikkan daya saing yang saat ini tertinggal dari Vietnam, Malaysia, Singapur dan Thailand.
"Kalau pendidikan tingginya makin baik dengan sentuhan bankir anak Indonesia tidak lagi putus (kuliah) bisa selesai dan harapan ke depan bisa mencari kerja yang lebih baik dan mampu membayar hutangnya," kata Nasir.
Nasir juga berharap kredit pendidikan tidak akan menjadi sesuatu yang justru menyulitkan bagi mahasiswa ke depannya. "Jangan sampai kredit membelenggu mahasiswa, kami ingin membantu mahasiswa menyelesaikan pendidikan lebih baik."
Advertisement