HEADLINE: Bandara Kertajati Resmi Beroperasi, Mampu Kurangi Beban Soetta?

Presiden Jokowi yakin keberadaan Bandara Kertajati Majalengka akan menjadi titik pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Barat.

oleh NurmayantiPebrianto Eko WicaksonoSeptian DenyIlyas Istianur Praditya diperbarui 25 Mei 2018, 00:00 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2018, 00:00 WIB
Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat. (Dok Kemenhub)
Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat. (Dok Kemenhub)

Liputan6.com, Jakarta - Tepat pukul 09.30 WIB, Pesawat Indonesia 1 yang digunakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendarat di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Majalengka. Ini menjadi penerbangan bersejarah (historical flight) di bandara tersebut, setelah pengerjaannya rampung.

Water Salute, semburan air sebagai tanda selamat datang atas pendaratan perdana pesawat Kepresidenan Republik Indonesia BBJ-2 yang membawa saya pagi ini di Bandar Udara Internasional Kertajati, Majalengka, Jawa Barat.

Demikian Presiden Joko Widodo (Jokowi) menulis dalam akun media sosial Facebook miliknya, untuk menggambarkan kedatangannya saat akan meresmikan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Majalengka, Kamis (24/5/2018).

Dengan adanya bandara ini, Jokowi yakin akan menjadi titik pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Barat. Memang, selama ini, warga Jawa Barat hanya bisa dilayani melalui Bandara Husen Sastranegara, Bandung dan Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

"Kita harapkan Bandara Kertajati ini bisa memberikan pelayanan kepada seluruh warga Jawa Barat dan seluruh masyarakat Indonesia," kata Jokowi di Bandara Kertajati.

Bandara ini menjadi bandara kedua terbesar di Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta). Bandara ini dibangun sejak Desember 2015. Nilai proyek bandara ini mencapai Rp 2,6 triliun.

Bandara Kertajati dibangun di atas lahan seluas 1.800 hektare (ha) dan memiliki landas pacu atau runway berukuran 2.500 x 60 meter dan akan diperpanjang menjadi 3.000 x 60 meter.

Sejak awal direncanakan hingga mulai beroperasinya, Bandara Kertajati dipastikan mampu mengurangi beban di tiga bandara, yaitu Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Halim Perdanakusuma dan Bandara Husein Sastranegara.

"Kalau dikatakan bisa kurangi beban bandara yang ada selama ini, itu tepat sekali. Hanya saja ini harus dibarengi pembangunan akses menuju Bandara Kertajati," kata Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) M. Awaluddin saat berbincang dengan Liputan6.com.

Awaluddin menjelaskan, dari data sepanjang 2017, Bandara Soetta telah melayani 63 juta penumpang, Bandara Halim Perdanakusuma melayani 7 juta penumpang dan Bandara Husein Sastranegara melayani 3,5 juta penumpang.

Belum lagi, potensi penumpang dari beberapa kota seperti Cirebon, Subang, Indramayu dan kota di sekitarnya.

"Kalau semua sudah terkoneksi, sudah menjadi satu antara Jakarta Greather Area dan Jawa Barat, itu mampu kurangi beban total yang bisa ditarik ke sini sekitar 5 juta penumpang per tahun," tambah Awaluddin.

Dengan kapasitas Bandara Kertajati yang tahap pertama ini sebesar 5,6 juta penumpang per tahunnya, Awaluddin mengaku hal itu sudah lebih dari cukup.

Meski begitu, Bandara Kertajati ini masih memiliki lahan yang cukup luas sehingga masih bisa dikembangkan seiring bertambahnya penumpang. Bandara Kertajati siap melayani penumpang mulai awal Juni 2018. Ke depan, bandara itu memiliki terminal berkapasitas 18 juta penumpang. 

Sekjen Indonesia National Air Carriers Association, (INACA) Tengku Burhanuddin mengakui jika keberadaan Bandara Kertajati mampu menjadi alternatif kenaikan penumpang udara yang terjadi setiap tahunnya. Ini dipicu pertumbuhan ekonomi nasional.

Namun, kata dia, Kertajati akan memiliki pasar sendiri bukan serta merta menjadi lokasi pengganti Bandara Soetta. "Itu satu hal berbeda. Ini kan penerbangan kita, kalau ekonomi baik terus maka penerbangan akan bertambah banyak dan penerbangan di Soetta tetap banyak pula karena ibu kota provinsi dan semua kegiatan semua di Jakarta dan Soekarno Hatta tetap tidak bisa dilawan," kata dia.

Infografis Bandara Kertajati
Infografis Bandara Kertajati (Liputan6.com/Abdillah)

Terkoneksi Berbagai Moda Transportasi

Ilustrasi Kereta Bandara. (Dok. KSP)
Ilustrasi Kereta Bandara. (Dok. KSP)

Presiden Jokowi memastikan Bandara Kertajati akan terintegrasi dengan beberapa fasilitas infrastruktur dan moda transportasi. Seperti jalur tol dan Pelabuhan Patimban. Bahkan rencananya akan ada jalur kereta api.

Ketersediaan sarana infrastruktur dan moda transportasi ini demi meningkatkan ekonomi Jawa Barat. "Kita ingin Bandara Kertajati ini terintegrasi dengan Pelabuhan Patimban yang jaraknya kurang lebih 40 km, sehingga integrasi ini bisa memberikan kemudahan pelayanan fasilitas investor masuk. Dengan itu, harapannya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat bisa meningkat," Jokowi memaparkan.

Saat ini juga tengah dibangun jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu). Dengan adanya tol ini, Bandara Husein Sastranegara di Bandung akan terintegrasi dengan Bandara Kertajati. Tol ini diharapkan rampung pada akhir 2018.

Seperti di Soekarno Hatta, Bandara Kertajati akan dilengkapi dengan jalur kereta bandara untuk menarik minat dan mempersingkat waktu penumpang dari Jakarta maupun Bandung.

"Nantinya kereta ini akan membawa penumpang dari Stasiun Gambir menuju Bandara Kertajati dalam waktu kurang dari dua jam. Kereta akan melalui Bekasi Timur, Cikarang, Karawang dan Cikampek," Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Agus Santoso.

Dengan keberadaan Bandara Kertajati dan kereta bandara ini, efektivitas transportasi masyarakat akan terpenuhi.

"Jadi ini terintegrasi dengan jalan tol Cipali, nanti di sini juga akan dibangun jalur kereta. Jadi ini akan terintegrasi antarmodanya dan mampu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Barat," kata Dirjen Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso.

Memang, Pengamat Transportasi Darmaningtyas mengatakan, yang masih menjadi kendala seiring beroperasinya Bandara Kertajati terkait akses menuju ke bandara tersebut.

Akses menuju Bandara Kertajati tidak bisa hanya mengandalkan infrastruktur jalan yang ada. "Hambatannya kan akses menuju bandara, jalannya sempit dan berliku," kata dia.

Darmaningtyas menyarankan, pemerintah harus mencari sarana transportasi lain untuk memudahkan masyarakat menuju ke bandara, salah satunya dengan menghidupkan lagi jalur kereta yang melintasi wilayah Kertajati.‎

"Makanya hanya akan efektif kalau menghidupkan kembali jaringan kereta itu. Karena itu ada jaringan kereta hingga ke Cirebon tapi sudah lama tidak aktif, bahkan sudah sejak kemerdekaan. Kalau itu dihidupkan, itu bisa meningkatkan pengguna. Kalau tidak didukung oleh jaringan kereta, nanti masyarakat yang jauh seperti di Bandung akan lebih memilih ke Halim Perdanakusuma atau Bandara Soekarno-Hatta," tandas dia.

Dia menilai untuk tahap awal, keberadaan bandara ini hanya efektif untuk menarik masyarakat pengguna pesawat yang berada di sekitarnya, seperti Cirebon, Kuningan, Indramayu, Subang, Purwakarta, dan Bandung.

"Paling itu (Bandara Kertajati) hanya diperlukan oleh masyarakat di sekitar Cirebon, Kuningan, Indramayu, Subang, Purwakarta, Bandung. Atau mungkin mereka yang ingin ke Bandung, katakan dari Malaysia, Singapura, mungkin bisa juga lewat situ," ujar dia.

 

Layani Penerbangan Domestik dan Haji

Pesawat Kepresidenan Mendarat Perdana di Bandara Kertajati
Pesawat Kepresidenan membawa Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan rombongan mendarat perdana di Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati, Majalengka, Kamis (24/5). Saat mendarat di bandara, pesawat itu disiram oleh water canon. (Liputan6.com/Pool/Setpres)

Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat pada awalnya akan melayani lima rute penerbangan domestik. Lima rute penerbangan tersebut antara lain, Kertajati-Denpasar, Kertajati-Surabaya, Kertajati-Ujung Pandang, Kertajati-Balikpapan, dan Kertajati-Medan. 

"Jadi lima penerbangan yang sudah ada. Nanti kami siapkan setelah historical flight," ujar Kadishub Provinsi Jawa Barat, Dedi Taufik, Selasa, 22 Mei 2018.

Beberapa maskapai yang sudah siap melayani kelima rute tersebut, adalah Garuda Indonesia, Citilink, dan Sriwijaya Air. Pihaknya pun akan terus mempersiapkan Bandara Kertajati agar dapat digunakan oleh masyarakat.

Memang di tahap awal, memang bandara ini baru bisa melayani 5-6 juta penumpang per tahun. Namun, potensi pasar yang bisa dilayani Bandara Kertajati ini sangatlah besar.

Selain masyarakat Majalengka, bandara ini juga bisa melayani masyarakat Cirebon, Bandung, Karawang dan Purwakarta.

"Kami kerja sama, KSO. Kalau kerja sama bandar udara kan nanti BUMD nanti sudah itu. Kalau KSO operatornya AP II," ujar dia.

Dia pun berharap kelima rute tadi juga dapat digunakan oleh masyarakat yang hendak melakukan libur Lebaran 2018.

"Nanti di Juni mudah-mudahan sudah bisa digunakan untuk mudik. Lihat nanti, pokoknya bisa langsung," kata dia.

Menteri Perhubungan Budi Karya menargetkan ada penerbangan ke lima kota melalui Bandara Kertajati. Kota-kota itu antara lain Medan, Surabaya, Bali, Makassar, dan salah satu kota di Kalimantan antara Balikpapan dan Samarinda.

"Kita ingin Bandara Kertajati ini tidak hanya menjadi pusat ekonomi baru, melainkan juga menjadi kawasan aeropolis yang mengintegrasikan antara kawasan industri dan hunian," dia memaparkan.

Tak hanya melayani penerbangan domestik seperti saat mudik, bandara ini nantinya juga melayani penerbangan haji pada Juli 2018 oleh Maskapai Garuda Indonesia.

Direktur Operasional Garuda Indonesia, Triyanto mengatakan, jumlah penerbangan haji yang akan lewat Bandara Kertajati sekitar 5 kloter. "Itu kan untuk Majalengka dan Sumedang. Berangkat pulang," imbuhnya.

Namun, dia menjelaskan para jemaah haji nantinya tidak akan melakukan penerbangan langsung dari Bandara Kertajati menuju Arab Saudi, melainkan bakal singgah dulu di Bandara Soekarno-Hatta atau yang dikenal dengan sebutan penerbangan antara.

Nantinya jemaah haji yang berangkat dari Kertajati akan diangkut menggunakan pesawat Garuda jenis 330, yang terlebih dulu ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Hal ini karena panjang runway Bandara Kertajati mencapai 2.500 meter, belum memungkinkan untuk didarati pesawat jenis Boeing 777 atau pesawat yang akan menerbangkan jemaah haji ke Arab Saudi.

Berdasarkan peraturan keselamatan, Boeing 777 boleh mendarat di runway dengan panjang 3.000 m. Karena itu, dia mengharapkan proses pengerjaan tambahan runway dapat dilakukan dalam waktu dekat, sehingga pada saat umroh nanti, Bandara Kertajati sudah dapat menampung pesawat yang lebih besar dan siap melayani penerbangan langsung ke Arab Saudi.

"Umroh juga harus (pesawat) yang besar. Umroh kan sesudah haji. Bulan November. Jadi diharapkan sekarang dibangun landasannya pada saat Oktober sudah jadi dan bisa go (layani penerbangan langsung)," papar Triyanto.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengakui bahwa panjang runway Bandara Kertajati memang belum memungkinkan didarati pesawat besar. Karena itu penerbangan antara memang harus dilakukan.

"Enggak ada masalah dengan runway, runway sudah 2.500 m kalau (Boeing) 777 tidak bisa memang tapi kita gunakan alternatif (pesawat jenis) 330 atau yang lain. Pokoknya kita tidak akan melanggar ketentuan berkaitan dengan keselamatan," dia menjelaskan.

"Kerja sama dengan AP II, bulan Juli akan ditambah menjadi 3.000. Jadi tahun depan sudah bisa (Boeing) 777 mendarat di sana. Paling 6 bulan selesai," dia menandaskan.

 

 

 

 

 

Dampak Ekonomi

(Foto: Liputan6.com/Ilyas I)
Interior Bandara Kertajati (Foto:Liputan6.com/Ilyas I)
Keberadaan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati dinilai akan berdampak pada peningkatan investasi ke wilayah tersebut. Terlebih selain bandara, pemerintah juga telah menyiapkan kawasan Aerocity dengan luas mencapai 3.480 ha.
 
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Industri, Johnny Darmawan mengatakan, wilayah di sekitar Bandara Kertajati memang memiliki potensi yang besar untuk menarik investor. Sebab, selain lahan yang masih luas, di wilayah tersebut berdekatan dengan jalur tol.
 
"Itu memang salah satu potensi, karena sudah ada jalan tol. Dan nanti juga ada kereta cepat Jakarta-Surabaya. Sebenarnya itu potensi. Dan di situ juga ada Aerocity dan lain-lain," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com.
 
Di kawasan Aerocity, lanjut Johnny, bisa dibangun sejumlah industrit seperti industri perawatan pesawat atau aircraft maintenance, repair and overhaul (MRO). Selain itu, di kawasan tersebut juga bisa dibangun industri elektronik.
 
"Itu bisa MRO, industri elektronik dan masih banyak yang bisa digarap di sana. Untuk ekspor bisa melalui Pelabuhan Patimban atau Cirebon," lanjut dia.
 
Namun demikian, yang menjadi menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah adalah menyiapkan segara infrastruktur pendukung investasi. Sebagai contoh, harus ada pasokan listrik dan air yang memadai.
 
"Kalau bangun industri, kita harus lihat kesiapan infrastruktur, air, listrik, lahan. Ini potensi. Tetapi pemerintah harus bisa menggiring investor untuk masuk ke sana. Tinggal bagaimana mendorong investasi masuk ke sana," kata dia.
 
Selain itu, pemerintah juga perlu menambah panjang landasan pacu bandara dari 2.500 meter menjadi 3.000 meter. Dengan demikian, pesawat-pesawat berbadan besar bisa mendarat di bandara tersebut.
 
"Pemerintah harus bagaimana landasan Kertajati jangan hanya 2.500 meter, harusnya 3.000 meter, sehingga bisa benar-benar menjadi bandara internasional. Kertajati ini bagus untuk mengatasi masalah. Sekarang semua penumpang internasional dari Karawang, Bandung, harus ke Soekarno-Hatta. Tapi dengan ini kan bisa langsung," tandas dia.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya