Dorong Produksi Garam, Pemerintah Harus Kenalkan Teknologi ke Petani

Saat ini, harga garam lokal lebih mahal daripada garam impor dan kualitasnya juga masih berada di bawah garam impor.

oleh Arthur Gideon diperbarui 10 Jun 2018, 06:45 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2018, 06:45 WIB
Kualitas Garam Lokal Dinilai Belum Penuhi Standar Industri, Solusinya?
Petambak garam di Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon akan diberi motivasi oleh pemerintah terkait pemanfaatan garam untuk leperluan lain. Foto : (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Jakarta - Sebelum mengharapkan adanya peningkatan produksi petani garam lokal, pemerintah seharusnya melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas para petani tersebut.

Hal ini dimaksudkan agar garam produksi mereka juga bisa digunakan untuk kebutuhan industri. Selama ini kebutuhan garam industri dipenuhi melalui impor.

Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi mengatakan, keharusan untuk mengimpor tidak lepas dari belum mampunya para petani garam lokal untuk memenuhi kebutuhan para pelaku industri.

Selain itu, harga garam lokal juga lebih mahal daripada garam impor dan kualitasnya juga masih berada di bawah garam impor.  Garam industri harus sekurang-kurangnya mengandung lebih dari 96 persen natrium klorida. Hal ini, lanjut Hizkia, juga belum mampu dipenuhi oleh garam produksi lokal.

“Oleh karena itu pemerintah sebaiknya juga mengupayakan berbagai kegiatan untuk peningkatan kapasitas mereka dalam bertani garam sehingga hasil produksi garam lokal juga bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan industri,” terangnya seperti dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (10/6/2018).

Kegiatan-kegiatan yang dimaksud antara lain adalah mengenalkan teknologi bercocok tanam secara teori maupun praktek, pelibatan iptek dan membuka kesempatan kepada para petani untuk belajar langsung ke negara-negara produsen garam besar di dunia.

Selain itu, pemerintah juga seharusnya bisa memaksimalkan peran penyuluh pertanian supaya mereka bisa memberikan pendampingan kepada para petani.

“Tidak jarang penyuluh pertanian sulit ditemui karena satu penyuluh seringkali harus bertanggung jawab atas beberapa desa. Padahal peran mereka sangat penting untuk pendampingan dan transfer ilmu,” ungkap Hizkia.

 

Kebutuhan Garam

Saat Pemerintah Buka Lahan Tambak Garam Baru Di Indonesia Timur
Ribuan hektare tambak garam di Kabupaten Cirebon mulai terkikis lantaran abrasi yang makin meluas. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian, kebutuhan garam industri untuk 2018 berjumlah sekitar 3,7 juta ton. Industri yang membutuhkan jumlah garam terbesar adalah industri petrokimia yaitu sebesar 1,78 juta ton.

Berikutnya adalah industri pulp dan kertas yang membutuhkan pasokan garam industri sebesar 708,50 ribu ton. Tempat ketiga diduduki oleh industri pangan yang membutuhkan pasokan garam industri sebesar 535 ribu.

Selain itu masih ada sederet industri yang membutuhkan pasokan garam industri, seperti pengasinan ikan, kosmetik, tekstil, sabun dan deterjen, pakan ternak, penyamakan kulit, pengeboran minyak dan lain-lain.

Jumlah kebutuhan ini, lanjut Hizkia, diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatnya industrialisasi.

Seharusnya potensi peningkatan pendapatan petani melalui garam industri bisa segera ditanggapi seepat mungkin. Memperluas lahan tambak garam tidak akan efektif tanpa adanya peningkatan kapasitas petaninya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya