Liputan6.com, Jakarta - Maskapai Lion Air bakal mendatangkan dan mengoperasikan 23 pesawat baru di Indonesia dan dua negara Asia lainnya. Total pesawat akan mencapai 54 unit hingga 2019 yang dioperasikan Lion Air.
"2018 ini akan ada 23 pesawat, yang baru masuk 4 unit, sisanya 18 lagi," ujar Edward Sirait, Direktur Utama Lion Air Grup, Kamis (28/6/2018).
Diperkirakan ada 31 unit pesawat yang masuk pada 2019. Jadi tahun depan akan ada 54 unit pesawat, dengan rincian pesawat jenis ATR, Nero hingga wide body yang akan dioperasikan Lion Air.
Advertisement
Baca Juga
Namun, puluhan pesawat tersebut tidak selalu akan parkir di Indonesia. Melainkan akan dibagi ke beberapa bandara di Thailand dan Malaysia, untuk penerbangan internasionalnya.
Untuk pesawat berbadan besar atau wide body memang Lion Air bekerjasama dengan Airbus. Bila sebelummya Lion Air sudah miliki empat unit jenis pesawat wide body, Edward pun menargetkan akan menambahnya pada 2018 dan 2019.
"Tentu akan kita tambah, mengingat ekspansi kita kan ke pasar internasional. Bukan hanya Asia, lalu Timur Tengah, juga ke negara-negara di Eropa," tutur Edward.
Negara yang bakal jadi tujuan tersebut tentunya memiliki banyak peminat dari para calon penumpang. Seperti destinasi wisata sampai kunjungan kerja.
Dengan bertambahnya armada, Edward merasa perlu ada penambahan SDM seperti pilot. Saat ini, Lion Air memiliki 4.300 pilot asal dalam dan luar negeri. (Pramita Tristiawati)
Â
Lion Air Ingin Terbangi Langit Prancis dan Jerman
Sebelumnya, Uni Eropa melalui EU Flight Safety List resmi mencabut larangan terbang Indonesia (EU Flight Ban). Maskapai Indonesia yang berjumlah sebanyak 55 maskapai telah memenuhi syarat diizinkan terbang ke Uni Eropa.
Menindaklanjuti hal itu, Lion Air langsung bergerak cepat. Maskapai berlogo singa tersebut tengah melakukan kajian untuk bisa menerbangi beberapa negara di eropa. Dua negara yang dinilai cukup potensial adalah Prancis dan Jerman.
"Yang sudah market sounding itu dari groupnya Lion, dia sekarang tengah jajaki market ke Paris dan salah satu kota di Jerman," ucap Dirjan Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso di kantornya, Senin, 25 Juni 2018.
Prosesnya sendiri, dijelaskan Agus, setelah maskapai melakukan kajian pasar, baru dilanjutkan dengan mengajukan izin untuk bisa menerbangi rute tersebut. Secara paralel, Ditjen Udara Kemenhub juga mengkaji mengenai potensi pasar di kota tujuan.
Tidak hanya izin dari otoritas penerbangan di Indonesia, untuk menerbangi kota di luar negeri juga harus mendapat persetujuan dari otoritas penerbangan di negara bersangkutan.
Mengenai pesawat yang digunakan, Agus menggarisbawahi untuk mennggunakan pesawat berbadan lebar. Karena jauhnya penerbangan menjadikan faktor efisiensi hal yang utama.
"Lion Air itu sepertinya juga tengah melirik Dreamliner (Boeing 787). Karena kalau tidak pakai pesawat berbadan lebar itu akan rugi. Bisa juga pakai Boeing 777 atau Airbus 380," terang Agus.
Menurut Agus, pemilihan Prancis dan Jerman menjadi pasar yang tengah dijajaki Lion AIr adalah satu hal yang positif. Dua negara itu akan memiliki pasar yang potensial jika dikoneksikan dengan Jakarta dan Denpasar.
"Sekarang kan sudah ada penerbangan Garuda Indonesia ke Amsterdam, tapi market Paris dan Jerman itu banyak juga. Dulu pernah ada penerbangan ke Jerman dan ini bagus kalau diterbangi lagi," pungkasnya.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Â
Advertisement