Rupiah Tembus 14.400 per Dolar AS Jelang Akhir Pekan

Nilai tukar rupiah cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang akhir pekan ini. Isu sentimen perang dagang menekan rupiah.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Jun 2018, 13:45 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2018, 13:45 WIB
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Sudah Masuk Level Undervalued
Teller menukarkan mata uang dolar ke rupiah di Jakarta, Jumat (2/2). Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang berada di level Rp13.700 hingga Rp13.800.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang akhir pekan ini. Isu sentimen perang dagang menekan kurs rupiah.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di posisi 14.404 pada Jumat 29 Juni 2018. Rupiah melemah 133 poin dari periode perdagangan 28 Juni 2018 di kisaran 14.271.

Berdasarkan data yahoofinance, rupiah dibuka menguat tipis ke posisi 14.383 per dolar AS dari penutupan kemarin di kisaran 14.385. Pada Jumat siang ini, rupiah bergerak di kisaran 14.323-14.410. Rupiah bergerak di kisaran 14.348 per dolar AS pada Jumat siang ini.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, faktor eksternal masih mendominasi pergerakan rupiah terhadap dolar AS. Salah satunya sentimen perang dagang.

Josua menilai, pelaku pasar khawatir perang dagang dapat pengaruhi pertumbuhan ekonomi global sehingga berdampak ke negara berkembang. Hal itu mengingat negara berkembang andalkan ekspor untuk menopang pertumbuhan ekonominya.

Selain itu, perang dagang juga dikhawatirkan dapat memicu perang mata uang. Josua melihat, China membiarkan mata uang yuan melemah untuk mendorong ekspor China. Ini membuat perang dagang berujung ke perang mata uang.

"Kekhawatiran perang dagang masih menjadi faktor negatif bagi negara berkembang. Tidak hanya rupiah melemah tetapi juga mata uang India rupee melemah. Demikian juga yuan. Yuan pengaruhnya signifikan terutama bagi mitra dagang China,” kata Josua saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (29/6/2018).

Josua menekankan, isu perang dagang menjadi faktor dominan pengaruhi pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS. Apalagi sikap pemerintahan Amerika Serikat yang tidak konsisten. Ini ditunjukkan dengan penerapan tarif impor makin luas ke Uni Eropa. Josua menuturkan, hal tersebut membuat dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang lainnya.

Dari sentimen internal, Josua menambahkan, Indonesia alami defisit perdagangan pada April dan Mei juga membuat kekhawatiran neraca transaksi berjalan akan melebar.

 

 

BI Diprediksi Dongkrak Suku Bunga Acuan

Suku Bank Bank
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Selain isu perang dagang, pelaku pasar mencermati hasil pertemuan rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI). Diperkirakan BI  menaikkan suku bunga acuan atau 7 days reverse repo rate sekitar 25 basis poin.

Kenaikan suku bunga acuan ini dilakukan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek. Josua menilai, kestabilan nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan ketimbang kenaikan suku bunga yang akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, intervensi di pasar juga tidak terlalu pengaruhi.

"Suku bunga BI naik 25 basis poin diharapkan tingkatkan confidence pelaku pasar sehingga tingkatkan stabilisasi rupiah dalam jangka pendek,” kata dia.

Josua perkirakan rupiah masih akan bergerak di kisaran 14.300-14.345 pada Jumat pekan ini.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya