Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan pembangunan smelter yang dikerjakan oleh PT Freeport Indonesia di wilayah Gersik, Jawa Timur baru mencapai 2,43 persen.
"Kalau sampai Febuari 2,43 persen. Target di Agustus tambah 2,75 persen. Kan per enam bulan," kata Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral, Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Bambang Susigit, di Kantornya, Jakarta, Rabu (3/7/2018).
Advertisement
Baca Juga
Secara total, target yang dicanangkan hingga Agustus yakni mencapai 5,18 persen. Namun apabila target tersebut tidak tercapai makan izin ekspor anak usaha Freeport McMoran tersebut akan dihentikan.
"(Kalau tidak sampai target?) Ya ekspornya mandek, jadi ini harus dikerjakan, lokasinya di Gersik," imbuhnya.
Sebagai informasi, Kementerian ESDM telah mengubah Keputusan Menteri ESDM Nomor 413 Tahun 2017, menjadi Keputusan Menteri ESDM Nomor 1872 Tahun 2018.
Dengan adanya perubahan tersebut, maka jangka waktu status Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) operasi produksi Freeport Indonesia diperpanjang menjadi 31 Juli 2018. Di mana sebelumnya jangka waktu status IUPK Freeport akan habis pada 4 Juli 2018.
Â
Â
Tahapan
Bambang mengatakan saat ini proses pengerjaan smelter yang dilakukan di wilayah Gersik sudah dalam beberapa tahapan. Mulai dari pengeboran hingga pemasangan tiang-tiang.
"Ini kan di pinggir pantai, ini hanya sekarang di bor, dipasang pancang, 2019 itu baru kita kontruksi, ujarnya.
Sebelumnya, PT Freeport Indonesia (PTFI) menegaskan bahwa pembangunan smelter atau fasilitas pengolahan dan pemurnian konsentrat di Gresik, Jawa Timur sedang berjalan. Perusahaan telah menggelontorkan USD 103 juta untuk membangun smelter tersebut.
Executive Vice President Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan perusahaan telah mengucurkan USD 103 juta untuk pembangunan smelter tersebut hingga April 2018. Dengan asumsi kurs Rp 14.205 per dolar AS (JISDOR), maka nilai investasi tersebut sekitar Rp 1,46 triliun.
Reporter:Â Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement