Alasan Inalum Pilih Bank Asing buat Ambil Alih Saham Freeport

PT Inalum membeberkan alasan perseroan memilih bank asing untuk membiayaai divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia (PTFI).

oleh Merdeka.com diperbarui 23 Jul 2018, 16:46 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2018, 16:46 WIB
Freeport Indonesia (AFP Photo)
Freeport Indonesia (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Inalum membeberkan alasan perseroan memilih bank asing untuk membiayaai divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia (PTFI).

Head of Corporate Communications PT Inalum, Rendi Achmad Witular menuturkan, hal itu dilakukan demi menghindari terjadinya fluktuasi rupiah, yang bisa saja terjadi bila pendanaan dilakukan oleh perbankan nasional.  

"Terkait pendanaan semua akan dibiayai oleh bank asing. Karena kalau pendanaan dari bank lokal, ada kemungkinan mempengaruhi fluktuasi rupiah. Dan kami tidak mau hal itu," tutur dia dalam acara diskusi yang digelar di Ruang Serba Guna Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Senin (23/7/2018).

Rendi mengatakan, transaksi tersebut memang dilakukan di luar dan dalam bentuk dolar Amerika Serikat. Selain itu juga, kata dia, pendapatan Inalum dan PTFI sendiri dalam bentuk dolar AS. 

"Jadi memang regulator menyarankan agar asal pendanaan dipilih bank asing agar tidak mengganggu nilai rupiah. Dan lebih dari itu, pendanaan dari bank asing ini sekaligus untuk memberikan optimisme bahwa potensi bisnis yang terkait dengan tambang Grasberg sangat besar. Sehingga tidak mungkin bank asing mau masuk kalau tidak potensial,” kata Rendi.

Terkait pemberian dana pinjaman, Rendi juga mengungkapkan yang menjadi jaminan tersebut adalah potensi bisnis tambang tersebut. Sedangkan terkait besaran dana pendanaan yang dikucurkan investasi dari Inalum dan holding, dia menolak untuk merincikan. "Ini sangat teknis dan masih dalam proses," tutur dia.

Sementara itu, Pengamat Energi UGM, Fahmy Radhi menepis kekhawatiran ada pengurangan hak saham bilamana pendanaan dilakukan seluruhnya oleh bank asing.  

"Kalau semua pemberi pinjaman dari bank asing, itu tidak mengurangi hak-hak Inalum dalam saham. Jangan ada khawatir, lantaran itu asing akan menguasai saham. Kecuali, kalau memang saham diambil asing,” tutur dia. 

Sebelumnya, dirinya menegaskan divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia (PTFI) senilai USD 3,85 miliar tidak dibiayai oleh Bank milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pembiayaan atau utang untuk membeli saham Freeport berasal dari bank asing.

"Namun dirinya belum bisa merincikan bank asing apa saja yang akan memberi pinjaman kepada Inalum. "Iya semuanya bank asing. Kami belum bisa ungkapkan (bank asing itu)," kata Rendi.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Akuisisi Saham Freeport, Inalum Didanai Bank Asing dan Swasta

banner Freeport
Perubahan Status Kontrak Freeport Indonesia

Sebelumnya, Ketua Himpunan Bank Negara (Himbara) Maryono memastikan 4 bank BUMN tidak ikut serta dalam menyuntik modal bagi PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dalam rangka mengakuisisi saham PT Freeport Indonesia sebesar 51 persen.

Untuk diketahui, sebelumnya pemerintah menargetkan 11 bank bakal meminjamkan dana USD 3,85 miliar kepada Inalum. "Kami dari BTN tidak akan ikut dalam pembiayaan dalam pengalihan saham Freeport dan 4 bank BUMN juga kemungkinan sama. Tidak ikut dalam pembiayaan," ujar Maryono saat ditemui di Kantor Pusat BTN, Jakarta, Rabu 18 Juli 2018.

Maryono menjelaskan, pembiayaan akusisi saham Freeport akan didominasi oleh bank bank asing dan juga bank swasta. Hal ini dilakukan untuk menarik dana masuk ke dalam negeri.

"Ya ini nanti akan dikonsentrasikan dibiayai oleh bank-bank asing, dan bank swasta. Alasannya supaya ada juga uang mengalir dari negara-negara lain sehingga bisa menambahkan devisa kita," ujar Maryono.

Direktur Utama Bank BTN tersebut menambahkan, sejak awal memang pihak Bank BTN tidak diikutsertakan dalam pembiayaan Freeport. "BTN tidak diajak, memang BTN tidak akan ikut karena bukan sektor dari pada kita," tandasnya.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya