4 Cara Garuda Indonesia Hindari Kerugian di 2018

PT Garuda Indonesia, (Persero) Tbk diprediksi tidak bisa mencapai target untuk mencapai break even point pada tahun ini.

oleh Merdeka.com diperbarui 09 Agu 2018, 17:10 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2018, 17:10 WIB
Garuda Indonesia resmi mengoperasikan penerbangan langsung Denpasar- Mumbai PP.
Garuda Indonesia resmi mengoperasikan penerbangan langsung Denpasar- Mumbai PP.

Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Indonesia, (Persero) Tbk diprediksi tidak bisa mencapai target untuk mencapai break even point pada tahun ini. Artinya, ada kemungkinan perusahaan akan kembali merugi.

Break even point adalah sebuah titik dimana biaya atau pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang sehingga tidak terdapat kerugian atau keuntungan.

Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansyuri mengungkapkan, saat ini terjadi kenaikan harga bahan bakar serta rupiah yang tengah terdepresiasi atau melemah sehingga memberatkan perjuangan perusahaan untuk lolos dari jerat kerugian yang selama ini terus dialami.

"Tentunya harapan kita awalnya bisa break event di tahun ini, tapi tentunya dengan kondisi kenaikkan bahan bakar yang kita lihat saat ini bisa kurang lebih 15 persen dan juga adanya depresiasi Rupiah yang ini kita perlu lekukan penghitungan ulang," kata Pahala, saat ditemui di Gedung Menara BCA, Jakarta, Kamis (9/8/2018).

Kendati demikian, Pahala tidak menutup kemungkinan break even point bisa tercapai. Setelah dilakukan penghitungan ulang, perusahaan telah kembali menyusun empat strategi baru.

"Apakah kita bisa melakukan rencana break event tadi? Tentunya pertama meningkatkan utilisasi pesawat, dan terus melakukan renegosiasi untuk leasing pesawat yang kita miliki," ujarnya.

Strategi kedua adalah menjaga kualitas produk melalui ontime performance yang kan ditingkatkan. Sebagai informasi, kinerja perusahaan pada paruh pertama 2018 mencatat ontime performance cukup tinggi yaitu mencapai 89 persen.

"Juli ontime performance ranking 7 di dunia. Jadi ini juga bisa untuk menjaga kualitas dan layanan yang baik sehingga masyarakat terus memilih Garuda sebagau private airlines mereka," ujarnya.

 

Strategi Ketiga dan Keempat

Menteri Susi Ikuti Kartini Flight Bersama Kru Wanita Garuda Indonesia
Captain Pilot Capt. Ida Fiqriah (kiri) dan First Officer/Co-Pilot Melinda (kanan) sebelum mengikuti penerbangan khusus Kartini Flight rute Jakarta - Yogyakarta di Bandara Soetta, Tangerang, Banten, Sabtu (21/4). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Selanjutnya, strategi ketiga adalah meningkatkan efisiensi baik melalui renegoisasi maupun penghematan biaya-biaya lainnya.

"Termasuk juga bagaimana kita mengoptimalkan pesawat ATR dan CRG kita, pesawat ATR CRG kan salah satu inisiatif yang kita lakukan adalah melaunching produk eco basic harganya dimana lebih terjangkau dibandingkan sebelumnya khsusunya di 21 rute ATR dan CRG kita. Kita harap kan bisa meningkatkan optimalisasi pesawat yang kita miliki." kata dia.

Sementara itu untuk strategi terakhir atau yang keempat adalah melakukan diversifikasi pendapatan perusahaan.

Diversifikasi adalah usaha penganekaragaman produk atau lokasi perusahaan yang dilakukan suatu perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan sehingga arus kas perusahaan dapat lebih stabil.

Keempat, bagaimana Garuda Indonesia mendiversifikasi pendapatan baik di luar jasa penerbangan.

"Kemudian meningkatkan pendapatan di luar penumpang yaitu cargo kita harap bisa meningkat 10 persen bahkan kalau bisa diatas 15 persen, dan juga revenue lainnya di luar penumpang." tutup dia. 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya