Pengusaha Sebut Pelemahan Rupiah Masuk Lampu Kuning

Melemahnya rupiah diakibatkan oleh sentimen perang dagang AS-Tiongkok, dan krisis ekonomi di Turki dan Argentina.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 01 Sep 2018, 11:12 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2018, 11:12 WIB
Pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS
Petugas menunjukkan uang pecahan dolar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (18/5). Pagi ini, nilai tukar rupiah melemah hingga sempat menyentuh ke Rp 14.130 per dolar Amerika Serikat (AS). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah hingga menyentuh 14.725 per Dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot. Bahkan, harga jual dolar AS di salah satu bank nasional pun telah menembus di atas Rp 14.900 per USD.

Menanggapi hal tersebut, Ketua BPP Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Anggawira menyatakan depresiasi kurs rupiah terhadap dolar saat ini bahaya dan dapat memicu terjadinya krisis moneter lagi.

“Kita tidak boleh menganggap enteng pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini yang menembus Rp 14.725 hampir mendekati Rp 15.000. Nanti jika pihak swasta yang meminjam anggaran negara dan pas jatuh tempo tak mampu bayar karena beratnya kurs. Ini sangat beresiko,” tutur Anggawira di Jakarta, Sabtu (1/9/2018).

Anggawira yang juga pengusaha ini pun menambahkan, pelemahan rupiah ini pun nantinya akan berimbas pada masyarakat.

Ia rasa kekhawatiran masyarakat akan naiknya harga-harga bahan pokok tersebut dipicu depresiasinya nilai tukar rupiah.

“Ya, saya khawatir. Namun, saya lebih mengkhawatirkan masyarakat kita karena harga-harga bahan pokok yang melambung tinggi ini dipicu oleh nilai tukar rupiah yang melemah,” sambungnya.

Lebih lanjut, Anggawira mengatakan pemerintah dengan tim ekonominya harus bisa menahan laju depresiasi rupiah sehingga persoalan tersebut segera terselesaikan.

“Ya, pemerintah harus benar-benar berpikir ekstra untuk mengatasi persoalan ini, saya lihat ini kan sepertinya kita tak ada daya. Seharusnya, pemerintah dan tim ekonominya memikirkan solusi agar bisa menahan laju depresiasi nilai tukar rupiah,” tutupnya.

Sebagai informasi, berdasarkan Data Yahoo Finance pukul 12.00 WIB di pasar spot exchange rupiah berada di level Rp 14.725 per dolar AS atau terdepresiasi 40 poin (0,27 persen) dibandingkan perdagangan sebelumnya Rp 14.685.

Level ini adalah level terendah sejak awal tahun ini. Level terendah rupiah tercatat Rp 14.790 pada 20 September 2015.

Melemahnya rupiah diakibatkan oleh sentimen perang dagang AS-Tiongkok, dan krisis ekonomi di Turki dan Argentina yang memberikan tekanan kepada negara berkembang dengan defisit neraca berjalan (current account deficit).

Lalu berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap euro menguat 0,03 persen ke Rp 17.174,97, rupiah terhadap pound sterling melemah 0,26 persen ke Rp 19.169, rupiah terhadap yen melemah 0,61 persen ke Rp 132,73, rupiah terhadap yuan menguat 0,03 persen ke 2.153,42, rupiah terhadap dolar Singapura menguat 0,15 persen ke Rp 10.756,47.

Kemudian berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah pada perdagangan hari ini berada di kurs tengah Rp 14.711 atau terdepresiasi 56 poin dari perdagangan sebelumnya Rp 14.655. Rupiah diperdagangkan di kisaran Rp 14.785 (kurs jual) dan Rp 14.637 (kurs beli).

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

Dolar AS Menguat, Money Changer Kebanjiran Transaksi

Pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS
Petugas memperlihatkan uang pecahan dolar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (18/5). Pagi ini, nilai tukar rupiah melemah hingga sempat menyentuh ke Rp 14.130 per dolar Amerika Serikat (AS). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Melemahnya nilai tukar rupiah ke posisi 14.767 per dolar Amerika Serikat (AS) membuat permintaan transaksi akan dolar Amerika Serikat (AS) membludak di money changer.

Kenaikan permintaan pertukaran rupiah ke dolar AS bisa mencapai 80 persen dalam sehari. Supervisor PT Dolarindo Intravalas Primatama Money Changer, Gabe Hutapea mengatakan, permintaan pertukaran dolar AS mencapai 20 persen pasca menguatnya dolar AS. 

"Kenaikan permintaan tukar dolar ke rupiah di kami bisa 20 persen dalam sehari, tapi beda-beda. Di money changer lain bahkan bisa capai 80 persen sehari," tutur dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (31/8/2018).

Permintaan tersebut, kata Gabe, datang dari permintaan individual maupun juga korporasi. "Yang boyong ini ada dua kategori, pertama yang saving dolar di tabungannya dan pas kondisi seperti ini mereka langsung ambil semua tabunganya dan jual ke kita. Kedua ada basic corporate, perusahaan juga punya tabungan dolar," ujar dia.

Kendati demikian, ia menyebutkan permintaan penukaran dolar AS ini datang dari kelas menengah ke atas. "Di situasi seperti ini hampir semua golongan berbondong-bondong tukar dolar AS, tapi mayoritasnya bisa dikatakan menengah ke atas," ungkap Gabe.

Untuk transaksi harian pada umumnya, Gabe mengungkapkan permintaan penukaran valas ke rupiah bisa mencapai USD 40 ribu atau Rp 588 juta (1 USD=14.706).

"Sebelum ada kenaikan dolar, untuk permintaan dari sisi valas ke rupiah bisa hampir USD 40 ribu hingga USD 100 ribu per hari. Sedangkan dari sisi rupiah bisa Rp 1 miliar lebih dalam sehari," kata Gabe.

 

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya