Harga Emas Naik dari Posisi Terendah dalam 2 Pekan

Harga emas telah turun lebih dari 10 persen dari posisi puncaknya pada April, dipicu perang perdagangan antara China dan Amerika Serikat (AS).

oleh Nurmayanti diperbarui 12 Sep 2018, 06:44 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2018, 06:44 WIB
Ilustrasi Harga Emas Naik 1
Ilustrasi Harga Emas Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta Harga emas berbalik positif, setelah investor mulai membeli saat harga emas mendekati posisi USD 1.200 per ounce. Namun harga logam mulia ini tetap di bawah tekanan setelah mencapai level terendah dua minggu dan dolar kembali menguat di tengah sentimen risk-off yang meluas, dibayangi kenaikan tingkat bunga AS dan prospek meningkatnya ketegangan perdagangan AS-Cina.

Harga emas di pasar spot naik 0,2 persen menjadi USD 1.197,28 per ounce. Emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup naik USD 2,40, atau 0,2 persen, menjadi USD 1.202,20 per ounce.

Investor mulai membeli lebih banyak emas karena posisi harga merayap menuju level psikologis USD 1.200, menurut Phil Streible, Ahli Strategi Komoditas Senior di RJO Futures di Chicago.

"Beberapa investor melihat (harga) di bawah USD 1.200 sebagai jendela untuk membeli, karena secara historis kita belum melihat emas di bawah USD 1.200 sejak akhir Desember 2016, meskipun saya pikir itu akan turun untuk menyamai posisi terendah sebelumnya," jelas dia seperti mengutip laman Reuters, Rabu (12/9/2018).

Selain emas, nilai tukar Dolar AS juga menguat tipis terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya. Namun dalam perdagangan selanjutnya, greenback mundur dari posisi tertinggi sebelumnya, yang membantu mendorong harga emas lebih tinggi.

Harga emas telah turun lebih dari 10 persen dari posisi puncaknya pada April, dipicu perang perdagangan antara China dan Amerika Serikat (AS). Kondisi ini telah mendorong investor untuk mencari keamanan investasi dalam dolar daripada emas.

Hal yang mendorong penguatan greenback adalah komentar dari Presiden AS Donald Trump bahwa ia siap memberlakukan tarif pada hampir semua produk impor China yang masuk ke Amerika Serikat serta adanya laporan data pekerjaan AS yang kuat.

Data pekerjaan pekan lalu menguatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga AS pada bulan September.

Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan imbal hasil obligasi, membuat bullion non-yield kurang menarik. Mereka juga cenderung meningkatkan dolar, membuat emas yang berharga lebih mahal bagi investor non-AS.

Adapun harga perak turun 0,4 persen ke posisi USD 14,10 per ounce, setelah mencapai titik terendah sejak Januari 2016 di USD 13,90.

Sementara harga Platinum naik 0,6 persen menjadi USD 786,99 per ounce, Serta paladium kehilangan 0,4 persen ke posisi USD 971,49 setelah mencapai posisi tertinggi dalam hampir 12 minggu di USD 991,15 pada hari Senin.

Harga Emas Sebelumnya

Ilustrasi Harga Emas (4)
Ilustrasi Harga Emas

Rilis data tenaga kerja dan upah Amerika Serikat (AS) diperkirakan pengaruhi gerak harga emas pada pekan ini.

Dengan kenaikan upah di AS akan menjadi pertimbangan bank sentral AS atau the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga. Hal tersebut akan berdampak terhadap harga emas.

Pada Jumat pekan lalu, rilis data tenaga kerja pada Agustus mendorong harga emas di bawah posisi USD 1.200 per ounce. Harga emas untuk pengiriman Desember ditransaksikan di posisi USD 1.200,40 per ounce. Ini akan pengaruhi harga emas pada pekan ini.

"Harga emas akan melemah dan coba level terendah pada pekan ini. Jangan terkejut bila sentuh USD 1.183 dalam jangka pendek," ujar Head of Global Strategy TD Securities, Bart Melek, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (10/9/2018).

Harga emas berbalik arah menyusul laporan tenaga kerja AS dari Agustus yang bertambah 210 ribu. Sementara tingkat pengangguran tetap di 3,9 persen. Sementara itu, rata-rata upah naik 0,4 persen pada Agustus 2018. Sedangkan kenaikan gaji tahunan menjadi 2,9 persen yang termasuk pertumbuhan terkuat dalam sembilan tahun.

"Pertumbuhan upah secara riil juga jadi katalis menekan inflasi. Suku bunga the Fed akan naik bertahap. Kami berpikir hal itu tidak terlalu menekan emas. Namun, sulit melihat reli harga emas secara signifikan sementara the Fed tidak mundur," tutur Melek.

Sementara itu, Ekonom Capital Economics, Paul Ashworth menuturkan, rata-rata penghasilan per jam naik merupakan berita besar bagi the Federal Reserve.

"Ini jelas menunjuk pada kenaikan suku bunga lainnya pada pertemuan the Federal Reserve berikutnya. Kemungkinan akan naik 25 basis poin. The Fed memperkirakan kenaikan suku bunga sebanyak dua kali lagi," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya