Startup Bisa Jadi Penggerak Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Pelemahan Rupiah

Para unicorn seharusnya mampu lebih memahami peran mereka dalam pergerakan ekonomi Indonesia.

oleh Septian Deny diperbarui 13 Sep 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2018, 14:00 WIB
Startup
Ilustrasi Startup (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran startup, khususnya dengan nilai valuasi mencapai USD 1 miliar atau biasa disebut unicorn, diharapkan mampu membantu pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan inovasi di Tanah Air.

Anggota Komisi XI DPR RI, Eva Kusuma Sundari mengatakan, para unicorn ini seharusnya mampu lebih memahami peran mereka dalam pergerakan ekonomi Indonesia, terutama saat rupiah tengah melemah seperti saat ini.

"Indonesia perlu tingkatkan index kompetisi agar para unicorn tetap stay menggarap pasar dalam negeri, karena potensi kita sangat besar," ujar dia di Jakarta, Kamis (13/9/2018).

Dia menjelaskan, dengan didukung populasi yang besar dan jumlah pengguna internet yang terus meningkat, Indonesia kini perlahan-lahan bergerak menuju ekosistem ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebut 143,26 juta orang Indonesia menggunakan internet pada akhir 2017. Saat ini setidaknya terdapat empat unicorn di Indonesia yaitu GoJek, Tokopedia, Traveloka dan Bukalapak.

‎‎"Jelas jumlah ini merupakan pasar yang sangat menggiurkan bagi perusahaan rintisan yang bermimpi untuk menjadi unicorn," kata Eva.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Aturan Jelas

Startup
Ilustrasi Startup (iStockPhoto)

Sementara itu, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengungkapkan, pemerintah seharusnya membuat aturan yang jelas soal kinerja para unicorn.

Sebab, dia menilai selama ini pemerintah kurang antisipasi terhadap perubahan lingkungan bisnis yang bergerak ke arah digital.

"Regulasi tidak ada. Yang sekarang hanya bersifat parsial. Contoh ride sharing hanya diatur PP Menhub. Padahal bisnis unicorn seperti GoJek berkembang luas menjadi 10 bidang. Perlu peta jalan dan blueprint yang jelas. Ekonomi digital adalah keniscayaan. Tinggal aturan yang jelas untuk meminimalkan ekses. Kita harus maksimalkan manfaatnya," tandas Enny.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya