Punya Kemampuan Ini Bakal Bertahan Hadapi Revolusi Industri 4.0

Baik pemerintah dan masyarakat pun harus mempersiapkan diri menghadapi revolusi industri 4.0

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Okt 2018, 15:43 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2018, 15:43 WIB
Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri
Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi yang begitu cepat dan masif sudah mulai diadaptasi oleh industri-industri di Indonesia. Proses produksi dan bisnis pun turut berubah dengan masuknya teknologi digital. Untuk hadapi hal tersebut, pemerintah pun meluncurkan revolusi industri 4.0.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Hanif Dhakiri, menyatakan revolusi industri ini akan banyak mengubah industri dan karakter pekerjaan. Hal ini pun menjadi suatu tantangan bagi anak muda karena tuntutan kemampuan yang dibutuhkan juga berubah. Namun, tantangan ini harus dihadapi dengan suatu sikap optimistis dan responsif terhadap perkembangan zaman.

"Makanya orang bisa mengatakan yang bakal bertahan hidup bukan yang paling kuat bukan pula yang paling pintar. Yang akan bertahan hidup adalah mereka yang paling responsif terhadap perubahan," ujar dia di Gedung KLY, Jakarta, seperti ditulis Senin (8/10/2018).

Menurut Hanif, akan ada banyak perubahan-perubahan di bidang ketenagakerjaan. Akan ada sejumlah pekerjaan yang hilang, namun juga akan tercipta pekerjaan-pekerjaan baru.

"Beberapa survei menyebutkan sekitar 58 persen pekerjaan yang ada akan hilang. 65 persen pekerjaan yang mendatang adalah pekerjaan-pekerjaan yang tidak dikenal pada saat ini," kata dia.

Hanif menilai, pekerjaan yang akan bertahan menghadapi revolusi industri ini di antaranya ekonomi digital dan jasa. Dengan demikian, soft skill seperti karakter kerja, kreativitas, dan inovatif menjadi sangat penting.

Menghadapi perubahan ini, pemerintah melakukan masifikasi agar nantinya bonus demografi memiliki kualitas untuk bersaing. Hanif mengungkapkan, kualitas sumber daya manusia di Indonesia sebenarnya sangat beragam.

Ia mencontohkan prestasi Indonesia di ASEAN Skills Competition 2018 yang meraih juara dua dengan mendulang 13 medali emas. Namun Hanif mengakui jumlah SDM yang berkualitas dan pemerataannya masih menjadi problem.

  

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Siapkah Indonesia?

Hanif Dhakiri
Era disrupsi Industri 4.0, Menaker: Investasi di Indonesia menguntungkan.

"Mau tidak mau, suka gak suka, kita harus siap (menghadapi revolusi industri) karena sudah berjalan," tutur Hanif.

Apalagi, mengingat jumlah bonus demografi di Indonesia yang terus meningkat. Bonus demografi ini diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030.

"Jika yang jumlahnya lebih besar daripada yang tidak produktif memiliki pendidikan, skills dan karakter yang baik, ini akan menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk memaksimalkan ekonomi, melakukan pembangunan, dan sebagainya," lanjutnya.

Namun, bonus demografi ini malah bisa menimbulkan masalah sosial bagi Indonesia jika tidak dikelola dengan baik.

Untuk memastikan kualitas bonus demografi ini, pemerintah terus menggenjot investasi sumber daya manusia dan meningkatkan akses terhadap pendidikan berkualitas. Pemerintah pun menggandeng pihak-pihak lain untuk bekerjasama di antaranya industri swasta, masyrakat sipil, serta kreator-kreator muda. (Felicia Margaretha)

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya