Menaker: Investasi di Indonesia Menguntungkan

Era disrupsi Industri 4.0, Menaker: Investasi di Indonesia menguntungkan.

oleh Cahyu diperbarui 02 Okt 2018, 14:11 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2018, 14:11 WIB
Hanif Dhakiri
Era disrupsi Industri 4.0, Menaker: Investasi di Indonesia menguntungkan.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Ketenagakerjaan, M. Hanif Dhakiri, mengatakan bahwa tantangan ekonomi di era disrupsi industri 4.0 semakin besar. Walaupun begitu, berinvestasi di Indonesia akan tetap menguntungkan bagi semua pihak di masa mendatang.

“Saya pastikan berinvestasi di Indonesia akan membawa keuntungan bagi kita semua pada masa-masa yang akan datang," ujarnya, saat menjadi pembicara pada US-Indonesia Investment Summit 2018 yang digelar AmCham Indonesia dan US Chamber of Commerce di Washington di Jakarta, Kamis (27/9/2018).

US-Indonesia Investment Summit 2018 tersebut dihadiri oleh Executive Director Southeast Asia U.S. Chamber of Commerce John Goyer dan Managing Director American Chamber of Commerce Indonesia Lin Neumann.

Hanif mengatakan, pemerintah akan terus memberikan perhatian secara serius terhadap iklim investasi yang kondusif, termasuk menjaga iklim ketenagakerjaan yang stabil bagi investor.

“Adanya kepastian pengupahan, jaminan sosial, hubungan industrial yang baik, serta perubahan paradigma Mayday yang makin kondusif, akan mampu menarik investasi masuk ke Indonesia,” ucapnya.

Hanif menjelaskan bahw Presiden juga telah menetapkan fokus pada pembangunan Sumber Daya Manusia pada tahun depan.

“Target nasional pelatihan vokasi mencapai 1,4 juta orang. Bahkan, Presiden juga mengarahkan untuk membangun 1.000 BLK Komunitas di tahun 2019," kata dia. 

Dalam bidang penempatan tenaga kerja, pemerintah mencanangkan penciptaan 10 juta lapangan kerja. Dalam kurun waktu 2015 - Agustus 2018 Pemerintah telah berhasil menempatkan 9.483.672 orang.

“Saya optimis target 10 juta lapangan kerja pada tahun 2019 dapat tercapai," ujar Hanif. 

Lanjutnya, capaian strategis lain dalam bidang hubungan industrial adalah meningkatnya kepesertaan jaminan sosial tenaga kerja. Hingga Agustus 2018, peserta jaminan sosial tenaga kerja mencapai 28.127.702 orang. 

“Kami pun telah mendorong agar Mayday tidak lagi identik dengan demo buruh. Mayday is a funday!. Terbukti, jumlah buruh yang mengikuti demo pada saat Mayday menurun dari 204.920 orang pada tahun 2015 menjadi 100.066 pada tahun 2018," ucap Hanif.   

Ia berharap adanya kepastian pengupahan, jaminan sosial, dan perubahan paradigma Mayday ini dapat meningkatkan iklim ketenagakerjaan semakin kondusif dan berhasil. 

“Angka perselisihan industrial menurun dari 2.683 kasus pada tahun 2014, menjadi 1.316 kasus sepanjang Januari-Agustus 2018," kata Hanif.

Hingga saat ini, imbuhnya, pihaknya sedang dan terus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan vokasi melalui strategi triple skilling, yakni skilling, upskilling, dan reskilling. Bagi tenaga kerja yang belum punya keterampilan dapat mengikuti  program skilling agar punya keahlian di bidang tertentu. 

“Bagi tenaga kerja yang telah memiliki skill dan membutuhkan peningkatan akan masuk program upskilling. Sedangkan yang ingin beralih skill dapat masuk ke program reskilling, “ ujar Hanif.

 

 

(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya