Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab tudingan calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto soal ketidakmampuan pemerintah Jokowi-JK dalam mengejar penerimaan perpajakan. Prabowo sebelumnya mengatakan, tax ratio RI saat ini stagnan di kisaran 10 sampai 12 persen.
Sri Mulyani mengatakan, pihaknya selalu berusaha untuk memperbaiki sejumlah indikator ekonomi termasuk tax ratio. Dalam melakukan peningkatan tax ratio pemerintah selalu mengupayakan agar kebijakan yang diambil tidak menimbulkan kekhawatiran.
"Ini yang namanya kalau kemarin ada yang mengkritik tax ratio kita rendah, makanya kami perbaiki tanpa membuat khawatir, ini kesimpulannya," ujar Sri Mulyani di Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (22/11/2018).
Advertisement
Baca Juga
Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan penerimaan negara hingga kini telah mencapai 19 persen. Masing-masing penerimaan perpajakan hampir 17 persen dengan PNBP yang telah mencapai 19 persen.
Sejak kembali ke Indonesia pada 2016 dan menjadi Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan, pihaknya mengupayakan agar target pembangunan tercapai. Pertumbuhan ekonomi sendiri terjaga di atas 5 persen.
"Pertumbuhan ekonomi kita kan 5,17 persen, inflasi sekitar 3 persen. Tapi penerimaan perpajakan kita hampir 17 persen dengan PNBP bisa mencapai 19 persen," jelasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Terlatih Hadapi Tantangan
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunai tersebut menambahkan, sebagai pejabat negara pihaknya terlatih untuk menghadapi semua tantangan seperti diminta menaikkan tax ratio padahal harus memberikan pelayanan. Selain itu, pemerintah juga dituntut belanja banyak tapi tak boleh berutang.
"Kita disuruh melayani tapi kita disuruh tax rationya naik. Kita diminta supaya defisit turun dan belanja banyak tapi kita tidak boleh utang. Jadi hidup saya cukup terlatih melakukan hal cukup menantang. Saya banyak maklum kepada banyak hal," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement