7 Kiat Jitu Tekan Kerugian saat Investasi Saham

Berikut kiat jitu mengurangi kerugian dalam investasi saham.

oleh Fitriana Monica Sari diperbarui 04 Des 2018, 08:40 WIB
Diterbitkan 04 Des 2018, 08:40 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kamu tentu sadar bahwa investasi memiliki risiko, bahkan pada instrumen deposite yang katanya aman pun juga memiliki konsekuensi. Apalagi investasi saham yang termasuk investasi berisiko tinggi.

Dari sekian banyak kasus, kesalahan terletak pada investor itu sendiri. Hal ini bisa saja disebabkan oleh pengetahuan investor yang masih minim atau strateginya yang belum kuat.

Dikutip dari Swara Tunaiku, apabila kamu berniat melakukan investasi saham, kamu wajib membekali dirimu dengan berbagai wawasan seputar investasi dan kemampuan membaca situasi pasar.

Enggak hanya itu, kamu juga harus siap akan finansial dan mental. Sebab, berbagai risiko ini bisa diminimalisir sejak awal. Bagaimana caranya?

1. Jangan pakai ‘uang’ panas

Uang panas di sini maksudnya uang pokok yang biasa kamu pakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Misalnya, uang makan, uang pendidikan, dan uang cicilan rumah.

Sediakan uang khusus investasi kalau kamu memang ingin investasi saham. Jangan sampai kamu menggunakan ‘uang panas’ tersebut.

Selain itu, ternyata sumber uang akan mempengaruhi mentalmu terhadap investasi saham di masa depan. Sederhananya, kamu pasti punya pikiran untuk menuntut hasil yang sempurna setelah menjalankan investasi ini.

Keputusanmu bisa saja bias karena dibayang-bayangi rasa khawatir. Kalau memang enggak punya alokasi khusus saham, jangan terburu-buru untuk melakoninya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


2. Saham sebagai investasi jangka panjang, bukan jangka pendek

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Pada umumnya harga saham akan mengalami fluktuasi dalam jangka pendek. Bisa banyak maupun rugi total. Biasanya enggak sesuai ekspektasi kalau hanya cuma ditetapkan dalam jangka waktu 1-3 tahun saja.

Namun, kalau jangka waktu lumayan panjang yakni sekitar belasan sampai puluhan tahun, biasanya cenderung naik dan harga jualnya semakin tinggi.

Kalau kamu sendiri masih ragu dengan saham, kamu bisa gunakan instrumen lain, seperti obligasi atau reksa dana yang fluktuasinya enggak sekejam saham.

3. Batasi diversifikasi saham

Menanam saham baiknya enggak hanya satu bibit. Tetapi, bukan berarti semua jenis harus kamu ambil, kan? Prinsipnya begini, daripada tahu banyak hal tetapi hanya mengerti sedikit-sedikit, mending tahu satu hal tetapi menguasai. Demikian dengan saham.

Diversifikasi saham yang terlampau banyak bakal merepotkanmu, khususnya bagi investor ritel. Lebih mudah dan hemat tenaga kalau kamu fokus mengatur 5-10 portofolio saja.


4. Tetapkan atasan stop loss

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Kamu harus tetapkan stop loss menyesuaikan dengan profil risiko kerugian yang bisa kamu tanggung. Hal ini untuk mengantisipasi kerugian besar.

Batasan stop loss apabila kerugian mencapai maksimal 5-10 persen. Kalau sudah melampaui angka tersebut, maka kamu harus segera menjualnya sebelum angka kerugiannya semakin besar.

5. Enggak mudah tergoda dan termakan rumor

Investasi yang ditawarkan oleh start up seringkali menggiurkan. Namun, rumor dan janji seringkali disebarkan dalam rangka upaya misleading.

Investasi saham harus dilandaskan alasan yang rasional dan alasan yang tepat, jangan berdasarkan spekulasi.


6. Tambah portofolio dengan averaging down

20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Averaging Down merupakan sebuah upaya menambah portofolio saham dengan cara membeli saat harganya sedang turun, sehingga rata-rata beli saham cenderung lebih rendah dari harga beli sebelumnya.

Contohnya, kita membeli saham A di harga 2.000 sebanyak 100 lot. Beberapa hari kemudian harga saham A menurun jadi 1.800. Tetapi, setelah mempelajari sahamnya kembali, ternyata enggak ada persoalan krusial yang menimpa perusahaan. Jadi, kita bisa membeli saham tersebut di angka 1.800 dengan 100 lot. Hasilnya kita memegang 200 lot di angka 1.900.

Nah, karena rata-rata harganya lebih rendah, yang tadinya 2.000 menjadi 1.900, maka keputusan untuk membeli lagi saham A pada harga 1.900 disebut averaging down.

Strategi ini menjadi strategi andalan para investor. Pastinya strategi ini akan menguntungkan jika harga meningkat setelah turun beberapa waktu. Jika sebaliknya justru akan merugi.

Tambahan lagi, kalau kamu mau menerapkan strategi ini kamu perlu menambah pengetahuan lebih dalam, supaya bisa membaca prediksinya dengan tepat.

7. Belajar dari pengalaman

Kamu bisa belajar dari berbagai pengalaman yang datang dari mana saja. perhatikan lalu amati, saham apa yang mereka beli. Perhatikan kurva untung rugi dan analisis faktor-faktornya, supaya bisa menjadi pelajaran.

Gambaran umunya, saham dibagi menjadi 3 kategori. Pertama adalah saham pemenang, yakni saham yang memberikan penghasilan rata-rata di atas pertumbuhan IHSG.

Kedua, saham rata-rata yang penghasilan rata-ratanya enggak jauh dari pertumbuhan IHSG. Terakhir, saham yang paling dihindari, saham yang penghasilan rata-ratanya di bawah pertumbuhan IHSG.

Nah, setelah mempelajari ini, saham kamu termasuk golongan yang mana?

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya