Lewat Program Mekaar, Jokowi Ingin Usaha Emak-Emak Naik Kelas

Presiden Jokowi meminta kepada para nasabah Mekaar yang merupakan ibu rumah tangga untuk bisa menaikkan kelas usaha setelah dapat bantuan pinjaman dari PNM.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 09 Jan 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2019, 13:00 WIB
Jokowi Bicara Perkembangan Fintech di IMF-Bank Dunia 2018
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Menkeu Sri Mulyani (kiri) dan Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim (kanan) dalam Bali Fintech Agenda IMF-WB 2018 di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi Tambora, Jakarta Barat pada Rabu siang (9/1/2019) untuk menyapa para nasabah Mekaar milik BUMN PT Permodalan Nasional Madani (Persero). 

Di Tambora, Jokowi meminta kepada para nasabah Mekaar yang merupakan ibu-ibu rumah tangga untuk bisa menaikkan kelas usahanya setelah mendapat bantuan pinjaman dari PNM. Dalam program Mekaar milik PNM ini, para ibu rumah tangga mendapat bantuan modal usaha antara Rp 2-3 juta. 

"ini usaha super mikro yang dibantu oleh pemerintah di setiap provinsi. Diharapkan bisa menaikan usaha ibu-ibu semuanya. Jangan sudah dibantu usahanya tetap saja. Kan sudah dibantu Rp 2-3 juta, kalau usaha nasi uduk dibantu Rp 2 juta tambah jualan gorengan, tambah bakso lagi," kata Jokowi di Tambora, Jakarta, Rabu pekan ini.

Dalam kesempatan ini, Jokowi juga mengajak dialog dengan para penerima modal. Dialog ini selain untuk mengetahui manfaat langsung dari program Mekaar tersebut, juga memberikan motivasi kepada para ibu rumah tangga untuk berwirausaha.

Jokowi juga meminta kepada Account Officer (AO) PNM untuk terus membimbing para panerima program Mekaar ini, supaya tidak hanya memulai usaha, melainkan juga menaikkan kelas usahanya.

"Pinjaman Rp 2-3 juta jangan dipakai untuk beli baju baru atau hp, hati-hati, enggak? Janji ya. Kalau diberi pinjemaan Rp 2 juta, ada dipakai bli hp baru, saya sampaikan stop, kita ingin disiplin," tegas Jokowi.

Jokowi menyadari, para ibu rumah tangga yang menjadi nasabah Mekaar ini merupakan kelompok masyarakat yang belum bisa tersentuh layanan perbankan.

Oleh karena itu, dengan ada program Mekaar ini, nantinya bisa menjadikan para ibu rumah tangga ini lebih sejahtera, layak perbankan dan otomatis meningkatkan inklusi keuangan RI.

"Saya cek terus, cek terus, kita ingin ini jadi usaha mikro kemudian meningkat lebih atas lagi," pungkas Jokowi. (Yas)

 

Lewat Mekaar, PNM Jauhkan UKM dari Jeratan Rentenir

Para perempuan Mekaar dari Desa Pakemgede dan Pakemtegal
Para perempuan Mekaar dari Desa Pakemgede dan Pakemtegal. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Sebelumnya, Kementerian BUMN melalui PT Permodalan Nasional (Persero) atau PNM sedang gencar mengajak tumbuhnya perekonomian mikro. Salah satu program andalan mereka adalah Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar).

Mekaar menyasar para perempuan berdedikasi tinggi dari keluarga pra-sejahtera yang ingin berbisnis. Tujuannya agar para perempuan bisa menunjang perekonomian diri dan keluarga sembari dibimbing oleh pemerintah.

Pada pertemuan mingguan anggota Mekaar dari desa Pakemtegal dan Pakemgede, para ibu-ibu tampak serius menyimak laporan fiskal Mekaar daerah mereka. Namun, rasa kehangatan dan semangat camaraderie muncul kala mereka bertukar kabar mengenai bisnis.

Pertemuan pada Kamis 9 Agustus 2018, diadakan di rumah Santi Maryuni (41), peserta Mekaar asal desa Pakemtegal, Yogyakarta, yang memiliki bisnis makanan.

"Makanan, katering yang kecil-kecilan. Awalnya dapat modal Rp 1 juta, sekarang modal Rp 2,5 juta," kata Santi. Ia bercerita, awalnya ikut menjadi anggota Mekaar karena diajak dan mereka ikut 'sekolah' pembinaan bersama Mekaar.

"Saling mengajak satu sama lain. Ada perkumpulan dari PNM Mekaar. Caranya dijelasin, terus kita sekolah, diajarin janji, dan syaratnya," ucapnya.

Suci Kesmiati (43), ketua Mekaar dari desa Pakemgede, menyebut mendapatkan modal dari Mekaar tidaklah sulit. Asalkan, calon anggota memiliki perencanaan dan potensi bisnis yang baik. Namun, pemeriksaan pada latar belakang calon nasabah tidak sebatas dalam bisnis semata, tetapi turut dicari tahu juga apakah orang tersebut pernah bermasalah di perkumpulan permodalan lain. 

"Kalau (yang bermasalah) dimasukin ke sini juga takutnya malah seperti itu. Kita ngambilnya yang rajin-rajin," jelas Suci yang memiliki bisnis gas. Ia pun berharap para wanita yang ikut Mekaar dapat konsekuen atas keanggotaan mereka.

Di cabang Mekaar yang diikuti Suci, angsuran pertama bisa senilai Rp 2 juta dan angsurannya Rp 50 ribu setiap minggu. Ia menjelaskan, kebanyakan ibu-ibu di daerah Pakemtegal membuka bisnis makanan dan sayuran dan Pakemgede lebih variatif, seperti bisnis pakaian.

Perempuan yang baru ingin membuka usaha tapi belum punya modal juga didorong meminjam ke Mekaar. Yang mengikuti program ini tidak harus bisnis yang sudah eksisting, melainkan tersedia bagi mereka yang sudah memiliki rencana.

"Modal pertama boleh. Adik saya kemarin baru mau buka usaha, lalu saya ajukan. Makanya kemarin dia mau usaha pakaian, lalu saya ajuin, langsung boleh" ucap Suci yang menambahkan bahwa para peserta baru akan wajib melalui pelatihan terlebih dahulu.

 

Lebih Enak Mekaar Ketimbang Rentenir

Penutupan pertemuan mingguan Mekaar.
Penutupan pertemuan mingguan Mekaar. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Kehadiran Mekaar turut diharapkan agar menjauhkan para ibu-ibu dari para rentenir. Keuntungan dari Mekaar, selain dibimbing pemerintah, juga memiliki nilai gotong royong.

Santi menceritakan, lebih baik ikut program Mekaar ketimbang meminjam uang ke pihak seperti rentenir. "Ya pokoknya kelompokan gini kalau gak ada (dana) bisa saling bantu," jelasnya.

Hal senada diungkapkan Ari (31) yang memiliki usaha nasi bungkus. Menurutnya, Mekaar memiliki keunggulan berupa rasa kebersamaan, dan peserta diberikan waktu mengembangkan bisnis lebih dulu sehingga tidak perlu mengkhawatirkan angsuran dulu.

Suci Kesmiati turut memperjelas tentang keringanan Mekaar. "Enakan Mekaar. Kalau ke Mekaaar ini ada sela dua minggu. Angsurnya dua minggu, jadi uangnya bisa untuk mutar dulu. Kalau lainnya, sekarang turun, besok mulai angsur," ucapnya seraya kembali menekankan kebersamaan dalam Mekaar.

Namun, Suci menjelaskan bahwa lebih baik yang ikut Mekaar perempuan berusia muda. "Kan kita pakai asuransi juga, gak boleh kalau ketuaan. Umur 55 sudah paling tua. Kita mikirnya kalau udah tua, kita takutnya sudah tak aktif kerja. Di sini jarang yang umur segitu, kebanyakan 40."

Sebelumnya, dalam acara pertemuan Mekaar, ada seorang calon nasabah yang ditolak karena faktor usia. Sebagai solusi, Mekaar memperbolehkan agar anak atau menantu dari calon nasabah tersebut yang mendaftar.

Di Yogyakarta, sejak 2016 sampai 31 Juli 2018, Mekaar telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 57,58 miliar. Dana itu disalurkan pada 26.977 perempuan pra-sejahtera.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya