Liputan6.com, Jakarta - PT Permodalan Nasional Madani (Persero) (PNM) hingga awal Desember 2018 telah mendanai 3,9 juta ibu-ibu rumah tangga prasejahtera. Fasilitas pendanaan ini dilakukan melalui program Membina Keluarga Prasejahtera (Mekaar).
Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi, mengatakan jumlah itu meningkat drastis jika dibandingkan sebelum 2015. Karena pada 2015, PNM mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 1 triliun.
"Dulu sebelum dapat PMN Rp 1 triliun kita setiap tahun hanya peroleh dana Rp 300 miliar untuk disalurkan. Tapi setelah itu, kita bisa me-leverage apa yang sudah diberikan hingga bisa fasilitasi 3,9 juta ibu rumah tangga prasejahtera untuk Mekaar," kata Arief saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (6/12/2018).
Advertisement
Baca Juga
Arief menambahkan, sebenarnya perusahaan mentargetkan mampu mendanai ibu-ibu rumah tangga prasejahtera ini sebesar 1 juta orang pada 2019.
Namun, dengan upaya yang dilakukan, baru akhir 2018 saja sudah bisa 3,9 juta ibu rumah tangga. Para ibu-ibu rumah tangga yang mengikuti program Mekaar ini rata-rata mendapat pinjaman maksimal Rp 2 juta. Namun, tak sedikit juga yang sudah naik kelas yang ditandai dengan peningkatan plafon mencapai Rp 4 juta.
Mengingat jumlah peserta Mekaar sudah mencapai 3,9 juta, PNM memiliki program yang akan fokus pada pembinaan dan bimbingan bagi para peserta pada 2019. Hal ini supaya jumlah rumah tangga yang naik kelas supaya lebih banyak.
"Pada 2019 kita akan fokus tingkatkan kualitas pembinaaan. Ini sebenarnya sudah dilakukan 2018, jadi kita berikan pendidikan tambahan. Misalnya 200 nasabah Mekaar di Tasik kita didik menjahit selama 10 hari. Ini bisa menjadi profesi mereka ke depannya," tambah Arief.
Dengan terus masifnya program Mekaar ini, Arief yakin bisa membantu pengentasan kemisminan di Indonesia dan meningkatkan daya tahan ekonomi Indonesia secara nasional. (Yas)
Â
Â
Lewat Mekaar, PNM Jauhkan UKM dari Jeratan Rentenir
Sebelumnya, Kementerian BUMN melalui PT Permodalan Nasional (Persero) atau PNM sedang gencar mengajak tumbuhnya perekonomian mikro. Salah satu program andalan mereka adalah Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar).
Mekaar menyasar para perempuan berdedikasi tinggi dari keluarga prasejahtera yang ingin berbisnis. Tujuannya agar para perempuan bisa menunjang perekonomian diri dan keluarga sembari dibimbing oleh pemerintah.
Pada pertemuan mingguan anggota Mekaar dari desa Pakemtegal dan Pakemgede, para ibu-ibu tampak serius menyimak laporan fiskal Mekaar daerah mereka. Namun, rasa kehangatan dan semangat camaraderie muncul kala mereka bertukar kabar mengenai bisnis.
Pertemuan pada Kamis, 9 Agustus 2018 diadakan di rumah Santi Maryuni (41), peserta Mekaar asal desa Pakemtegal, Yogyakarta, yang memiliki bisnis makanan.
"Makanan, katering yang kecil-kecilan. Awalnya dapat modal Rp 1 juta, sekarang modal Rp 2,5 juta," kata Santi. Ia bercerita, awalnya ikut menjadi anggota Mekaar karena diajak dan mereka ikut 'sekolah' pembinaan bersama Mekaar.
"Saling mengajak satu sama lain. Ada perkumpulan dari PNM Mekaar. Caranya dijelasin, terus kita sekolah, diajarin janji, dan syaratnya," ucapnya.
Suci Kesmiati (43), Ketua Mekaar dari Desa Pakemgede, menyebut mendapatkan modal dari Mekaar tidaklah sulit. Asalkan, calon anggota memiliki perencanaan dan potensi bisnis yang baik. Namun, pemeriksaan pada latar belakang calon nasabah tidak sebatas dalam bisnis semata, tetapi turut dicari tahu juga apakah orang tersebut pernah bermasalah di perkumpulan permodalan lain.Â
"Kalau (yang bermasalah) dimasukin ke sini juga takutnya malah seperti itu. Kita ngambilnya yang rajin-rajin," jelas Suci yang memiliki bisnis gas. Ia pun berharap para wanita yang ikut Mekaar dapat konsekuen atas keanggotaan mereka.
Di cabang Mekaar yang diikuti Suci, angsuran pertama bisa senilai Rp 2 juta dan angsurannya Rp 50 ribu setiap minggu. Ia menjelaskan, kebanyakan ibu-ibu di daerah Pakemtegal membuka bisnis makanan dan sayuran dan Pakemgede lebih variatif, seperti bisnis pakaian.
Perempuan yang baru ingin membuka usaha, tapi belum punya modal juga didorong meminjam ke Mekaar. Yang mengikuti program ini tidak harus bisnis yang sudah eksisting, melainkan tersedia bagi mereka yang sudah memiliki rencana.
"Modal pertama boleh. Adik saya kemarin baru mau buka usaha, lalu saya ajukan. Makanya kemarin dia mau usaha pakaian, lalu saya ajuin, langsung boleh" ucap Suci yang menambahkan bahwa para peserta baru akan wajib melalui pelatihan terlebih dahulu.
Kehadiran Mekaar turut diharapkan agar menjauhkan para ibu-ibu dari para rentenir. Keuntungan dari Mekaar, selain dibimbing pemerintah, juga memiliki nilai gotong royong.
Santi menceritakan, lebih baik ikut program Mekaar ketimbang meminjam uang ke pihak seperti rentenir. "Ya, pokoknya kelompokan gini kalau enggak ada (dana) bisa saling bantu," jelasnya.
Hal senada diungkapkan Ari (31) yang memiliki usaha nasi bungkus. Menurut dua, Mekaar memiliki keunggulan berupa rasa kebersamaan, dan peserta diberikan waktu mengembangkan bisnis lebih dulu, sehingga tidak perlu mengkhawatirkan angsuran dulu.
Suci Kesmiati turut memperjelas tentang keringanan Mekaar. "Enakan Mekaar. Kalau ke Mekaaar ini ada sela dua minggu. Angsurnya dua minggu, jadi uangnya bisa untuk mutar dulu. Kalau lainnya, sekarang turun, besok mulai angsur," ucapnya seraya kembali menekankan kebersamaan dalam Mekaar.
Namun, Suci menjelaskan bahwa lebih baik yang ikut Mekaar perempuan berusia muda. "Kan kita pakai asuransi juga, enggak boleh kalau ketuaan. Umur 55 sudah paling tua. Kita mikirnya kalau udah tua, kita takutnya sudah tak aktif kerja. Di sini jarang yang umur segitu, kebanyakan 40."
Sebelumnya, dalam acara pertemuan Mekaar, ada seorang calon nasabah yang ditolak karena faktor usia. Sebagai solusi, Mekaar memperbolehkan agar anak atau menantu dari calon nasabah tersebut yang mendaftar.
Di Yogyakarta, sejak 2016 sampai 31 Juli 2018, Mekaar telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 57,58 miliar. Dana itu disalurkan pada 26.977 perempuan prasejahtera.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement