Hanya 10 Persen Orang Raih Karier Impian di Masa Kecil

Hanya 10 persen meraih karier impian masa kecil. Salah satu alasan yang disebut menghambat adalah keuangan.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Jan 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2019, 06:00 WIB
Ilustrasi Bekerja
Ilustrasi bekerja (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah survei menunjukkan hanya 10 persen orang yang berhasil meraih karier impian masa kecil mereka. Apa sebabnya?

Dilansir dari The Ladders, sebanyak 2.000 orang Amerika Serikat (AS) dimintai keterangan mengenai karier impian masa kecil mereka, jawabannya pun variatif: ada yang ingin jadi guru, dokter, musisi, aktor, penulis, hingga seniman.

Sebanyak 24 persen responden melaporkan pernah meraih karier impian mereka, tetapi hanya 10 persen yang masih melakukannya. Sementara, 76 persen responsen berkata tidak pernah sampai ke karier mereka.

Yang tak kalah penting, ternyata 39 persen dari responden menyesal tidak mengejar karier mereka. Lalu, ada 34 persen berkata tidak memiiki skill yang tepat.

Keuangan pun menjadi alasan, sebanyak 16 persen responden menyebut adanya hambatan finansial. Ada pula 10 persen responden yang menyebut lebih memilih mengurus keluarganya.

Sementara itu, sepertiga responden mengaku tidak bergembira dengan karier mereka, baik itu karier impian atau bukan. Yang tak kalah menarik, ada pula beberapa pekerjaan yang selalu menjadi impian dari orang-orang di berbagai generasi.

Dari semua generasi, ada tiga karier  yang tetap menjadi favorit, yaitu  dokter/susterm guru, dan musisi. Menariknya lagi, pekerjaan menjadi penulis muncul sebagai salah satu pekerjaan favorit ketika seseorang meraih usia lanjut.

Pegawai Rugi Besar Jika Istirahat Sambil Kerja

Ilustrasi IT
Ilustrasi pekerja sebagai ahli perangkat lunak

Apakah kamu tipe pegawai yang kerja sambil istirahat? Menurut penelitian, ternyata itu justru bisa merugikan pegawai.

Dilansir dari The Bulletin, sebuah penelitian di Belgia menunjukkan pegawai yang istirahat sambil kerja bisa merugikan diri mereka secara finansial. Kerja saat istirahat pun sama saja seperti kerja gratis.

Akibatnya, pegawai di Belgia rugi 1.000 euro atau Rp 16 juta (1 euro = Rp 16.093) tiap bulannya bila akibat tak memakai waktu istirahat sepenuhnya. Pegawai di sana ternyata hanya istirahat selama setengah waktu yang tersedia.

Berdasarkan survei StepStone, rata-rata dari 5.000 pegawai hanya berisitrahat selama 22 menit. Rata-rata jam istirahat yang disediakan perusahaan Belgia adalah 40 menit. Banyak dari mereka juga makan di meja kerja.

Sayang, ada pegawai yang menganggap merasakan tekanan dari atasan agar tidak beristirahat secara full. 28 persen responden di Wallonia mengungkapkan hal itu, dan 13 persen responsen Vlaanderen merasakan hal yang sama.

Lebih lanjut, 15 persen responden hanya makan siang secara singkat agar bisa pulang lebih awal. 10 persen mengaku karena terlalu sibuk, dan 15 persen lain mengaku istirahat siang tidaklah penting.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya