Liputan6.com, Tokyo - Jepang memiliki jam kerja yang terpanjang di dunia, tapi beberapa perusahaan mulai menyadari pekerja mereka butuh tidur agar produktif. Satu perusahaan bahkan mendorong pekerjanya untuk tidur lebih lama dengan cara memberi mereka imbalan.
Perusahaan perencanaan pernikahan di Tokyo, CRAZY, baru-baru ini mengumumkan implementasi “sistem remunerasi tidur” agar pekerjanya tidur lebih lama. Perusahaan tersebut bekerja sama dengan Airwave, startup yang berspesialisasi di bidang teknologi analisis tidur dan akan memantau pola tidur karyawannya.
Advertisement
Baca Juga
Pekerja yang mengunduh aplikasi Sleep Analysis pada smartphone mereka dan membagi datanya dengan perusahaan bisa menerima poin. Jumlah poin itu tergantung pada lama tidur karyawan setiap malamnya. Mengutip Oddity Central, CRAZY berharap sistem ini bisa meningkatkan kebiasaan hidup, kesehatan, dan produktivitas karyawannya.
Poin bisa dikonversi menjadi uang
Setiap pegawai hanya tinggal meletakkan smartphone mereka di samping ranjang dan menyalakan aplikasi Airweave Sleep Analysis. Perangkat lunak itu bisa melacak gerakan tubuh asat tidur, mengukur kedalaman dan waktu tidur, dan sebagainya.
Jika pegawai tersebut membagikan data ini kepada perusahaan dan tidur minimal 6 jam sehari per malam selama 5 hari seminggu, mereka berhak menerima poin yang bisa dikonversi menjadi yen. Uang tersebut nantinya bisa digunakan di kafe dan kantin kantor.
Misalnya, jika aplikasi tersebut menunjukkan seorang pegawai sudah tidur setidaknya 6 jam per malam selama 5 hari di minggu itu, ia akan menerima 500 poin. Jika mereka berhasil tidur 6 jam atau lebih selama 6 hari seminggu, mereka menerima 600 poin.
Jika berhasil tidur 6 jam atau lebih selama satu minggu penuh, poin yang diterima menjadi 1.000 poin. Pegawai juga mendapat bonus 1.000 poin jika membagikan data tidur mereka selama sebulan kepada perusahaan, bahkan jika tidak memenuhi target jam tidur.
Awalnya CRAZY memperkenalkan sistem ini sebagai percobaan. Namun melihat hasil yang didapat melebihi ekspektasi, CRAZY memutuskan untuk benar-benar menerapkannya.
Jam tidur dan kesehatan pegawai yang ikut berpartisipasi terlihat meningkat, begitu pula dengan tingkat produktivitas dan kreativitas mereka. Sistem ini jelas sangat menarik, terutama bagi negara seperti Jepang, di mana jam lembur menjadi isu. (Felicia Margaretha)
Advertisement