Liputan6.com, Jakarta - Harga emas tergelincir ke level terendah dalam sepekan pada perdagangan Jumat karena harapan mencairnya pertikaian perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Sementara, harga paladium bertahan di atas USD 1.400 karena krisis pasokan.
Mengutip Reuters, Sabtu (19/1/2019), harga emas di pasar spot turun 0,4 persen menjadi USD 1.285,82 per ounce pada Jumat siang waktu New York. Sebelumnya, harga emas sempat menyentuh titik terendah sejak 9 Januari di USD 1.283.51 per ounce.
Sementara harga emas berjangka AS turun 0,5 persen menjadi USD 1.285,20 per ounce.
Advertisement
Baca Juga
"Meningkatnya selera risiko di kalangan pelaku pasar tercermin dalam meningkatnya portofolio di pasar saham," kata analis Commerzbank Daniel Briesemann. Investor memang kembali mengoleksi saham dan keluar dari emas setelah adanya sinyal positif dari pembicaraan perang dagang AS-China.
"Hari ini (Jumat) emas tampaknya tidak diminati sebagai tempat yang aman." lanjut Daniel. Ia pun memperkirakan harga emas sangat sulit untuk menyentuh angka USD 1.300 per ounce.
Pasar Saham naik ke level tertingginya dalam sebulan setelah sebuah laporan menyatakan adanya kemajuan penyelesaian sengketa perdagangan antara AS dan China, sementara dolar AS juga menguat setelah imbal hasil obligasi AS naik di tengah meningkatnya selera risiko.
Â
Paladium
Harga paladium naik 1,3 persen menjadi USD 1.413,50 per ons, setelah mencapai tertinggi sepanjang masa di USD 1.434,50 pada hari Kamis.
Logam ini berada di jalur untuk naik dalam empat minggu berturut-turut dan merupakan kenaikan mingguan terkuat sejak 21 September.
Paladium telah naik sekitar 12 persen sepanjang bulan ini.
Harga paladium, yang digunakan terutama dalam katalis penurun emisi untuk kendaraan, naik hampir 70 persen sejak kurangnya produksi pertengahan Agustus.
Harga logam ini melampaui emas untuk pertama kalinya dalam 16 tahun pada awal Desember.
"Ini adalah tahun kedelapan berturut-turut di mana paladium akan mengalami defisit dan tidak ada tanda-tanda bahwa itu akan hilang," kata Dominic Schnider, kepala komoditas dan valas UBS Wealth Management, Hong Kong.
Advertisement