KSP Tegaskan Manfaat Ekonomi dari Pembangunan Jalan Tol

KSP menilai ada jalan tol dapat memangkas waktu tempuh. Pengusaha logistik dapat perhitungkan biaya bila pakai jalan tol dan tidak.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Feb 2019, 21:10 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2019, 21:10 WIB
Kementerian PUPR berupaya untuk menyelesaikan pembangunan Jalan Tol Trans Jawa dari Merak - Banyuwangi sepanjang 1.150 Km pada akhir tahun 2019. (Dok Kementerian PUPR)
Kementerian PUPR berupaya untuk menyelesaikan pembangunan Jalan Tol Trans Jawa dari Merak - Banyuwangi sepanjang 1.150 Km pada akhir tahun 2019. (Dok Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Jakarta - Deputi III Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Ekonomi Strategis Kantor Staf Presiden (KSP), Denni Puspa Purbasari mengaku enggan mengomentari pernyataan tarif tol Indonesia termahal se-ASEAN.

"Akan lebih fair kalau tanya ke orang logistik dibanding pemerintah," kata dia, di Jakarta, Jumat (8/2/2019).

Meskipun demikian, dia mengatakan,  hal yang harus diperhatikan ketika menilai jalan tol yang dibangun adalah dampaknya pada perekonomian.

Menurut dia, ruas tol yang dibangun akan memberikan dampak pada pemangkasan waktu tempuh arus lalu lintas logistik.

"Kalau kita bicara tentang jalan tol, semula mereka mungkin mengirim barang dari Surabaya ke Jakarta membutuhkan waktu 2 hari. Artinya menyewa truk 2 hari, keluarga dua hari, tapi mungkin dengan adanya tol jadi 12 jam, atau beberapa jam bisa terlampaui," ujar dia.

"Artinya apa. Memangkas ongkos. Waktu yang dia spend di jalan jadi lebih pendek, konsentrasinya di jalan juga tidak setegang lewat jalan non tol, kemudian bisa berkumpul dengan keluarga," lanjut dia.

Dia menuturkan, para pelaku bisnis logistik tentu akan memperhatikan hal tersebut. Para pengusaha tentu akan menghitung perbandingan antara biaya yang dia keluarkan untuk transportasi dengan kinerja usahanya.

"On top dari jalan tol, ini  ada pemanfaatan ekonomi apakah itu worth it untuk dibayar? Saya punya hipotesis begini, kalau jalan tol itu ramai, itu artinya apa, itu berarti punya value bagi penggunanya," tutur dia.

Jika tarif tol yang ada saat ini tidak efisien dan memberatkan pengusaha, tentu para pengusaha akan memilih untuk tidak menggunakan jalan tol.

"Itu saja, dia bisa hitung-hitungan cost and benefit. Kalau dia tidak bisa mengalahkan ongkos, pasti akan lewat pantura, kalau bisa mengalahkan ongkos itu, manfaat lebih besar dari ongkos, dia pasti akan lewat sana (tol)," ujar dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bos Bappenas Usul Ada Tarif Khusus Truk di Jalan Tol

Lima ruas bagian dari Tol Trans Jawa yang dikerjakan oleh Jasa Marga dan Waskita Karya siap diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). (Dok Kementerian BUMN)
Lima ruas bagian dari Tol Trans Jawa yang dikerjakan oleh Jasa Marga dan Waskita Karya siap diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). (Dok Kementerian BUMN)

Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) menilai tarif Tol Trans Jawa terlalu tinggi. Tarif yang cukup besar tersebut dikeluhkan berdampak pada pembengkakan beban operasional pengangkutan barang logistik.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengusulkan, ada tarif khusus truk agar beban yang ditanggung tidak terlalu besar. Hal ini menurut dia, perlu dibicarakan kembali bersama seluruh instansi terkait.

"Jadi ya paling penting nanti tinggal hitung-hitungan antara operator tolnya dengan potensial user-nya," ujar Bambang di Kantor Bappenas, Jakarta, Jumat 8 Februari 2019.

"Berapa harganya yang bisa atau mungkin ada harga khusus yang bisa diberikan kepada angkutan truk karena jalan tol itu dibikin sebetulnya untuk memudahkan angkutan barang," ia menambahkan.

Bambang melanjutkan, penggunaan jalan arteri untuk pengangkutan barang tidak lagi bisa diandalkan. Alasannya, jalan arteri membutuhkan biaya perawatan yang cukup besar dan mengandalkan kas negara.

"Karena kalau kita menggunakan jalur arteri nanti biayanya tinggi sekali. Memang biayanya tidak dibayar langsung, itu langsung di bayar pemerintah. Pokok ya lihat anggaran pemeliharan jalan di indonesia itu tinggi sekali. Lebih banyak secara kilometer pemeliharaannya jauh di atas jalan baru tidak produktif," tutur dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya