Liputan6.com, Konawe - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto meminta PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) untuk meningkatkan kinerja ekspornya. Hal ini seiring dengan rencana ekspansi produsen stainless steel tersebut hingga USD 2 miliar.
Hingga saat ini, VDNI telah merealisasikan investasinya sebesar USD 1 miliar. Dana sebesar tersebut ditujukan untuk membangun 15 tungku Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dengan total kapasitas produksi bisa mencapai 800 ribu metrik ton per tahun dan menghasilkan Nickel Pig Iron (NPI) yang memiliki kadar nikel 10-12 persen.
"Kami menyambut baik proyek ini, apalagi akan dilanjutkan menjadi industri yang terintegrasi dan menghasilkan stainless steel berkelas dunia," ujar dia di Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (25/2/2019).
Advertisement
Menurut Menperin Airlangga, PT VDNI telah memberikan kontribusi cukup signfikan terhadap pertumbuhan nilai ekspor nasional, yang menyumbang sebesar USD 142,2 juta hingga akhir 2018 dari pengapalan produk NPI.
Saat ini, PT VDNI bersama dengan perusahaan afiliasinya juga sedang membangun pabrik smelter nikel dengan kapasitas produksi NPI sebanyak 1,2 juta ton per tahun dan pabrik untuk memproduksi stainless steel dengan kapasitas sebanyak 3 juta ton per tahun. Total nilai investasi ini diperkirakan mencapai USD 2 miliar.
"Dengan diproduksinya stainless steel di PT VDNI sangat sesuai dengan program hilirisasi smelter di Indonesia yang sedang di dorong terus oleh Kementerian Perindustrian," kata dia.
Sementara itu, ‎Presiden Direktur PT VDNI Zhu Min Dong menyatakan, pihaknya menargetkan bisa menjadi industri smelter terbesar di Indonesia dan berkelas dunia di masa mendatang.
"Pada September 2017 lalu, untuk pertama kalinya PT VDNI telah melakukan kegiatan ekspor NPI sebanyak 7.733 metrik ton dengan tujuan ke China," tandas dia.
RI Diprediksi Jadi Produsen Stainless Steel Ke-4 Terbesar di Dunia
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menyatakan, Indonesia akan menjadi salah satu produsen baja nirkarat (stainless steel) terbesar di dunia. Hal ini seiring berdirinya pabrik-pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Morowali, Sulawesi Tengah dan Konawe, Sulawesi Tenggara.
Dia menjelaskan, Konawe akan mampu memproduksi stainless steel dengan kapasitas sebanyak 3 juta ton per tahun. Sedangkan di Morowali sudah menghasilkan 3,5 juta ton stainless steel per tahun.
Menurut Airlangga, apabila Indonesia mampu menembus kapasitas 6 juta ton stainless steel per tahun, maka Indonesia akan menjadi produsen baja nirkarat keempat terbesar di dunia.
"Jadi 3 ton di kawasan Konawe dan 3 juta ton di Morowali, jadi 6 juta ton. Ini tahun depan dua-duanya sudah berproduksi. Morowali kan sudah produksi, jadi tinggal tunggu di sini (Konawe). Tahun depan ini bisa selesai dan kita menjadi nomor 4 di dunia, setelah China, Eropa dan kita," ujar dia di Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (25/2/2019).
Selain itu, lanjut dia, akan menjadikan pulau Sulawesi sebagai pusat industri berbasis stainless steel  berkelas di dunia. Hal ini tidak hanya akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi di Sulawesi saja, tetapi juga berdampak positif bagi ekspor Indonesia ke depan.
"Sebagai komponen utama, sektor industri logam berpotensi memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan ekonomi nasional melalui peningkatan added value sehingga akan terjadi multiplier effect dengan tumbuhnya industri lain serta terjadinya aktivitas sosial ekonomi, yang pada akhirnya akan menjadi push factor bagi peningkatan daya saing ekonomi bangsa," tandas dia.
Â
Advertisement