Bos Krakatau Steel Tak Gentar Hadapi Pelemahan Rupiah hingga Tarif Trump

Krakatau Steel telah berupaya memperkuat rantai pasok baja nasional. Seiring dengan itu, bos Krakatau Steel juga rutin menjajaki peluang kerja sama internasional.

oleh Arief Rahman H Diperbarui 11 Apr 2025, 21:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2025, 21:00 WIB
Muhamad Akbar
Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Muhamad Akbar di Kantor Krakatau Steel, Jakarta, Jumat (11/4/2025). (Arief/Liputan6.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Muhamad Akbar menanggapi santai gejolak nilai tukar rupiah hingga ancaman tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Dia pun menyusun strategi dalam menghadapi tantangan tersebut.

Akbar mengaku fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bukan sesuatu yang asing bagi pelaku industri baja Tanah Air. Hal tersebut dipandang jadi dinamika pasar baja global.

“Fluktuasi nilai tukar dari Rp 10.000, Rp 12.000, Rp 14.000 hingga Rp 17.000 sudah menjadi hal biasa bagi pelaku industri baja, termasuk Krakatau Steel,” kata Akbar, di Kantor Krakatau Steel, Jakarta, Jumat (11/4/2025).

Selain itu, dia tak terlalu mengambil pusing mengenai kebijakan tarif resiprokal Donald Trump. Tarif impor 32 persen bagi Indonesia dinilai bukan menjadi ancaman pasti. Mengingat lagi porsi baja produksi Indonesia terbilang kecil ke Negeri Paman Sam.

Menurutnya, perusahaan berkode saham KRAS ini telah mengekspor baja ke berbagai negara, tak cuma AS. Sehingga dampaknya dinilai tak terlalu signifikan.

“Kami sudah melakukan ekspor ke berbagai negara, mulai dari India, Pakistan, hingga Afrika. Dalam menghadapi ketidakpastian global, fokus kami adalah efisiensi menyeluruh dan inovasi di seluruh lini,” tuturnya.

Sejauh ini, Krakatau Steel juga telah berupaya memperkuat rantai pasok baja nasional. Seiring dengan itu, Akbar juga rutin menjajaki peluang kerja sama internasional.

“Kami aktif dalam berbagai kerja sama bilateral, multilateral, hingga regional. Semua ditujukan untuk memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan global,” tegas dia.

 

Waspada Banjir Produk China

Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) menyikapi kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. (Arief/Liputan6.com)
Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) menyikapi kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. (Arief/Liputan6.com)... Selengkapnya

Sebelumnya, Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) mulai memasang kuda-kuda dalam mengantisipasi banjirnya produk baja asal China ke Indonesia. Hal ini lantaran adanya kekhawatiran produk tersebut mencari pasar baru imbas kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Ketua Umum IISIA, Muhamad Akbar menyadari potensi banjirnya baja China ke Indonesia. Pasalnya 'Negeri Tirai Bambu' itu tengah kelebihan produksi dan akan mencari pasar potensial.

"Saya jawab mengenai potensi banjirnya produk China, banjir dari China. Kalau kita bilang ini tsunami. Dengan kondisi terakhir, produksi baja China itu sudah mencapai 1, hampir 1,2 miliar ton per tahun," kata Akbar di Kantor PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Jakarta, Jumat (11/4/2025).

Dia menjelaskan, produksi baja nasional masih jauh lebih rendah, hanya sekitar 20 juta ton per tahun. Maka, Indonesia dinilai menjadi 'sasaran empuk' bagi baja asal China.

 

Dikhawatirkan Masuk ke RI

Produk Canai Lantaian dari Besi atau Baja.
Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) melakukan inisiasi penyelidikan perpanjangan pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atas impor Produk Canai Lantaian dari Besi atau Baja.... Selengkapnya

Dia menghitung, industri Tanah Air tak terkena dampak langsung atas pemberlakuan tarif resiprokal AS. Hanya saja, peralihan pasar dari produk China itu yang perlu diwaspadani.

"Dampak daripada tarif yang dikeluarkan oleh Presiden AS memang tidak berdampak langsung pada kita. Tetapi yang kita harus antisipasi adalah pagarnya bagaimana produk-produk yang harusnya dari overseas (luar negeri Indonesia) ke AS, ini pasti mencari pasar yang perlindungannya terhadap produk dalam negerinya lemah, setiap negara itu lemah, dan salah satunya adalah Indonesia," tutur dia.

Sebagai antisipasi hal tersebut, pria yanh karib disapa Akbar Djohan ini meminta pemerintah ambil bagian. Terutama dalam meningkatkan penggunaan baja lokal di dalam negeri.

"Jadi yang kita selalu bangun narasi kepada pemerintah sebagai regulator dan juga pasti sebagai pembina kita di industri baja nasional adalah menjaga keseimbangan. Keseimbangan terutama kepastian supply chain baja dan besi dalam negeri, dan juga keberlangsungan industri baja nasional," terangnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya