Menengok Kerennya 5 Angkutan Massal di Asia

Menengok 5 angkutan cepat di wilayah Asia sebelum ada MRT Jakarta.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 05 Mar 2019, 08:20 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2019, 08:20 WIB
Fase 1 MRT Mencapai 96 Persen
Kereta mass rapid transit (MRT) terparkir di depo MRT Lebak Bulus, Jakarta, Selasa (28/8). Progres konstruksi moda transportasi MRT Jakarta fase I rute Lebak Bulus-Bundaran HI kini mencapai hampir 96 persen. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Kurang dari satu bulan lagi, Mass Rapid Transit/Moda Raya Terpadu alias MRT Jakarta akan diresmikan. Pada tanggal 12 Maret pun sebetulnya masyarakat sudah bisa merasakan uji coba MRT.

MRT Jakarta adalah penantian lama semenjak pertama kali diusulkan oleh Presiden B. J. Habibie pada tahun 1995. Lalu, dibangunlah PT MRT Jakarta pada tahun 2008 yang mengawal berjalannya proyek ini.

Harus diakui, sebelumnya negara-negara tetangga telah lebih dahulu memiliki sistem angkutan massal cepat mereka. Singapura sudah terkenal akan MRT mereka yang modern dan Jepang sudah memulai proyek angkutan massal semenjak tahun 20-an silam.

Berikut Liputan6.com kumpulkan 5 angkutan massal serupa MRT yang telah lebih dulu lahir di wilayah Asia Timur dan Tenggara yang dilansir dari situs resmi mereka serta berbagai sumber.

1. Filipina

MRT-3
MRT-3. Dok: @MRT3PH

Nama: Manila Metro Rail Transit System Line 3

Berdiri: 1999

Manila Metro Rail Transit System Line 3 (MRT Line 3) adalah sistem transit yang dimiliki Metro Rail Transit Corporation dan Departemen Transportasi Filipina.

Panjang jalurnya adalah 16,9 kilometer yang dimulai dari stasiun North Avenue, melewati Quezon City, Pasay, hingga ke Taft Avenue di Manila.

Menurut laporan Enquirer.net pada Januari lalu, MRT Line 3 mengangkut 360 ribu penumpang tiap harinya. Pemerintah Filipina menarik ongkos mulai dari 10 peso (Rp 2.728) hingga 15 peso (Rp 4.093) dengan asumsi kurs 1 peso Filipina = Rp 272,8. Namun, belakangan ini MRT di Manila sedang tidak berfungsi dengan optimal karena masalah operasional.

2. Singapura

Penampakan MRT di Singapura
Suasana salah satu lorong terminal MRT di Singapura, Minggu (31/5/2015). Bagian pertama dari MRT ini, antara Stasiun Yio Chu Kang dan Stasiun Toa Payoh, dibuka pada 1987. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Nama: Singapore MRT

Berdiri: 1987

Singapore MRT tidak hanya digunakan untuk pekerja saja, mereka yang berlibur di Singapura pun diajak menikmati suasana kota dengan Singapore MRT.

Menurut data pemerintahan Singapura pada tahun 2018, lebih dari 3 juta orang menggunakan MRT tiap harinya. Sistem MRT di negara ini juga ramah penyandang disabilitas.

Bila ingin mencoba Singapore MRT, kamu bisa memakai Singapore Tourist Pass yang bisa memberi layanan perjalanan tanpa halangan dengan biaya mulai dari USD 10 (Rp 104 ribu) untuk sehari atau USD 20 (Rp 208 ribu) selama tiga hari (1 dolar Singapura: Rp 10.437).

3. Thailand

MRT Bangkok
MRT Bangkok. Dok: Antara

Nama: Metropolitan Rapid Transit (MRT)

Berdiri: 2004

MRT di Bangkok melayani 18 stasiun dan membentang sepanjang 20 km dari Hua Lamphong di Selatan menuju Bang Sure di utara. Selain itu, MRT ini juga terkoneksi ke sistem transportasi Skytrain.

Kereta tiba setiap 5 sampai 7 menit dan dapat membawa penumpang ke tempat-tempat menarik seperti Pat Pong Night Market dan Lumpini Park.

Bila ingin ke bandara Suvarnabhumi, penumpang bisa turun di stasiun Sukhumvit yang hanya berjarak 300 meter dari bandara internasional tersebut.

4. Korsel

Diselimuti Salju, Begini Suasana Istana Gyeongbok di Korea Selatan
Pengunjung berjalan di istana Gyeongbokgung setelah salju turun di pusat kota Seoul (15/2). Istana ini termasuk dari 5 istana besar dan merupakan yang terbesar yang dibangun oleh Dinasti Joseon. (AFP Photo/Jung Yeon-je)

Nama: Seoul Metropolitan Subway

Berdiri: 1974

Sistem angkutan cepat Korea Selatan berada di bawah Seoul Metropolitan Subway. Melansir situs Visit Korea, subway Korea hadir di lima kota besar, termasuk Seoul Metropolitan Area, Busan, Daegu, Gwangju, dan Daejeon.

Data World Economic Forum menyebut Seoul Metro mengangkut total 1,8 juta orang per tahun 2018. Uniknya lagi, tiap rute memiliki warna berbeda-beda demi memudahkan penumpang mengenali rute dan akses internet cepat pun tersedia.

Harga tiket dibagi tiga, anak-anak (usia 7 - 12), remaja (usia 13 - 18), dan dewasa (usia 19 ke atas). Untuk anak usia enam tahun ke bawah tidak dikenakan biaya.

Harga tiket berbeda di tiap wilayah. Jika memnggunakan kartu transportasi, harga termurah adalah 400 won (Rp 5.021) untuk anak kecil dan paling mahal 1.500 won (Rp 18.828) bagi orang dewasa.

Namun, bila memakai Single Journey Ticket, maka penumpang harus membelinya dulu lewat vending machine dan mengembalikannya lagi lewat memasukannya lewat vending machine untuk mendapat deposit 500 won (Rp 6.276).

5. Jepang

Tokyo Metro
Tokyo Metro. Dok: tokyometro.jp

Nama: Tokyo Metro

Berdiri: 1927 (sebagai Tokyo Underground Railway)

Tokyo Metro merupakan sistem transit cepat yang merupakan bagian dari Tokyo subway. Laporan World Economic Forum tahun 2018 menyebut Tokyo Subway mengangkut 3,4 miliar orang dalam setahun.

Kereta Tokyo Metro datang dengan begitu cepat, yakni setiap 2 sampai 3 menit pada jam sibuk. Kedisiplinan masinis kereta di Jepang juga sudah terkenal sampai-sampai harus minta maaf jika kereta telat berangkat beberapa detik.

Selain menyediakan akses Wi-Fi, Tokyo Metro juga bisa mengantar ke destinasi terkenal seperti Kabukicho di Shinjuku, Tokyo Tower, dan lintas penyeberangan terkenal di Shibuya.

Tiap subway juga memiliki warna masing-masing untuk memudahkan penumpang. Mereka yang baru tiba di bandara Narita atau Haneda juga bisa naik Tokyo Metro untuk mencapai Tokyo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya