Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) akan mengoperasikan kilang Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) pada tahun ini. Fasilitas pengolahan minyak tersebut nantinya mampu menghasilkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax 92.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan, Proyek Langit Biru Cilacap, pada 2018, pekerjaan Engineering, Procurement, and Construction (EPC) sudah mencapai 93,75 persen dan persiapan pra komisioning. Kemudian akan dilanjutkan proses pengoperasian yang rencananya dilakukan pada 2019.
Menurut Tallulembang‎, dengan program tersebut, kilang yang sebelumnya menghasilkan BBM jenis Premium berubah menjadi menghasilkan Pertamax. ‎Minyak mentah yang diolah dari dari kilang PLBC menghasilkan 2.100 ton Pertamax per hari.
Advertisement
"PLBC cilacap selesai tahun ini. Nanti akan meningkatkan produksi Pertamax, kita hasilkan Pertamax 100 persen. Kita konvert Premium Kita ubah menghasilkan Pertamax," kata Tallulembang‎ di Jakarta, Kamis (25/4/2019).
Baca Juga
Tallulembang‎ mengungkapkan, Pertamax hasil produksi PLBC akan disalurkan di dalam negeri, namun menyesuaikan permintaan pasar. "Kita melihat pasar. Mungkin Kita blending dengan HOMC," tuturnya.
‎Sebagai informasi, dalam membangun PLBC Pertamina memilih kontraktor JGC Corporation. Proyek ini adah kelannjutan dari Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) yang telah tuntas dan beroperasi sejak 2015, dengan nilai investasi USD 392 juta.
Pertamina Siap Bangun Kilang Cilacap Tanpa Bantuan Saudi Aramco
PT Pertamina (Persero) siap membangun kilang Cilacap tanpa mitra. Meski saat ini perusahaan plat merah tersebut sedang melakukan negosiasi untuk menentukan nilai aset Pertamina diproyek ini dengan Saudi Aramco.
Direktur Mega Proyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan, Per‎tamina sudah mendapat calon mitra untuk menggarap Kilang Cilacap, yaitu perusahaan migas nasional Arab Saudi, Saudi Aramco. Kedua perusahaan pun telah menandatangani perjanjian pembentukan perusahaan patungan.
"Proyek ini saat ini kita sudah pilih partner, Saudi Aramco. Sudah cukup panjang perjalanan, sudah ada Joint Venture Agremment‎," kata Tallulembang, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (24/4/2019).
Menurut Tallulembang, Pertamina sudah memenuhi permintaan Saudi Aramco untuk menjadi mitranya, yaitu instif pajak, pengadaan lahan dan pemisahan unit usaha. Namun, sampai saat ini masih ada yang mengganjal kerjasama pembangunan kilang dengan nilai investasi USD 5,8 miliar ini, yaitu perhitungan nilai aset Pertamina diproyek tersebut.‎
"Dari tiga itu, semuanya sudah dipenuhi. Tinggal satu yaitu belum ada kesepakatan valuasi aset, nilai kilang eksisting itu berapa yang akan ditransfer ke Joint Venture. Itu yang enggak ketemu sampai sekarang," tuturnya.
Â
Advertisement
Selanjutnya
Tallulembang mengungkapkan, Pertamina pun telah memiliki nilai aset, baik dihitung secara sendiri maupun konsultan independen berdasarkan rekomendasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun, nilai tersebut tidak disetujui oleh Saudi Aramco.
Berdasarkan perjanjian, negosiasi harusnya selesai pada Desember 2018, namun diperpanjang enam bulan dengan target selesai Juli. Dalam perhitungan kali ini, Pertamina menggunakan kosultan independen internasional.
Jika dalam negosiasi enam bulan terakhir masih menemui jalan buntu, Pertamina pun siap berjalan sendiri atau mencari patner baru dalam‎ membangun Kilang yang berkapasitas 1,5 juta barel ini, dengan target penyelesaian pembangunan pada 2025.