Liputan6.com, Manggarai Timur - PT Pertamina (Persero) mengoperasikan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Bahan Bakar Minyak (BBM) satu harga di Kecamatan Poco Ranaka, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dengan begitu sudah ada 127 titik lembaga penyalur BBM satu harga yang sudah beroperasi. Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengatakan, BBM Satu Harga merupakan program yang ditugaskan Pertamina sejak 2017.
Secara bertahap, Pertamina diharapkan dapat menyelesaikan 160 titik BBM Satu Harga hingga akhir 2019.
Advertisement
Baca Juga
Saat ini, ke-127 BBM Satu Harga yang telah tersedia tersebar di Sumatera 26 titik, Kalimantan 28 titik, Jawa dan Bali 4 titik, Sulawesi 14 titik, Maluku 11 titik, Nusa Tenggara 15 titik dan Papua 29 titik.
"Kehadiran BBM Satu Harga ini sesuai dengan tujuan pengelolaan energi Pertamina yang salah satunya adalah Availability atau ketersediaan. Sehingga dengan adanya SPBU ini merupakan bentuk upaya Pertamina menjamin ketersediaan BBM di wilayah Indonesia termasuk di daerah yang selama ini belum ada layanan BBM," kata Nicke, saat menghadiri peresmian BBM satu harga, Poco Ranaka, Jumat (10/5/2019)
Mengenai SPBU Poco Ranaka, SPBU tersebut menjual bahan bakar jenis Premium dan BioSolar, dengan kapasitas masing-masing 20 Kiloliter (KL).
Harga yang dijual sesuai dengan ketetapan pemerintah yaitu Rp 6.450 per liter untuk Premium dan Rp 5.150 per liter untuk BioSolar. Tersedia juga fasilitas untuk menyalurkan produk Pertalite dan Dexlite, dengan kapasitas yang sama.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Selanjutnya
SPBU ini merupakan titik kedelapan yang telah beroperasi di Nusa Tenggara Timur. Untuk wilayah MOR V, yaitu Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara, hingga April 2019 telah terlaksana 18 titik BBM Satu Harga.
Lokasinya tersebar di dua titik di Jawa Timur, satu titik di Bali, tujuh titik di NTB, dan delapan titik di NTT.
Dengan ada, SPBU BBM Satu Harga di Poco Ranakan, masyarakat tidak lagi mengandalkan SPBU terdekat dari lingkungan mereka, yaitu SPBU di Ruteng yang berjarak 15 KM dari Poco Ranakan.
Hal ini disambut baik oleh pemerintah dan masyarakat karena harga bahan bakar sebelumnya baik premium atau solar bisa di kisaran Rp 8.000-Rp10 ribu per liter.
Pasokan BBM untuk SPBU di Poco Ranakan berasal dari TBBM Reo dengan menggunakan mobil tangki dengan jarak tempuh 78 Km atau setara 4 jam perjalanan.
Jalur yang ditempuh pun cukup menantang dengan medan yang berliku dan menanjak. Pertamina berharap dengan beroperasinya SPBU BBM Satu Harga, maka dapat membantu peningkatan perekonomian masyarakat
SPBU ini diresmikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan didampingi Nicke, Direktur BBM BPH Migas Patuan Alfon Simanjuntak, Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur Josef Nae Soi dan Bupati Manggarai Timur Agas Andreas.
Advertisement
Kini BBM Satu Harga Tersebar di 124 Titik
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) telah menjalankan BBM Satu Harga mencapai 124 titik daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar (3T) wilayah Indonesia.
Hal ini mendapat sambutan masyarakat, terlihat dengan realisasi volume penyaluran pada Desember 2018 yang mencapai sebanyak 88.543 Kilo Liter (KL) per bulan.
VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman menyebutkan, 124 titik BBM Satu Harga tersebut tersebar di Papua sebanyak 28 titik, Kalimantan 27 titik, Sumatera 24 titik, Nusa Tenggara 16 titik, Sulawesi 14 titik, Maluku 11 titik dan Jawa – Bali 4 titik.
"Kami optimistis bisa meneruskan program ini dengan baik dan mencapai target pelaksanaan BBM Satu Harga di 160 titik wilayah Indonesia," kata Fajriyah, di Jakarta, Selasa, 16 April 2019.
Menurut dia, jika jumlah penyalur BBM satu harga semakin banyak, masyarakat yang merasakan dampak dari BBM Satu Harga, yaitu harga BBM yang dijual sesuai ketetapan pemerintah, yaitu Premium Rp 6.450 per liter dan Solar Rp 5.150 per liter.
Fajriyah menambahkan, pada 2019 Pertamina akan menambah titik BBM Satu Harga di Sumatera sebanyak dua titik, Kalimantan 8 titik, Sulawesi tiga titik, Jawa & Bali satu titik, Nusa Tenggara 11 titik, Maluku 7 titik dan Papua empat titik.
"Pertamina senantiasa berkoordinasi dengan pemerintah daerah, BPH Migas dan juga Kepolisian dalam pengawasan dalam pendistribusian BBM Satu Harga agar tepat sasaran serta menghindari adanya penyimpangan dan penyelendupan," ujar dia.