Liputan6.com, London - Sebuah studi dari The Institute of Leadership & Management di Inggris menyebut banyak pemimpin bisnis yang tetap mengecek email atau membuat panggilan kerja ketika sedang liburan. Akan tetapi, makin banyak pemimpin yang tidak mengharapkan hal yang sama ke pegawainya.
Dilaporkan Entrepreneur, 96 persen bos tidak berharap staf mengecek email ketika hidup, sementara 64 persen justru mendorong pegawainya agar sepenuhnya tidak mengurus kerja ketika liburan.
Advertisement
Baca Juga
Studi lain oleh Academy of Management Best Paper Proceedings menyebut berkutat dengan email kerja dapat berdampak ke kesehatan mental ketika harus diperiksa di luar jadwal kerja. Masalah lain adalah yang kena dampak bukan kesehatan si pegawai saja, tetapi pasangan mereka.
Sebanyak 142 orang pegawai di AS dan pasangannya menjadi bagian dari studi tersebut. Para pasangan diajak menjawab pertanyaan mengenai kesehatan, kondisi diri, dan kepuasan hubungan.
Pakar pun berpandangan aktivitas di luar jam kerja justru berdampak negatif ke produktivitas pegawai. Kelelahan bukan hanya ke fisik karena kelelahan bertambah, melainkan mental.
"Kebanyakan orang cenderung berada dalam mood sosial atau keluarga ketika berada di luar kantor, sehingga butuh waktu lebih lama bagi mereka untuk masuk ke mindset kerja ketika sedang tidak bekerja," ujar David Reile, executive coach di Career Development Alliance.
Namun, ternyata ada pegawai yang justru lebih stres jika tidak memeriksa pekerjaan ketika libur. Peneliti pun menyebut pegawai seharusnya tetap beristirahat ketika libur kerja agar lebih bersemangat usai selesai berlibur.
"Tetapi kita tahu bahwa orang-orang butuh liburan, jadi mereka bisa kembali dengan lebih segar dan bertenaga," ujar Kate Cooper, kepala peneliti untuk kebijakan dan standar di The Institute of Leadership and Management.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Miliarder Jack Ma Tarik Ucapan soal Kerja 12 Jam Sehari
Miliarder sekaligus orang terkaya di China, Jack Ma, menarik ucapannya soal bekerja lembur. Sebelumnya, ia berkata pegawai muda harus bersyukur jika kerja lembur alias 996.
Ucapannya menyulut kontroversi karena budaya kerja 996 sedang diprotes luas di industri teknologi. Pola kerja itu adalah jam sembilan pagi sampai sembilan malam selama enam hari per minggu.
Akhirnya, sang miliarder malah berkata lain dan mengecam perusahaan yang menerapkan 996. Dalam pernyataannya, ia justru cenderung membela hak karyawan.
"Tidak ada yang suka bekerja di perusahaan yang memaksa bekerja 996. Itu bukan hanya tak manusiawi, itu juga tidak sehat, dan tidak sustainable selama periode panjang," ujar Jack Maseperti dikutip South China Morning Post.
Bos Alibaba itu menyebut iming-iming gaji tinggi untuk merayu pegawai akan lembur tidak akan terlalu efektif. Jadwal 996 pun melanggar hukum dan tak disukai pegawai dan keluarga mereka.
"Dalam jangka panjang, bahkan jika kamu membayar gaji tinggi, para pegawai akan pergi," ujar Jack Ma yang memanggil perusahaan demikian sebagai bertindak bodoh dan akan gagal.
Sang miliarder pun berkata 996 yang benar adalah memakai waktu untuk belajar, berpikir, dan meningkatkan kualitas diri, dan tidak semata-mata karena uang.
Advertisement
Sempat Dukung Kerja 996
Dilansir dari laman Forbes, Jack Ma ingin menerapkan 72 jam seminggu atau 12 jam kerja per hari kepada karyawannya. Jack Ma mengatakan, seharusnya para karyawannya ini bersyukur karena mendapatkan kesempatan bekerja dan belajar yang cukup banyak. Ia pun menambahkan banyak perusahaan dan orang-orang yang tidak memiliki kesempatan untuk bekerja 996 ini.
"Jika Anda tidak bekerja 996 semasih muda, maka kapan lagi bisa mendapatkan kesempatan ini?" ujarnya.
Sementara itu seperti dilansir dari laman Newshub, Undang-Undang Ketenagakerjaan China menyatakan bahwa seharusnya karyawan tidak bekerja lebih dari delapan jam sehari dan rata-rata tidak lebih dari 40 jam dalam seminggu. Meskipun lembur diperbolehkan namun itu hanya bisa 18 jam per minggunya hingga maksimum 36 jam per bulan.
Ternyata bukan hanya Jack Ma sajalah yang menerapkan sistem jam kerja seperti ini. GitHub membuat daftar perusahaan yang menerapkan sistem ini setelah beberapa karyawan Jack Ma menyuarakan protes mereka.
Adapun beberapa perusahaan tersebut diantaranya, Allibaba, pembuat drone DJI, dan Bytedance perusahaan di balik aplikasi TikTok.