Survei BI Catat Inflasi 0,12 Persen pada Minggu Pertama Juli

BI menyatakan kalau inflasi semakin terjaga rendah dan stabil hingga bulan ketujuh ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jul 2019, 14:49 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2019, 14:49 WIB
(Foto: Merdeka.com/Dwi Aditya Putra)
Gubernur BI Perry Warjiyo (Foto: Merdeka.com/Dwi Aditya Putra)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat pada minggu pertama Juli 2019 terjadi inflasi 0,12 persen secara month to month (mtm). Sementara, secara year on year (yoy) tercatat sebesar 3,12 persen.

"Berdasarkan survei pemantauan harga ini jauh lebih rendah dibandingkan dua bulan sebelumnya Mei dan Juni ini sesuai pola musimannya dan berkaitan hari Ramadan yang tinggi dan Alhamdulilah bulan Juli 0,12 mom dan yoy 3,12 persen," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat ditemui di Kompleks Masjid BI, Jakarta, Jumat (5/7/2019).

Menurut Perry, angka tersebut menunjukkan inflasi semakin terjaga rendah dan stabil hingga bulan ketujuh ini. Sehingga inflasi pada akhir 2019 diproyeksikan masih akan berada tengah-tengah di bawah kisaran 3,5 persen.

"Jadi ini inflasi kembali kepada polanya dan rendah mengkonfimasi dan akhir tahun ini insya Allah lebih rendah di tittik tengah insya Allah 3,5 persen. Inflasi akhir tahun ini akan lebih rendah dari 3,5 persen," kata Perry.

Perry mengatakan, inflasi tersebut terjadi karena banyak komoditas pangan yang mengalami penurunan seperti daging ayam ras, bawang merah, bawang putih.

"Sebelumnya terjadi inflasi dan bulan ini terjadi deflasi demikain juga antar kota deflasi 0,08 persen," tutur Perry.

Dengan perkembangan ini, Bank Indonesia bersama dengan pemerintah akan selalu berkoodinasi untuk mengendalikan inflasi.

"Jadi pertama secara keseluruhan mengkonfirmasi inflasi tetap rendah terkendali. Kita akan selau berkoordinasi dengan pemerintah pusat maupun daerah inflasi kita di tahun ini ada kemungkinan di bawah titik tengah berarti di bawah 3,5 persen," ujar dia.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Menko Darmin: Perlu Pengendalian Harga Komoditas Agar Target Inflasi Tak Meleset

Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution saat menjadi pembicara dalam acara Bincang Ekonomi di Liputan6.com di SCTV Tower, Jakarta, Kamis (2/3). (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi selama bulan Juni 2019 sebesar 0,55 persen, angka ini lebih rendah dibanding Mei 2019 di 0,68 persen. Sedangkan inflasi tahun kalender yaitu Januari-Juni 2019 mencapai 2,05 persen.

Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, mengakui bahwa inflasi yang terjadi pada Juni 2019 tersebut masih disebabkan oleh bahan komponen seperti makanan. Di mana, beberapa harga komoditas makanan masih ikut terkerek karena adanya Lebaran.

"Jadi makanan yang paling tinggi. Kalau yang lain saya belum lihat," kata Menko Darmin saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Senin, 1 Juli 2019.

Darmin juga menekankan agar inflasi secara tahun kalender selama Januari-Juni 2019 sebesar 2,05 persen dapat dipertahankan hingga akhir 2019. Dengan demikian, perlu adanya upaya pengendalian terhadap beberapa harga komoditas. Sebab, pemerintah sendiri mematok inflasi hingga akhir 2019 mencapai 3,5 plus minus 1 persen.

"Artinya harus ada upaya-upaya pengendalian. Ya kalau enggak bisa diturunkan bisa di atas 4 persen bisa-bisa," pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, komponen bahan makanan mengalami inflasi sebesar 1,63 persen dengan andil terhadap inflasi secara keseluruhan sebesar 0,38 persen.

"Inflasi umum 0,55 persen, di situ kita mendeteksi inflasi tertinggi untuk bahan makanan karena masih ada dalam masa Lebaran, dengan inflasi 1,63 persen," ujar dia di Kantor BPS.

Dia menjelaskan, dari komponen bahan makanan, penyumbang inflasi terbesar yaitu cabai merah sebesar 0,2 persen. Kemudian diikuti oleh ikan segar sebesar 0,05 persen dan aneka sayuran sebesar 0,1 persen.

"Kenaikan inflasi cabai merah 0,2 persen, kemudian ikan segar sebesar 0,05 persen. Selebihnya tomat sayur, cabai hijau 0,1 persen. Tapi di sisi lain ada bawang putih yang harganya sudah turun. Kemarin deflasi sebesar 0,06 persen dan daging serta telur ayam ras 0,02 persen," kata dia.

 

Cabai Merah dan Ikan Jadi Penyumbang Inflasi Terbesar pada Juni 2019

20161003-Pasar Tebet-Jakarta- Angga Yuniar
Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Juni 2019 mencapai 0,55 persen. Adapun komponen penyumbang inflasi terbesar yaitu bahan makan.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, komponen bahan makanan mengalami inflasi sebesar 1,63 persen dengan andil terhadap inflasi secara keseluruhan sebesar 0,38 persen.

"Inflasi umum 0,55 persen, di situ kita mendeteksi inflasi tertinggi untuk bahan makanan karena masih ada dalam masa Lebaran, dengan inflasi 1,63 persen," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Senin, 1 Juli 2019.

Dia menuturkan, dari komponen bahan makanan, penyumbang inflasi terbesar yaitu cabai merah sebesar 0,2 persen. Kemudian diikuti oleh ikan segar sebesar 0,05 persen dan aneka sayuran sebesar 0,1 persen.

"Kenaikan inflasi cabai merah 0,2 persen, kemudian ikan segar sebesar 0,05 persen. Selebihnya tomat sayur, cabai hijau 0,1 persen. Tapi di sisi lain ada bawang putih yang harganya sudah turun. Kemarin deflasi sebesar 0,06 persen dan daging serta telur ayam ras 0,02 persen," ujar dia.

Selain bahan makanan, komponen yang mengalami inflasi pada Juni 2019 yaitu komponen makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,59 persen dengan andil sebesar 0,1 persen. Komponen perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,17 persen dengan andil sebesar 0,04 persen.

"Untuk perumahan inflasi 0,17 persen. Komoditas yang menyumbang inflasi adalah kenaikan upah asisten rumah tangga sebesar 0,01 persen," kata dia.

Kemudian, untuk komponen sandang mengalami inflasi 0,81 persen dengan andil sebesar 0,05 persen. Di komponen ini, inflasi disebabkan oleh kenaikan harga emas dan perhiasan. ‎

"Pada sandang yang dominan adalah kenaikan harga emas, perhiasan. Kita tahu harga emas naik signifikan. Ini terjadi di 76 kota yang kita pantau, tertinggi di serang 6 persen dan Tarakan Ternate naik 5 persen," ungkap dia.

Untuk komponen kesehatan dan pendidikan, lanjut Suhariyanto, pada Juni 2019 cenderung tidak mengalami inflasi. Untuk kesehatan mengalami inflasi 0,19 persen dengan andil 0,01 persen. Sedangkan pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 0,07 persen dengan andil 0 persen.

"Kesehatan dan pendidikan dia akan muncul di Juli ketika anak-anak mulai sekolah," lanjut dia.

Sedangkan untuk komponen transportasi, komunikasi dan jasa keuangan justru mengalami deflasi 0,14 persen pada Juni 2019, dengan andil sebesar -0,03 persen. Hal ini sebabkan mulai turunnya sejumlah harga tiket pesawat.

‎"Jadi bahan makanan masih menjadi penyumbang inflasi terbesar di Juni 2019. Kenaikan terbesar dialami oleh cabai merah, ikan segar, beberapa sayuran, dan perhiasan permata. Penghambat inflasi, yaitu dengan turunya harga bawang putih, tiket pesawat, harga ayam dan telur ras," tandas dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya