Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti mengatakan, Indonesia kini semakin menancapkan prestasinya di sektor kelautan di mata internasional.
Pengakuan itu diperoleh atas konsistensi RI dalam memerangi kegiatan perikanan ilegal atau yang lebih dikenal dengan Illegal, Unreported, dan Unregulated (IUU) Fishing.
Namun, masalah IUU Fishing kata Susi masih jadi PR besar Indonesia yang harus dibenahi meski kesejahteraan nelayan tercatat naik sejak 2014 silam.
Advertisement
Baca Juga
"Jadi ekonomi (kelautan) kita yang sesungguhnya itu belum kelihatan karena IUUF kita yang masih tinggi," tuturnya kepada Liputan6.com, Selasa (9/7/2019).
Susi Pudjiastuti menjelaskan, nelayan kerapkali dimanfaatkan sejumlah pengusaha nakal dengan mengecilkan laporan perolehan perikanan, termasuk ukuran kapal yang digunakan.
"Kita mau pengusaha jujur, kapalnya ukuranya benar, laporan tangkapanya benar. Faktanya 4 ribuan kapal itu grupnya dimiliki 8-20 orang saja. Itu-itu saja orangnya, kita tahu. Oligarki ini," terang dia.
Sebab itu, potensi penerimaan pajak dari sektor kelautan RI menjadi tidak optimal. Padahal, menurut Susi Pudjiastuti perolehan pendapatan pengusaha itu bisa mencapai triliunan dari industri perikanan saja.
"Kita jadi ditegur PDB perikanan tertinggi, tapi pajaknya tidak seimbang. Mereka (pengusaha) ini dikertasnya pakai nama cicit, om, tante, opa, oma, izinya pakai calo. Yang akal-akalan ini mau kita betulkan," tegasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menteri Susi Ungkap Modus Pengusaha Hindari Pajak Perikanan
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti menjelaskan, banyak modus yang dilakukan pengusaha untuk menghindari pajak perikanan dari hasil tangkapan laut di dalam negeri.
Dia menyatakan, salah satu yang kerap kali dilakukan para pengusaha tangkap perikanan ialah dengan mengurangi volume ikan yang mereka tangkap.
"Yang dilakukan pengusaha dalam negeri sama modusnya dengan asing. Jadi waktu kapal asing sudah kita tertibkan, tangkapan KKP itu di atas 30 GT tidak lebih dari 1.300 ton, sedikit sekali kan aneh. Ternyata pas kita investigasi mereka ini marked down ukuran-ukuran kapal yang 100 gt tulisanya cuman 30 GT," tuturnya kepada Liputan6.com, Senin (8/7/2019).
Susi Pudjiastuti melanjutkan, modus ini dilakukan pengusaha dengan tujuan menghindari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
"Kedua mereka ini ingin dapat solar subsidi. Nah begitu saya jadi Menteri subsidi solar untuk kapal 30 GT saya stop. Karena kapal di atas 30 GT mereka bukan UMKM dan bukan nelayan, tapi pengusaha," terangnya.
Selain itu, Susi mengungkapkan kekesalanya bagi para pengusaha yang tidak melaporkan perizinan kapal yang menyebabkan aksi ilegal fishing masih bertumbuh di dalam negeri.
"Saya baru-baru ini hadir di FGD dengan Sri Mulyani, ada seribu orang disana. Ada satu orang nanya kenapa izin ini-itu dipersulit. Saya jawab, bapak kapalnya berapa, perusahaanya apa? Dia jawab mungkin 2 kapal. Saya mangkel setengah mati, mana mungkin kapal 20mx50m dia nggak apal? Kalau ada sendal itu saya lempar kesana. Kan kita juga punya laporanya," ujar Susi Pudjiastuti.
Advertisement
Susi Pudjiastuti Ingin Jadi Wartawan Online
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti mengungkapkan, jika dirinya tidak terpilih kembali menjadi menteri pada kabinet baru, dia siap menjadi wartawan online.
Senda gurau tersebut dia sampaikan pada acara open house yang berlangsung di Kompleks Widya Chandra, Senayan, Jakarta Selatan pada Kamis malam ini.
"Kalau sudah tak jadi menteri, ya saya balik lagi cari pekerjaan, mungkin jadi wartawan online," tuturnya saat ditanya wartawan apakah dirinya terpilih pada kabinet baru Jokowi Jilid II, Kamis (6/6/2019).
Dia menjelaskan, pekerjaan pilihannya tersebut beralasan disebabkan pengikutnya di media sosial terbilang tidak sedikit. Di instagram saja, Menteri Susi memiliki pengikut sebanyak 2,3 juta followers.
"Iya, jadi wartawan online saja. Followers saya kan banyak. Mungkin mau buat Susi.com," tambahnya.
Saat ditanya apakah sudah ada perbincangan lebih lanjut dengan Presiden Joko Widodo terkait kemungkinan dirinya terpilih kembali, Menteri Susi mengaku belum tahu sama sekali.
"Belum, belum ada obrolan dengan Pak Jokowi. Saya juga tidak tahu apakah ditarik lagi apa tidak," paparnya.
Menteri Susi: Kesejahteraan Nelayan Terus Meningkat Sejak 2014
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyelenggarakan acara Halal Bihalal di Kantornya. Dalam acara tersebut, dia memaparkan sejumlah capaian Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Salah satunya terkait kenaikan Nilai tukar nelayan(NTN) yang merupakan indikator kesejahteraan nelayan.
Menurut dia, Nilai tukar nelayan Bulan Mei 2019 sebesar 113,08. Angka ini naik sebesar 0,64 persen jika dibandingkan bulan yang sama tahun 2018, yaitu dari 112,36.
"Nilai tukar nelayan, nilai tukar Usaha perikanan, nilai tukar pembudidaya harus naik terus. Tidak boleh turun," kata dia, di Kantornya, Jakarta, Kamis (4/7/2019).
Dia mengatakan, sejak 2014, Nilai tukar nelayan terus mengalami kenaikan signifikan. Hal tersebut, lanjut dia, didukung oleh berbagai program kedaulatan kemaritiman yang sudah dijalankan.
"Saya lihat hari ini luar biasa. Ternyata terus membukukan kenaikan. Tahun 2014 itu di bawah 106. Begitu kita canangkan program kedaulatan kemaritiman, signifikan naik, 106, 108. Tahun 2017, 111, 2018, 113, Mei 2019 113,08," ujarnya.
Dia mengakui bahwa angka nilai tukar nelayan bulan Mei belum begitu memuaskan. Namun hal tersebut disebabkan karena karakteristik usaha penangkapan ikan yang biasanya tidak terlalu baik di awal tahun.
"Awal tahun agak sedikit karena biasanya musim hujan masih berlangsung ikan belum ada. Musim kemarau ikan baru ada. Sementara udang dan lobster musim hujan. Tapi dilihat dari tahun 2014 jauh angkanya. Dan pertumbuhan dalam situasi ekonomi dunia yang slow down," tandasnya.
Advertisement