Harga Garam Petani Anjlok, Menteri Susi Minta Pengusaha Jangan Serakah

Menteri Susi tidak menampik bahwa produksi garam Indonesia saat ini memang belum dapat memenuhi kebutuhan garam nasional.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 09 Jul 2019, 11:56 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2019, 11:56 WIB
Curhat Petambak Garam Cirebon Ditengah Produksi Yang Melimpah
Petambak garam Cirebon kerap mengeluh karena harga jual yang merosot tajam. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Susi Pudjiastuti merespons soal harga garam petani yang jatuh akibat terlalu banyak impor.

Menurut Susi, importir nakal atau pengusaha jangan terlalu serakah menyelewengkan logistik pemasaran garam di tingkat konsumen atau pasar.

"Ada importir nakal yaitu pengusaha-pengusaha yang menyebabkan garam buat industri masuk ke pasar. Akibatnya, garam petani tidak terserap ke pasar," tuturnya kepada Liputan6.com, Selasa (9/7/2019).

Susi menjelaskan, jatuhnya harga garam petani memang disebabkan Indonesia belakangan terlalu banyak impor garam. Apalagi, momentum ini diperparah dengan pengusaha nakal yang memanfaatkan kesempatan ini.

Oleh karena itu, muncul istilah bocor. Ini karena importir nakal dinilai menggelontorkan sejumlah garam impor industri ke tingkat konsumen atau pasar.

"Pengusaha ini kalau butuh buat (garam) industri ya silahkan, tapi mbok ya jangan dijual ke pasar. Karena faktanya ini kelihatan. Kan kasian petani, mereka ini nggak nguasai logistik pemasaran," terang Susi.

Kendati begitu, Susi tidak menampik bahwa produksi garam RI saat ini memang belum dapat memenuhi kebutuhan garam nasional.

Namun, pemerintah menurutnya tetap harus mengkontrol maupun membatasi porsi garam impor yang masuk ke pasar domestik.

"Karena ini buat keberlanjutan ekonomi Indonesia kedepan. Saya akan konsolidasi dengan PT Garam Tbk untuk beli garam petani dengan harga Rp700 atau kalau bisa Rp1.000 per kilogram biar jadi balancer ini," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Curhat Penambak Cirebon 'Kebanjiran' Garam Lokal

Curhat Petambak Garam Cirebon Ditengah Produksi Yang Melimpah
Harga jual garam ditingkat petambak Cirebon semakin merosot ditengah melimpahnya hasil produksi yang tak kunjung terjual. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Musim kemarau dianggap sebagai berkah bagi petambak garam Cirebon. Sejumlah penambak di Desa Rawaurip Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon tengah menggarap lahan tambak garam mereka tahun ini.

Namun demikian, tidak sedikit petambak garam yang mengeluh karena harga murah di tingkat pembeli. Ribuan ton garam yang tersimpan di gudang penyimpanan milik petambak tak kunjung laku terjual. 

Diketahui, garam tersebut merupakan hasil panen pada musim kemarau tahun 2018 lalu. Imbas banyaknya stok garam di gudang penyimpanan, harga terus merosot.

"Dari semula Rp1.000 per kg turun menjadi Rp800 dan sekarang sudah Rp500 per kg. Itu juga tidak banyak pembeli sehingga garam milik petambak maupun tengkulak di gudang masih menumpuk," kata salah seorang penambak garam Cirebon Toto (38), Selasa (2/7/2019).

Dia menyebutkan, satu orang penambak bisa menyimpan rata-rata 20 ton hingga 50 ton di gudang penyimpanan. Belum lagi garam milik tengkulak yang mencapai ratusan ton.

Pada musim tanam ini, kata dia, harga garam di tingkat penambak semakin merosot. Dia menyebutkan, untuk garam yang baru dipanen tahun ini dihargai Rp300 per kg.

"Ya kan masih banyak stok permintaan kurang sehingga garam yang baru panen akhirnya semakin merosot harganya," sebut Toto.

Pada musim panen tahun ini, tidak banyak tengkulak yang membeli garam dari petambak Cirebon. Para penambak mengaku kebingungan harus menjual garam mereka kemana.

Dia mengaku, setiap kali panen raya, harga garam cenderung turun karena hasil produksi garam Cirebon melimpah. Namun, banyaknya cadangan garam di gudang semakin membuat penambak khawatir.

"Kalau harga panen tahun ini saja Rp 300 per kg mungkin nanti kalau sudah panen raya bisa sampai Rp 50 per kg," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya