Wawancara Khusus Dirut Bulog: Kami Menghadapi Pihak yang Gencar Menyuarakan Hal Buruk Soal Bulog

Langkah Budi Waseso membenahi Bulog dan mengembalikan peran Bulog ternyata mendapat banyak halangan dari mafia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 11 Jul 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2019, 10:00 WIB
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso. (Abdillah/Liputan6.com)
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso. (Abdillah/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak ditunjuk menjadi Direktur Utama Perum Bulog oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada April tahun lalu, Budi Waseso langsung membuat gebrakan. Menurutnya, Indonesia tidak perlu impor beras karena persediaan Bulog sudah lebih dari cukup. Ia melihat bahwa produksi petani Indonesia bisa memenuhi kebutuhan nasional.

Seiring berjalannya waktu, ia terus membuat inovasi di Bulog seperti melepas produk beras renceng Kualitas dari beras ini adalah premium dengan kemasan untuk sekali memasak. Ia juga modernisasi gudang Bulog sehingga beras yang disimpan tetap dalam kondisi bagus hingga ke tangan masyarakat. 

Namun, langkah Budi Waseso membenahi Bulog dan mengembalikan peran Bulog ini ternyata mendapat banyak halangan dari mafia. Menurutnya, selalu ada pihak-pihak yang berusaha menjatuhkan Bulog.

Seperti apa ceritanya, simak penuturannya kepada tim Liputan6.com, berikut petikannya:

 

Bagaimana perkembangan terbaru penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)?

Masalah BPNT ini bukan soal Bulog bisa menyalurkan 100 persen atau tidak 100 persen, itu bukan ukuran saya. Paling penting ini adalah program Presiden dan ini harus berjalan dengan baik. Ini bukan soal siapa yang memasok dan juga penyalurkan, tetapi pemerintah harus bertanggungjawab, dalam hal ini yang mewakili pemerintah adalah Bulog.

Bulog memiliki tugas untuk penyerapan beras milik petani. Itu untuk apa? Itu untuk kesejahteraan petani. Untuk mempertahankan stabilisasi harga di tingkat petani. Jadi kita bekerja dari hulu ke hilir. Sekarang kalau kita kembali ke dalam program BPNT adalah program pemerintah dalam hal ini presiden ingin membantu masyarakat yang kurang mampu, keluarga penerima manfaat BPNT, sasarannya itu. Ini program negara maka harus ditangani, dikuasai dan dikontrol oleh negara. Cara berpikirnya seperti itu.

Sekarang Bulog sudah menyerap untuk Cadangan Beras Pemerintah (CBP) untuk disimpan, tentu ini harus digunakan. Kalau disimpan ini kan makanan. Kalau besi apalagi emas, benda-benda seperti itu disimpan tidak apa-apa. Ini makanan ada batas kadaluawarsa. Ini harus digunakan.

Sementara BPNT itu menggunakan pasar bebas. Tujuannya bagus jika dilihat secara utuh yaitu masyarakat tidak dikunci dengan dia tidak punya pilihan. Cuma kita harus mengutamakan punya pemerintah dulu. kenapa? karena selama ini pasar menguasai, mengunci sehingga Bulog tidak berbuat apa-apa karena sudah dikuasai pasar-pasar bebas. Ini yang berdampak kepada bagaimana negara tidak bisa berbuat apa-apa. Harga bisa dikendalikan oleh tanda kutip kelompok-kelompk mafia. Mafia apa saja, seperti bawang, kedelai, gula, termasuk garam. Itu terjadi karena kita tidak jeli.

Saya ini berangkatnya dari kepolisian, saya abdi negara, penegak hukum. Saya mengerti tatanan aturan. Ini ada sesuatu yang salah. Kalau negara sudah dikuasai oleh kelompok atau kartel terus mau bilang apa kita. Maka saya mau mengembalikan peran negara melalui Bulog. Artinya sekarang program BPNT itu sekarang harus betul-betul dikuasai dan dikendalikan oleh negara.

Kan saya sudah mengubah. Oke dulu tidak mengakui, tetapi kita harus belajar dari kecerobohan Bulog dulu bahwa Bulog tidak kontrol sehingga kualitas tidak bagus. Itu tidak boleh sekarang, tidak boleh beras ada ada kutunya, beras bau.

Tapi sebenarnya ada latar belakang kenapa itu bisa terjadi. Karena sebelumnya Bulog menyerap beras atas perintah negara untuk cadangan tetapi uangnya pinjam. Diganti manakala sudah ada penugasan. Nah, kita tidak bisa ngapa-ngapain beras ini kecuali ada penugasan. Ini ada konsekuensinya yaitu waktu penyimpanan. Kalau 6 bulan tidak kita pakai maka kualitasnya turun. Lama-lama dihinggapi kutu, ada telor kutu dan lainnya. Ini siapa yang tanggung jawab? tidak ada, hanya Bulog sendiri. Padahal ini program pemerintah.

Sekarang Bulog harus saya bangun. Sekarang saya harus berani mengambil risiko. Sekarang saya sudah mengambil dari masyarakat beras yang berkualitas lalu saya simpan dengan standar, artinya berasnya harus bagus. Saya menjamin untuk tidak impor. Artinya saya keberpihakannya selalu ke dalam negeri, ke petani.

Apakah dengan tidak impor bisa mencukupi?

Coba kita lihat perjalanan selama ini. Silahkan dicek datanya dari 2009 atau 2010 sampai 2018. Saat itu kita impor terus. Itu kita bicara fakta. Mau kita surplus atau enggak kita tetap impor. Kenapa itu terjadi karena semua tidak care terhadap kepentingan dalam negeri dan sudah dikuasai oleh kartel. Jadi dipermainkan yang seharusnya tidak perlu impor.

Ini sudah saya buktikan. Semenjak jadi dirut saya sudah bilang tidak akan impor. sampai saya jamin di 2019 tidak akan impor. Di tangan saya hampir dua tahun tidak pernah impor. Padahal sepanjang tahun sebelumnya impor terus. berarti betul yang saya prediksi ada sesuatu yang salah. Ini yang sebenarnya saya buktikan.

Jadi kalau kita bicara BPNT, ini kan program pemerintah kok dilepas. Inikan pemerintah dibunuh oleh pemerintah sendiri. Artinya saya ini negara, mensos juga negara. Masa kita bunuh-bunuhan. Maka sebenarnya kepentingan siapapun harus bersinergi. Negara harus bersinergi, mau bicara mensos, mau bicara mendag, menteri perindustrian, menteri pertanian, Bulog, apapun yang namanya pemerintah harus satu. Apapun persoalannya kalau ditangani oleh satu, sinergi, akan selesai.

Ini saya mau buktikan bahwa kita tidak bisa berdiri sendiri, jalan sendiri. Itu tidak bisa.

Pak Jokowi punya pemikiran yang bagus, tetapi dipahami oleh pembantunya tidak sama. Jalannya beda-beda. itu yang tidak boleh. Kalau Pak Jokowi bilang A, kita semua harus A dengan kewenangan dan kewajiban masing-masing, perannya masing-masing.

Contoh sederhana Pak Jokowi bilang kita harus swasembada pangan, kita harus mencapai kedaulatan pangan. Artinya daulat itu pangan di tangan rakyat. Coba sekarang pangan itu di tangan siapa? Berarti kedaulatan tidak tercapai kan. sederhana berpikirnya seperti itu. Padahal Pak Jokowi memintanya kedaulatan pangan. Sekarang untuk mencapai siapa yang harus mewujudkan? Swasembada dulu dong. keberpihakan di dalam negeri, bagaimana keberpihakannya? Bagaimana cara Menteri Pertanian menggiatkan pertanian, setelah itu kan harus ada yang melanjutkan lagi, ada Menteri Perindustrian yang akan mengolah produksi pangan menjadi komoditi, ada Menteri Perdagangan, ada menteri Koperasi, Ada Menteri Keuangan, ada Bulog. Semua harus berperan menciptakan swasembada.

Sekarang kita tanya, adakah petani yang kaya? Bagaimana kesejahteraan petani? Ini terjadi karena kita lepas begitu saja.

 

Bagaimana Anda meyakinkan kepada seluruh pihak agar Bulog harus mengelola BPNT?

Buwas Bahas Anggaran dan Kinerja Bulog Bersama DPR
Dirut Perum Bulog Budi Waseso memberi penjelasan kepada Komisi IV DPR saat rapat kerja di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (20/6/2019). Rapat membahas RKA Kementerian dan Lembaga Tahun 2020, evaluasi pelaksanaan anggaran triwulan I dan kinerja Bulog selama tahun 2018. (Liputan6.com/JohanTallo)

Sebenarnya tidak sulit. BPNT sudah pada mengerti. Semua mengerti baik di pihak Mensos, di pihak saya maupun menteri yang lain sudah mengerti, karena kita semua orang waras. Semua paham masing-masing tugasnya. Permasalahannya karena kita ini berusaha untuk menjalankan itu untuk kepentingan pribadi dan golongan. Saya tidak mengatakan ada satu institusi yang tidak baik. Kita bicara oknum. Di Bulog juga ada oknumnya. Sekarang yang perlu kita perangi adalah oknumnya. Jangan beri peluang untuk dia bekerja sama dengan mafia.

Selama ini program seperti ini dimanfaatkan oleh mereka untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok. Yang kasihan masyarakat penerima manfaat ini. Sudah sudah miskin, pemerintahnya ingin membantu tetapi dimanfaatkan untuk mencari keuntungan pribadi dan kelompok. Ini yang harus saya jelaskan. Ini yang harus saya jelaskan kepada pemimpin yang ada di instansi tersebut.

Ini program pemerintah, kalau saya berkelahi dengan pemerintah jadi lucu. Ini kalau diambil alih kan beras yang di Bulog tidak terpakai kan busuk. Kalau busuk yang bermasalah kan Bulog. Makanya saya bilang ya sudah kalau itu mau diambil alih tidak apa-apa, tetapi konsekuensi beras akan busuk. berarti kan Bulog tidak diperlukan lagi. Kalau begitu ya sudah saya tidak dibutuhkan lagi. Artinya saya mundurkan tidak apa-apa. negara tidak ada beban lagi, tidak harus membayar saya, membayar karyawan. Kan sudah bisa diambil alih salah satu instansi.

Program BPNT sebenarnya bagaimana harusnya?

Awalnyanya itu rastra, sekarang sudah jalan. Sekarang beralih ke BPNT. Kalau rastra itu langsung kita kirim. Nah kalau BPNT itu sebenarnya program bagus, masyarakat bisa memilih, dikasih kartu yang bisa gesek, nilainya Rp 100 ribu. Rp 86 ribu untuk beras dan sisanya bisa telur. Sekarang kalau udah sistem itu programnya sebenarnya tujuannya bagus, masyarakat bisa memilih. Artinya beli beras semua boleh, beli telur semua boleh. Tetapi dia harus diajari untuk tidak ketergantungan. Artinya bisa kreatif memilih. Misalnya saya ingin beras medium itu boleh, ingin beras premium itu boleh. tetapi yang penting kualitas. Mau medium mau premium yang penting kualitas. Jaminan bahwa masyarakat mendapat kualitas yang baik.

Jangan seolah-olah Bulog itu dibangun image-nya negatif terus, seolah-olah tidak memiliki kemampuan untuk memasok barang yang baik. Sekarang kan disuarakan begitu, sampai hari ini banyak yang mengatakan kualitas Bulog belum terjamin. Itu sebenarnya masa lalu.

Saya mengakui jika kualitas beras Bulog itu ada yang tidak bagus, tetapi itu masa lalu. Itu ada sebab akibat. Contoh itu yang di timur beras kita 20 ribu ton busuk. Itu kan dulu bansos rastra juga, dikirim ke sana tetapi programnya dibatalin. Tidak mungkin ditarik lagi karena harganya terlalu mahal. Kita diamkan makanya busuk. Cara berpikir saya sekarang itu begitu. Saya sudah mengambil dari petani dengan harga layak, kita simpan, untuk didistribusikan lagi untuk kepentingan pemerintah dalam program salah satunya BPNT.

Tetapi saya tidak hanya itu. Saya sekarang mencoba untuk komersial. Itu untuk membuktikan dan memperkenalkan bahwa kita punya beras yang berkualitas. Ada bera hitam, beras putih, beras merah, yang kualitasnya nomor 1.

 

Bagaimana cara meyakinkan masyarakat bahwa beras Bulog kualitasnya sudah bagus?

20160608-Gudang Bulog-Jakarta- Johan Tallo
Pekerja memanggul karung Beras milik Badan Urusan Logistik (Bulog) di Gudang Bulog kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (7/6). Bulog memiliki stok beras sebanyak 2,1 juta ton. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dilihat secara fakta. Sekarang cara penyimpanannya sudah modernisasi. Gudang sudah kita benahi, cara penyimpanan sudah baik, cara perawatan juga baik. Lalu kita juga sudah fumigasi secara rutin. itu untuk menjaga kutu. Kita kontrol pada keluarnya tetap kita jaga dan kita awasi. Bahkan sekarang kita bangun setiap gudang ada proses pembersihan. Jadi beras saat keluar kita bersihkan sehingga beras dalam kondisi bagus dan bersih, tidak ada kutu dan mematikan telur kutu-kutu. Itu jaminan yang saya sampaikan bahwa kita sudah berubah. Jangan diputer-puter seolah-olah dulu beras Bulog bau. Jangan menggunakan isu lama. itu kan digulirkan oleh kelompok mafia supaya Bulog tidak mendapatkan kepercayaan.

Celakanya sekarang teman-teman dari kementerian dan lembaga terkait senang karena dia sudah nyaman, sudah mendapatkan keuntungan dari kegiatan yang ada selama ini. Dengan Bulog tidak eksis maka dia mendapatkan keuntungan. Sebenarnya itu sederhana.

Ini saya juga jamin meskipun beras kita sudah baik tetap akan dibilang jelek karena perang dengan mafia. Pasti ada pihak yang mencoba memalsukan dengan bungkus disamakan nanti diisi beras jelek.

Untuk mengawasi itu bagaimana?

Itu saya sudah punya cara. Saya sudah punya teknik. Kan saya mantan polisi, pengawasannya berbeda. Jadi nanti kalau ada yang bermain dengan itu ketahuan sama saya.

Ini sekarang saya tahu tekniknya dia. Sekarang dia sudah mulai ancang-ancang. Tapi dia lupa kalau saya polisi, mantan kabareskrim. Jadi sengaja saya diamkan dulu. Tapi saya sudah antisipasi. Nanti kalau ketangkap saya gecek, saya suruh telan itu berasnya.

Lalu bagaimana narasi untuk kampanye beras Bulog sangat baik?

Sudah ada. Di situs Bulog sudah ada. persoalannya kita menghadapi pihak-pihak yang juga gencar menyuarakan hal yang buruk soal Bulog.

Stok beras Bulog sekarang berapa?

2,3 juta ton.

Berapa kebutuhan untuk BPNT?

Tahun ini untuk di kita 700 ton sampai Desember.

Untuk tahun depan?

Tergantung dengan program-programnya. jadi kalau kita pikirkan setahun itu bisa 1,5 juta ton kalau setahun penuh. Sebenarnya kita cukup dan mampu. Jadi begini, kalau ada jaminan penyaluran maka kita akan serap sebanyak mungkin, tetapi kalau sekarang tidak ada jaminan pasti anggota saya di lapangan tidak mau menyerap.

Mengapa program tidak diusulkan jangka panjang sehingga penyerapannya terjamin?

Ini kalua soal BPNT tergantug dari survei. Ini kan harapannya penerima manfaat menurun, kalua makin banyak berarti kemiskinannya makin besar. Jadi ini hasil survei dan terus dievaluasi, 3 bulan, 6 bulan sekali dievaluasi. Wilayahnya biasanya bergeser, sasarannya juga biasanya bergeser.

 

Langkah apa yang akan dilakukan oleh Bulog untuk tugas menyalurkan BPNT?

Pasokan Melimpah dan Stok Gudang Penuh, Operasi Pasar Tidak Perlu
Bulog tak perlu melakukan operasi pasar beras. Karena jika stok beras di pasar berlebih, akan beresiko bagi petani.

Ini sebenarnya bukan tugas baru, ini sudah biasa. Hanya ini sebenarnya karena masyarakat boleh memilih, pasarnya harus dikuasai kita. Artinya produk yang kita tawarkan ke masyarakat harus banyak pilihan. Masyarakat tidak boleh diberikan satu pilihan, itu sama saja tidak mendidik, memaksa.

Nah, kita akan siapkan beras dari beberapa jenis. Medium itu kita siapkan tiga jenis dengan harga yang berbeda. Premium juga begitu, kita siapkan tiga jenis dengan harga yang berbeda. Jadi dia mau memilih apa silahkan. Nanti ditambah, Bulog akan menyiapkan di setiap warung uji tanak. Disiapkan alat memasak kecil-kecil untuk uni tanak. Jadi masyarakat yang akan beli bisa merasakan sendiri. Itulah cara kita berpikir untuk kebaikan masyarakat.

Kita ini sebenarnya berpikir ke depan, untuk kebaikan. Tetapi kan ada orang yang tidak nyaman karena dia mata pencahariannya terganggu.

BPNT ini apakah sebagai salah satu upaya kedaulatan pangan?

Sebenarnya bukan kedaulatan pangan. BPNT itu bantuan dari pemerintah untuk masyarakat yang kurang mampu, keluarga penerima manfaat. Ini sifatnya sementara. Selama masyarakat membutuhkan bantuan maka akan dibantu oleh pemerintah, terutama masalah perut. Tetapi ini tidak akan selamanya karena masyarakat pasti akan maju dab berkembang. Jadi kalau sudah sejahtera ya sudah.

Menurut Anda, kedaulatan pangan di Indonesia itu harus seperti apa?

Saya ini latar belakang bulan petani, tetapi kalau bicara soal strategi, negara kita itu agraris dan kelautan. Dari dulu waktu nenek moyang kita sudah bilang begitu. Kita dijajah Belanda itu karena kita kaya dengan tanaman, dengan hasil bumi, sampai hari ini pun banyak yang ingin menguasai Indonesia. Itu yang harus kita pertahankan. Kalau kita negara agraris berarti menjadi sumber pangan, itu sudah terbukti kan, dimana saja bisa ditaman. Sekarang berarti kita harus kembangkan pangan dong, jangan sampai kita kekurangan pangan. Lucu dong penghasil pangan tetapi kok kelaparan. Itu miris.

Tapi hari ini kita mulai bergeser, kita tidak peduli dengan pangan. Mungkin cara berpikirnya ah beli aja gampang. Itu salah besar. Dan kita digeser ke sana sehingga ketergantungan diciptakan untuk negara kita supaya ketergantungan. Kalau ketergantungan kan akhirnya impor.

Cara berpikirnya seperti ini. Saat ini kita bisa hidup bisa pintar karena apa? Pangan kan. Lalu pangan sumbernya dari mana? Dari desa kan, dari petani. Sekarang apakah perhatian kita kepada petani ada? Tidak kan. Adakah petani kaya? Tidak. Sekarang kita tinggal beli, makan bisa jadi apa saja tetapi petani tetap petani. Miskin tetap miskin. Adilkah itu?

Kembali kepada swasembada pangan, harusnya itu harga mati kita. Kita harus bekerja keras untuk swasembada pangan dan akhirnya jika kita kuat di sektor pangan kita punya kedaulatan. Jadi Doktrin yang harus ditanamkan ke masyarakat adalah tidak ada sejengkal tahan yang tidak bermanfaat. Artinya ketahanan pangan bisa dibangun dengan menanamkan kesadaran bahwa sejengkal tanah pun harus kita manfaatkan untuk pangan. Jadi di halaman kita bisa taman singkong, ubi, jagung, dan lainnya.

Kalau itu ada di seluruh warga masyarakat kita, kita akan menjadi hebat. Pasti kedaulatan pangan tercapai. Kalau kita sudah punya kedaulatan, tidak ada yang berani dengan kita. Diembargo apa saja perut kita masih kenyang. Tetapi kalau lapar, biarpun pintarnya seperti apa akan berubah semua. Makanya yang harus dibangun itu pangan.

 

Buwas Bahas Anggaran dan Kinerja Bulog Bersama DPR
Dirut Perum Bulog Budi Waseso memberi penjelasan kepada Komisi IV DPR saat rapat kerja di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (20/6/2019). Rapat membahas RKA Kementerian dan Lembaga Tahun 2020, evaluasi pelaksanaan anggaran triwulan I dan kinerja Bulog selama tahun 2018. (Liputan6.com/JohanTallo)

Anda optimistis Indonesia bisa melakukan swasembada pangan?

Bisa. asalkan kita memiliki tujuan satu dan sama, kepentingan untuk Republik Indonesia, tidak udah berkelahi. Kita manusia ada kelebihan dan kekurangan. Kita punya kemampuan sendiri-sendiri maka kita kerjakan sesuai dengan kemampuan kita dengan tujuan satu yaitu membangun negara ini agar kuat. Itu yang paling penting.

Ada masukan dari Anda untuk kedaulatan pangan terutama beras agar tidak jadi konflik terus?

Sekarang begini, saya sudah membangun on farm, itu sebenarnya bukan tugas Bulog. Saya membantu mentan, membantu pemerintah. Jika dilihat saat ini ada tidak penyuluh pertanian. Tidak ada. Jadi kembali lagi kita tidak ada perhatian di sektor pertanian. Kita tidak merasa pertanian itu penting. Itu sebenarnya yang harus kita bangun yaitu bahwa pertanian itu penting. Sekarang ada tidak sarjana pertanian yang bekerja di sektor pertanian. Tetapi itu bukan salah juga. Jadi prinsipnya begini, bahwa manusia itu butuh hidup, kalau butuh hidup itu apapun dilakukan. Kalau sarjana pertanian lalu jadi tukang ojek apakah itu salah? Tentu tidak.

Yang penting sekarang adalah kekuatan kita harus dibangun lagi. Sarjana-sarjana pertanian itu harus focus ke pertanian. Biar dia membimbing dan menciptakan petani yang bagus, bibit unggul, pertanian modern. Tetapi harus jaminan juga sarjana ini mendapatkan pendapatan yang layak. Kalau enggak siapa yang mau.

Tanggapan mengenai cap bahwa Anda anti impor?

Salah. Bukan anti impor. Saya tidak anti impor. Jadi dikala kita butuh mau tidak mau harus impor. Jadi ini orang salah menangkap kalau saya anti impor. Jadi waktu itu saya menolak impor itu karena kita masih punya.

Sudah saya buktikan. Selama dari 2010 kita impor terus, sampai 2018 saya masuk itu masih ada barang yang masuk tetapi itu izinnya bukan zaman saya. Sekarang saya bisa buktikan kalau kita tidak perlu impor. Itu terbukti. Jadi 2018 jalan sampai akhir tidak ada impor, ini 2019 tengah tahun juga tidak ada impor, juga cadangan saya banyak. Berarti kan jaminan saya betul.

Tantangannya ini alam. Jadi kalau BMKG mengatakan kalau ini elnino dan kekeringan berkepanjangan itu bisa saja pertanian kita gagal, itu kita butuh pangan jadi impor. Tapi jangan berlimpah-limpah impornya, kasihan petani kita.

Jadi jangan kita berpikir karena bisnis. Kalau impor itu menguntungkan sebagian orang. Tapi kita harus berpihak petani kita. Kita harus berpikir kalau kita ini utang, hidup dari petani. Nah, sekarang wujud kita membayar utang apa? Ya berpihak kepada petani. Sederhananya itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya