Pemangkasan Bunga Acuan BI Untungkan Sektor Properti

Membaiknya iklim investasi, khususnya pasca Pemilu dan adanya keberlanjutan pemerintahan Jokowi akan menjadi sentimen positif untuk pelaku usaha properti.

oleh Septian Deny diperbarui 23 Jul 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2019, 09:00 WIB
Pameran Indonesia Property Expo (IPEX) 2018
Pekerja menerangkan kepada calon pembeli properti saat pameran Indonesia Property Expo (IPEX) 2018 di Jakarta Convention Centre, Sabtu (3/3). Gelaran tahunan ini juga digelar untuk mendukung Program Nasional Satu Juta Rumah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas BI 7-Day Repo Rate dinilai bakal menguntungkan pelaku usaha properti. Pasalnya, ditengah kondisi politik yang makin stabil, penurunan tingkat bunga itu akan mendorong konsumsi masyarakat terus meningkat, termasuk pasar properti.

Persepsi investor terhadap aset investasi juga terus menguat sejak berakhirnya hajatan politik 17 April silam. Ini ditandai dengan menurunnya Credit Default Swap (CDS) 5 tahun dari semula 137,452 di akhir 2018 menjadi 86,245 akhir pekan lalu.

Kepala Riset PT Koneksi Kapital, Marolop Alfred Nainggolan melihat sektor properti akan sangat diuntungkan dengan penurunan suku bunga acuan BI. Apalagi kebutuhan rumah di berbagai segmen pasar masih cukup besar.

"Membaiknya iklim investasi, khususnya pasca Pemilu dan adanya keberlanjutan pemerintahan Jokowi akan menjadi sentimen positif untuk pelaku usaha. Sektor properti akan kembali semarak di semester II ini," ujarnya di Jakarta, Selasa (23/7/2019).

Marolop menilai fundamental sejumlah emiten properti seperti Agung Podomoro Land (APLN), Bumi Serpong Damai (BSDE) dan Ciputra (CTRA) bakal semakin solid. Beberapa proyek properti APLN seperti di Bandung, Batam, Balikpapan dan juga Cimanggis, Depok diperkirakan bakal menjadi target konsumen.

"Proyek-proyek properti milik APLN memiliki segmen konsumen yang kuat. Ini yang mendorong pertumbuhan bisnis perusahaan semakin tinggi," kata dia.

Terkait penurunan rating surat utang APLN oleh moodys dan fitch rating, Marolop meyakini perusahaan memiliki jalan keluar. Sebagai grup usaha properti besar dengan aset yang bagus, APLN memiliki banyak ruang untuk menyelesaikan tantangannya. Apalagi situasi ini juga dihadapi oleh banyak pelaku usaha properti lainnya.

"APLN ini memiliki aset-aset properti yang strategis, yang memudahkan untuk mencari pendanaan di pasar baik dengan penjaminan aset atau bisa juga sekuritisasi. Apalagi Perusahaan juga didukung bisnis recurring income dengan segmen premium yg sangat positif buat pendanaan dan bisnis jangka panjang APLN," jelasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kinerja APLN

Berburu Rumah Murah di Indonesia Property Expo 2017
Maket rumah yang dipamerkan dalam pameran Indonesia Property Expo (IPEX) 2017 di JCC, Senayan, Jakarta, Jumat (11/8). Pameran proyek perumahan ini menjadi ajang transaksi bagi pengembang properti di seluruh Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direktur Keuangan APLN Cesar M Dela Cruz bilang, perusahaan optimis kinerja APLN akan terus membaik. Sejalan dengan keyakinan pasar dan kondisi ekonomi yang menunjukkan tren positif, Dela Cruz menganggap hal itu akan menjadi peluang bagi APLN untuk meningkatkan penjualannya.

"Kami optimis kinerja perusahaan terus membaik. Secara internal kami juga terus melakukan evaluasi dan penyempurnaan bisnis proses, sehingga bisnis APLN makin efisien," ungkap dia.

Selain menggarap proyek-proyek properti baru, APLN juga mengembangkan dan memperkuat bisnis recurring incomenya. Misalnya pusat belanja dan kuliner Central Park Mall, Senayan City, Kuningan City, Baywalk Mall, Festival City Link Bandung, Plaza Balikpapan, Podomoro City Deli Medan serta yang baru saja beroperasi seperti Pullman Ciawi Vimala Hills.

BI Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,75 Persen

BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo saat memberikan keterangan usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis (21/2). BI kembali menahan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7RRR) di angka 6 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Juli 2019 Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada angka 5,75 persen.

BI juga menahan suku bunga Deposit Facility pada angka 5 persen dan Lending Facility 6,5 persen.

"Rapat Dewan Gubernur BI pada 17-18 Juli 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day repo" ujar Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, di Kantor BI, Jakarta, pada Kamis 18 Juli 2019. 

Penurunan suku bunga menurutnya dilakukan sejalan dengan kondisi perekonomian global yang melambat. 

"Kebijakan ini sejalan dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi kedepan dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi ditengah pasar keuangan global yang menurun dan stabilitas ekonomi Indonesia yang terkendali," ujarnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya