Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan, saat ini Indonesia tengah mendekati Compal Electronics, produsen Apple iPad asal Taiwan. Tujuannya agar perusahaan tersebut memindahkan pabriknya ke Indonesia.
"Bapak Menteri Perindustrian juga sedang berkomunikasi dengan supplier namanya Compal untuk melakukan relokasi pabrik ke indonesia," kata dia, di kantornya, Jakarta, Selasa (30/7).
Advertisement
Baca Juga
Dia mengatakan selain mendekati pelaku usaha, Indonesia juga berdiskusi dengan pemerintah China dalam upaya memenangkan persaingan dalam menarik relokasi pabrik dari Cina.
"Ada dua lagi supplier utama Apple yang memilih untuk relokasi ke india yaitu Foxconn dan Wistron yang memang kita menghadapi persaingan sengit dari negara tetangga untuk menggarap relokasi dari Tiongkok," urai Lembong.
"Kami terus berkordinasi dengan pemerintah Tiongkok itu sendiri, alasan relokasi pabrik ini bukan hanya soal perang dagang, tapi memang sudah waktunya Tiongkok mengembalikan pabrik-pabrik yang dulu diambil dari negara-negara Asia Tenggara, 20 tahun lalu," imbuhnya.
Dia pun menjelaskan, saat ini produsen Apple, iPhone asal Taiwan, yaitu Pegatron, sudah merelokasi pabriknya ke Batam, Indonesia. Nilai investasi perusahaan tersebut mencapai USD 40 juta.
"Diperkirakan akan menghasilkan ekspor USD 1 miliar per tahun. Kira-kira 2021 2022. Ini kan butuh waktu, mulai beroperasi pelan-pelan," tandasnya.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Realisasi Investasi Kuartal II 2019 Capai Rp 200,5 Triliun
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sepanjang kuartal II 2019 mencapai Rp 200,5 triliun. Angka ini naik 13,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun tahun lalu sebesar Rp 175,3 triliun.
Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan, capaian tersebut terdiri atas realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 95,6 triliun dan penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 107,9 triliun.
Jika dibandingkan dengan realisasi kuartal I 2019 lalu, ada kenaikan sekitar 2,6 persen. Melihat angka tersebut, BKPM melihat adanya peluang peningkatan realisasi investasi setelah semester I 2019.
Mantan Menteri Perdagangan ini bahkan optimis jika realisasi investasi selama full year akan kembali ke angka double digit. Hal tersebut didukung kondisi politik dalam negeri yang semakin stabil setelah setelah penetapan Presiden dan Wakil Presiden 2019-2024.
"Saya tetap mempertahankan prediksi investasi full year akan kembali di double digit,” kata dia, di Kantor Pusat BKPM, Jakarta, Selasa (30/7).
Selama kuartal II 019, terdapat lima daerah dengan realisasi investasi terbesar. Pertama Jawa Barat sebesar Rp 31,4 triliun atau naik 15,6 persen. Diikuti DKI Jakarta yang mencapai Rp 29,8 triliun atau naik 14,9 persen.
Selanjutnya Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan realisasi investasi masing-masing Rp 19,4 triliun naik 9,7 persen dan Rp 14,7 triliun naik 7,4 persen. Kemudian yang terakhir adalah Banten dengan Rp 12,1 triliun naik 6 persen.
Advertisement
Realisasi Investasi Berdasarkan Sektor Usaha
Sementara realisasi investasi berdasarkan sektor, urutan pertama diisi oleh transportasi, gudang dan telekomunikasi yang mencapai Rp 34,5 triliun naik 17,2 persen. Kemudian listrik, gas dan air yang mencapai Rp 23,7 triliun atau naik 11,8 persen.
Kemudian industri makanan yang mencapai Rp 17,2 triliun atau naik 8,6 persen. Kemudian ada tanaman pangan, perkebunan dan peternakan yang mencapai Rp 16,9 triliun atau naik 8,4 persen. Dan terakhir adalah pertambangan yang mencapai Rp 15,1 triliun atau naik 7,5 persen.
Terkait pertumbuhan PMDN, lanjut dia, pada semester I 2019 mencapai Rp 395,6 triliun meningkat 16,4 persen. Sedangkan realisasi PMA pada semester pertama 2019 mencapai Rp 212,8 triliun atau naik 4 persen.
Menurut dia, realisasi investasi periode Januari hingga Juni 2019 masih didominasi sektor infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, pembangkit listrik dan konstruksi.
"Terlihat juga bahwa investasi infrastruktur yang membutuhkan anggaran besar dan sifatnya multiyears, tetap ada realisasinya dengan kondisi ekonomi global dan regional yang penuh tantangan ketidakpastian," tandasnya.