Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak tajam sebesar 4,79% ke level 6.254,02 pada Kamis, 10 April 2025, setelah merosot ke posisi terendah dalam hampir empat tahun. Kenaikan ini didorong oleh sentimen global, terutama keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menunda selama 90 hari pemberlakuan tarif baru terhadap semua negara, kecuali Tiongkok.
Langkah tersebut dinilai meredakan kepanikan pasar dan mendorong reli di bursa Asia hingga Eropa. Tak terkecuali Indonesia, yang kembali dilirik investor sebagai pasar berisiko menarik.
Baca Juga
"Penangguhan tarif ini memberi napas segar bagi pelaku pasar. Dalam jangka pendek, ini menciptakan ruang teknikal untuk rebound, tapi belum cukup kuat sebagai landasan pemulihan jangka panjang,” ujar Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana dalam riset yang diterima Liputan6.com, Jumat (11/4/2025).
Advertisement
Namun, di balik euforia pasar, investor asing justru tercatat membukukan aksi jual sebesar Rp632 miliar. Ini mengindikasikan bahwa reli IHSG belum mendapat dukungan kuat dari arus modal global. Ketegangan antara AS dan Tiongkok juga belum sepenuhnya mereda, mengingat masih berlangsungnya saling balas tarif impor.
"Pasar saat ini masih sangat sensitif terhadap isu geopolitik. Investor perlu disiplin dan jangan terbuai oleh lonjakan jangka pendek,” tambah Hendra.
Sementara itu, penguatan rupiah ke level JISDOR 16.779 menjadi katalis tambahan bagi investor domestik. Dari sisi teknikal, IHSG kini mengincar resistance di area 6.418. Jika berhasil ditembus, target berikutnya berada pada kisaran 6.600–6.800.
Musim Dividen
Optimisme pemulihan ekonomi mendorong investor kembali melirik saham-saham berfundamental kuat, khususnya yang memiliki katalis jangka pendek seperti pembagian dividen dan transformasi bisnis.
Saham-saham unggulan yang menarik saat ini antara lain Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), menawarkan dividen yield hingga 9,2%, serta potensi teknikal menuju 4.460. Kemudian Surya Citra Media Tbk (SCMA), yang diuntungkan dari pemulihan belanja iklan dan penguatan platform digital Vidio, dengan target ke 220. Indika Energy Tbk (INDY), dilirik karena transformasi ke sektor energi terbarukan dan kendaraan listrik, dengan target harga 1.155.
Musim Dividen
Musim dividen yang segera dimulai turut menjadi katalis positif. Namun, Hendra mengingatkan, “Dividen tinggi belum tentu aman jika tidak didukung oleh kinerja laba berkelanjutan. Seleksi ketat terhadap fundamental tetap harus jadi prioritas,” kata Hendra.
Secara umum, IHSG menunjukkan peluang penguatan lebih lanjut. Namun, dengan ketidakpastian global dan arus dana asing yang belum stabil, investor disarankan tetap mengedepankan manajemen risiko dan tidak mengambil posisi secara agresif.
"Investor perlu disiplin dalam memilih saham, memanfaatkan momen dividen secara selektif, dan menjaga manajemen risiko sebagai kunci utama dalam menghadapi dinamika pasar ke depan," pungkas Hendra.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Penutupan IHSG pada 10 April 2025
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di zona hijau pada perdagangan Kamis (10/4/2025). Penguatan IHSG terjadi usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunda penerapan tarif resiprokal selama 90 hari terhadap sejumlah negara.
Mengutip data RTI, IHSG ditutup melambung 4,79 persen ke posisi 6.254,02. Indeks LQ45 naik 5,64 persen ke posisi 707,11. Seluruh indeks saham acuan menghijau.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, penguatan IHSG didorong euforia penundaan tarif impor selama 90 hari oleh Amerika Serikat untuk sebagian negara kecuali China. "Meskipun eskalasi perang dagang China vs AS tetap berlangsung untuk balas membalas tarif. Penguatan ini juga dipengaruhi oleh penguatan nilai tukar Rupiah dan penguatan bursa global,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG kembali sentuh posisi 6.300. Tepatnya, IHSG menyentuh posisi 6.310,82. Selain itu, IHSG sentuh posisi terendah 6.188,67.
Penguatan IHSG ini juga didorong 553 saham yang melesat. Sedangkan 84 saham melemah dan 160 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.207.343 kali dengan volume perdagangan 22,7 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 15,6 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.794.
Seluruh sektor saham kompak melesat. Sektor saham basic melonjak 7,03 persen, dan catat penguatan terbesar. Disusul sektor saham consumer siklikal bertambah 6,11 persen dan sektor saham energi melambung 5,51 persen.
Selain itu, sektor saham industri menguat 3,03 persen, sektor saham consumer nonsiklikal menanjak 4,56 persen, sektor saham kesehatan bertambah 3,2 persen. Lalu sektor saham keuangan menanjak 3,39 persen, sektor saham properti naik 4 persen, sektor saham teknologi melesat 5,03 persen, sektor saham infrastruktur mendaki 5,19 persen dan sektor saham transportasi menguat 4,32 persen.
Sentimen IHSG
Mengutip Antara, dalam kajian tim riset Phintraco Sekuritas menyebutkan, penguatan IHSG didorong oleh sentimen positif dari keputusan Trump yang menunda kebijakan tarif resiprokal selama 90 hari, termasuk terhadap Indonesia.
‘Penguatan IHSG didukung oleh hampir seluruh indeks sektoral yang bergerak positif,” sebut Tim Riset Phintraco Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Kamis, dikutip dari Antara.
Selain sentimen kebijakan tarif Amerika Serikat (AS), pelaku pasar juga tengah menantikan rilis laporan keuangan kuartal I-2025 oleh perusahaan, yang apabila masih resilien maka berpotensi menjadi pendorong kenaikan indeks.
Selain itu, pelaku pasar juga menantikan realisasi pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral, serta penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS.
Pada Rabu, 9 April 2025, sore waktu AS, Trump telah mengumumkan penundaan selama 90 hari atas tarif resiprokal ke berbagai negara mitra dagang, namun tetap menaikkan bea masuk kepada China sebesar 125 persen.
Negara yang akan dikenakan tarif resiprokal lebih tinggi hanya dikenakan tarif dasar sebesar 10 persen. Trump mengatakan sudah ada lebih dari 75 negara yang siap bernegosiasi dengan AS.
Advertisement
