CEO Amazon: Harga Bakal Naik Imbas Tarif Dagang

CEO Amazon Andy Jassy mengatakan, pihaknya berupaya agar dapat pertahankan harga di tengah perang tarif.

oleh Agustina Melani Diperbarui 11 Apr 2025, 07:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2025, 07:00 WIB
CEO Amazon: Harga Bakal Naik Imbas Tarif
CEO Amazon Web Services (AWS), Andy Jassy, pada saat gelaran AWS di Las Vegas, Amerika Serikat. (Liputan6.com/ Andina Librianty)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - CEO Amazon Andy Jassy menilai, pembeli di Amazon akan hadapi kenaikan harga seiring perang dagang global yang sedang berlangsung.

"Jaringan penjual pihak ketiga ritel daring itu akan meneruskan biaya itu. Tergantung negara tempat Anda berada, Anda tidak memiliki margin tambahan 50 persen yang dapat Anda manfaatkan,” ujar Andy menanggapi dampak tarif yang memengaruhi harga produk seperti dikutip dari CNN, ditulis Jumat (11/4/2205).

Pada Rabu, 9 April 2025, Presiden AS Donald Trump hentikan sementara apa yang disebut tarif timbal balik selama 90 hari. Tarif itu mengenakan pungutan yang besar antara 11 persen-50 persen kepada puluhan negara.

Namun, Trump tidak mundur dari perang dagang yang mengkhawatirkan dengan China, tempat asal banyak produk Amazon dan menaikkan tarifnya pada impor China menjadi 125 persen. Kemudian pada Kamis pekan ini, tarif balasan China sebesar 84 persen pada impor AS ke China mulai berlaku.

"Amazon melakukan segala yang kami bisa untuk mencoba dan mempertahankan harga seperti yang telah berlaku bagi pelanggan, serendah mungkin,” ujar dia.

Ia menuturkan, Perseroan telah melakukan beberapa pembelian inventaris strategis ke depan dan telah menegosiasikan ulang persyaratan dengan penjual sehingga pelanggan mendapatkan harga lebih rendah.

Sejauh ini, Jassy mengatakan perusahaan belum melihat perubahan dalam perilaku pelanggan dengan "cara yang berarti," hanya mengungkapkan Amazon telah memperhatikan beberapa "orang yang membeli lebih awal" serta mempertahankan kebiasaan pembelian mereka yang baru-baru ini dipicu oleh inflasi. "Pelanggan menjadi lebih berhati-hati dan kapan pun mereka dapat menurunkan harga, mereka melakukannya. Kapan pun mereka dapat menemukan barang murah, mereka melakukannya," kata dia.

Ini sangat kontras dengan pesaing terbesarnya, Walmart, yang menarik panduan keuangannya pada Rabu untuk kuartal tersebut karena ketidakpastian atas dampak tarif. Namun, pengecer tersebut mempertahankan penjualan selama kuartal tersebut akan tumbuh hingga 4% dan menegaskan kembali panduan penjualan dan laba setahun penuhnya. Saham Amazon (AMZN) turun 3% pada pembukaan Kamis pekan ini, mencerminkan aksi jual yang lebih besar di pasar.

Tarif Trump Buat China Melonjak jadi 125%, Negara Lain Ditunda 90 Hari

Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)
Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)... Selengkapnya

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu (9/4) kembali menaikkan tarif impor terhadap China menjadi 125%.

Mengutip CNBC International, Kamis (10/4/2025) Trump mengatakan dalam sebuah postingan media sosial bahwa ia menaikkan tarif pada impor dari China menjadi 125% dan akan "berlaku segera" 

China, yang merupakan mitra dagang terbesar ketiga AS sebelumnya mengatakan akan menaikkan tarifnya untuk impor dari AS menjadi 84%.

Selain itu, Trump juga menurunkan tarif baru untuk impor dari sebagian besar mitra dagang AS menjadi 10% selama 90 hari untuk memungkinkan negosiasi perdagangan dengan negara-negara tersebut.

75 Negara Negosiasi

Presiden AS mengatakan, lebih dari 75 Negara telah menghubungi pejabatnya untuk bernegosiasi setelah ia mengumumkan tarif impor baru minggu lalu.

"Yah, saya pikir orang-orang sedikit bertindak tidak semestinya," ujar Trump ketika ditanya kemudian tentang alasan menunda kenaikan tarif impor hingga 90 hari.

"Mereka mulai gelisah, Anda tahu, mereka mulai sedikit gelisah, sedikit takut," ucap Trump di Gedung Putih.

Dalam keterangan terpisah, Menteri Keuangan AS Scott Bessett mengklaim bahwa Trump bermaksud untuk menghentikan tarif luas yang diumumkan pekan lalu.

"Ini adalah strateginya selama ini," ucap Bessent di Gedung Putih.

Diwartakan sebelumnya, Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong buka suara terkait pengenaan tarif impor AS sebesar 10% terhadap negaranya oleh Amerika Serikat.

Dia menyebut, keputusan pengenaan tarif impor 10% oleh Presiden AS Donald Trump "bukan tindakan yang dilakukan seseorang terhadap seorang teman".

 

 

PM Singapura Protes Tarif Impor AS

Dalam pernyataannya di parlemen Singapura, Lawrence Wong juga mengatakan bahwa tarif baru yang luas bukanlah "reformasi" terhadap tatanan perdagangan global, tetapi penolakan terhadap sistem yang pernah diperjuangkan AS.

Menurutnya, jika bea masuk tersebut benar-benar timbal balik dan ditujukan pada negara-negara surplus perdagangan, tarif untuk Singapura seharusnya nol.

Selain itu, PM Lawrence Wong juga menilai bahwa tarif universal menandai titik balik yang mendalam dalam perdagangan global, menjauh dari globalisasi berbasis aturan dan menuju era yang lebih sewenang-wenang, proteksionis, dan berbahaya.

"Perasaan bahwa AS telah memberikan terlalu banyak dengan mengizinkan China bergabung dengan WTO; dan bahwa China bersaing secara tidak adil, misalnya, dengan memberikan subsidi besar-besaran kepada perusahaannya sendiri, memasang hambatan nontarif, dan membatasi akses pasar bagi perusahaan-perusahaan AS. Kekhawatiran ini harus ditangani dalam kerangka WTO," kata dia.

AS telah mencatat surplus perdagangan sebesar USD 2,8 miliar dengan Singapura pada tahun 2024, atau tumbuh 84,8 persen dari tahun sebelumnya, menurut data dari Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat.

Perdagangan dua arah juga meningkat menjadi USD 89,2 miliar selama periode tersebut.

Infografis Tarif Impor Ala Donald Trump.
Infografis Tarif Impor Ala Donald Trump. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya