Liputan6.com, Jakarta - Belum normalnya sambungan listrik di Jabodetabek berdampak juga pada kinerja pompa air milik Aetra Tangerang. Namun demikian layanan pasokan air ke pelanggan dipastikan berjalan normal.
Corporate Communication Manager PT Aetra Air Tangerang Ira Indirayuni mengatakan, untuk menyuplai ke ribuan sambungan air ke rumah-rumah pelanggannya, Aetra mengandalkan genset serta pasokan listrik PLN secara bergantian.
Advertisement
Baca Juga
"Genset yang dimiliki Aetra Tangerang mampu memberikan cadangan daya 100 persen untuk seluruh proses produksi dan distribusi air bagi pelanggan," tutur dia, Senin (5/8/2019).
Lanjutnya, genset tersebut tersedia di seluruh fasilitas Aetra Tangerang, yaitu pada Instalasi Pompa Sadap (Intake), Instalasi Pengolahan Air, dan Instalasi Pompa Tekan (booster pump). Berkat dioperasikannya genset tersebut, maka seluruh proses produksi dan distribusi air bagi pelanggan saat ini masih dapat berjalan dengan normal.
"Meski demikian, kami mengimbau kepada seluruh pelanggan agar dapat menampung air dan menggunakannya dengan hemat, setidaknya hingga suplai aliran listrik pulih kembali," tutur Ira.
Hal ini untuk meminimalkan potensi dampak gangguan yang mungkin dapat terjadi. Sebab, sambungan Aetra kurang lebih 73 ribu sambungan di wilayah Kabupaten Tangerang. Seperti Sepatan, Sepatan Timur, Cikupa, Balaraja, Pasar Kemis, Jayanti, Sukamulya, dan Sindang Jaya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Beri Kompensasi, PLN Bakal Gratiskan Pemakaian Listrik
PT PLN (Persero) menjanjikan adanya kompensasi untuk masyarakat yang mengalami listrik padam pada Minggu (5/8/2019). Kompensasi ini adalah dengan memberikan listrik gratis.
Pelaksana Tugas (Plt) Sripeni Inten Cahyani mengatakan, sesuai dengan peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 27 Tahun 2017 tentang standar mutu pelayanan, PLN akan memberikan kompensasi ke masyarakat atas listrik padam yang hampir terjadi di seluruh Jawa.
"Kompensasi kepada masyarakat sudah ada aturannya, Permen ESDM PLN komit melaksanakannya," kata Inten, di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Senin (5/8/2019).
Menurut Inten, untuk besaran insentif yang diberikan akan dihitung berdasarkan formula yang telah ditetapkan sesuai dengan lama listrik padam dan kelompok kWh pelanggan.
"Sudah ada formulasinya, kita ikuti saja. Ada hitunganya sekian jam kali sekian. KWH akan gratiskan itu tergantung kelompoknya," tuturnya.
Inten mengungkapkan, saat ini pihaknya sedang mendata pelanggan yang mengalami pemadaman listrik. Kompensasi diberikan dengan mengurangi tarif tagihan penggunaan listrik sesuai dengan hitungan masing-masing pelanggan.
"Dari area-area terdampak itu dihitung diformulasikan. Ini kemudian menjadi pengurang untuk tagihan berikutnya," ucapnya.
Advertisement
Pengusaha Rugi Triliunan Rupiah Akibat Mati Lampu
Padamnya listrik atau mati lampu hampir 8 jam pada Minggu (4/8/2019) kemarin mengakibatkan lumpuhnya berbagai aktivitas bisnis dan pelayanan publik di Jakarta. Hal ini dinilai sesuatu yang harus serius disikapi dan diantisipasi oleh pemerintah melalui PLN.
Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan, ketergantungan dunia usaha dan pelayanan publik terhadap listrik sangatlah besar.
"Oleh sebab itu, pelayanan PLN harus dievakuasi secara serius dan mendesak karena PLN adalan milik pemerintah," ujar dia di Jakarta, Senin (5/8/2019).
Menurut Sarman, kerugian yang dialami oleh pengusaha sangat besar akibat padamnya listrik. Selain itu, masalah ini juga berdampak pada banyaknya pesanan barang dan jasa yang tidak terlayani.
Industri Kecil Menengah (IKM) sangat terpukul dengan mati lampu yang cukup lama ini. seperti industri kuliner, konveksi, restoran, kafe, katering, transportasi online, SPBU, bengkel, mebel, dan usaha lainnya.
Sedangkah pelayanan publik di Jakarta hampir lumpuh, seperti MRT, Commuter Line, ATM, pelayanan pintu tol, jaringan komunikasi, pelayanan kesehatan dan lalu lintas akibat padamnya listrik.
"Kita agak sulit menghitung angka kerugian. Akan tetapi, jika dilihat dari banyaknya sektor usaha dan pelayanan publik yang terimbas, maka bisa mencapai triliunan rupiah. Kejadian ini juga akan berdampak pada ketidakpercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia jika kondisi pelayanan energi listrik seperti ini," ucap dia.