Mengaku Miliarder, Pria 28 Tahun Tipu 107 Orang dan Gasak Rp 84 Miliar

Pria ini tak hanya mengaku sebagai miliarder, tetapi mengklaim belajar di Universitas Oxford dan punya properti mewah.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 21 Nov 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2019, 21:00 WIB
Ilustrasi uang dolar
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Seattle - Kasus yang terjadi di Seattle, Amerika Serikat (AS) menjadi pelajaran agar tidak tertipu penipuan saham. Penipunya bisa saja tampan, berotot, kharismatik, elit, lihai berbicara, bahkan mengaku miliarder.

Keenan Gracey (28) menipu 107 korban, banyak dari mereka yang menggantungkan hidup pada investasi saham yang ditawarkan pria itu: uang pensiun dan uang tabungan untuk anak pun ikut digasak penipu. Penipuan berupa penjualan saham bodong ini dilakukan Gracey di negara bagian Washington dan California.

Dilansir Seattle Times, Grace mengaku sebagai miliarder dan belajar di Universitas Oxford. Si penipu juga menyewa mobil-mobil Lamborghini serta menyewa properti di Beverly Hills agar tampil menawan di hadapan korban.

Hasil penipuan saham yang ia lakukan mencapai USD 6 juta atau Rp 84 miliar (USD 1 = Rp 14.086). Salah satu korban menyebut Gracey sebagai seorang sosiopat.

"Ia seorang pria yang tak punya rasa bersalah dan penyesalan atas kehancuran yang ia sebabkan atau hal-hal yang telah ia lakukan," ujar seorang korban.

Gracey juga hobi berpose tanpa memakai baju di rumah mewah sewaannya. Foto-foto kemudian dikirim ke korban.

Ia juga mengajak korbannya ke hotel-hotel mewah, kadang ia mengaku sebagai salah satu pemilik hotel tersebut.

Tak hanya mengaku sebagai miliarder, Gracey tak segan mengaku punya koneksi ke kalangan elit. Jaksa penuntut umum berkata Gracey menyebut dirinya masih keluarga dari pendiri perusahaan besar seperti Bank Lloyds dan General Dynamics.

Korban dari miliarder abal-abal ini juga didorong meminjam uang dan mengajak keluarga teman-teman mereka agar ikut membeli saham bodong yang dijual Gracey.

Beberapa korban bahkan memakai tabungan pensiun mereka. Akibatnya, ada korban yang hubungan silaturahminya terputus dengan keluarga dan sahabat mereka karena kasus penipuan ini. Korban pun sampai ada yang berencana bunuh diri.

"Saya melibatkan keluarga saya, saya melibatkan teman-teman saya. Anda (Gracey) membuat saya merencanakan bunuh diri. Bukan lagi berpikiran... merencanakan!" ujar korban tersebut.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Mengarang Masa Lalu

Awas! Jangan Sampai Kamu Kena 4 Modus Penipuan Kartu Kredit Ini
Ilustrasi penipuan uang.

Dalam masa jayanya, Gracey mengaku sebagai aristokrat Inggris, memiliki banyak mansion, dan memiliki pengetahuan orang dalam soal saham-saham bernilai jutaan dolar. Ia pun mengaku mengenyam pendidikan di Universitas Oxford dan London School of Economics.

Kenyataannya, ia bahkan bukan orang Inggris. Ia adalah orang Kanada dan tidak pernah kuliah, sementara bapaknya bekerja di Boeing. Aksen British yang ia gunakan juga ternyata palsu. Penipuan ini dimulai pelaku sejak usianya 25 tahun.

Meski tak berpendidikan, pria ini mampu membodohi korbannya, yang berasal dari wilayah Washington dan California, dengan penipuan skema saham. Ia pun memahami berbagai konsep dan strategi finansial meski masih muda.

Contoh saham bodong yang ia jual adalah dari perusahaan bernama Fishytale. Perusahaan itu sungguh ada, namun Gracey mengaku sebagai anggota dewan direksi dan ia menjual saham perusahaan tersebut dengan harga lebih murah sebelum melantai di bursa (pre-public company shares).

Jika sudah melantai di bursa, Gracey berjanji nilai saham itu akan meroket. Padahal, perusahaan itu tak ada rencana menjual saham. Korban Gracey yang lain adalah pria yang juga mengajak ibunya untuk membeli saham.

"Sekarang ibu saya tidak memiliki apa-apa. Beliau tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan. Beliau umurnya 62 tahun," ujar salah satu korban.

Pria ini tampaknya benar-benar tak punya rasa bersalah. Pada bulan Mei 2018, regulator sekuritas Amerika Serikat (AS) mengendus penipuan yang terjadi, dan Gracey tetap menipu dengan identitas lain.

Alhasil, ia berhasil menggasak USD 2 juta. Barulah akhirnya ia diciduk pada akhir tahun 2018. Saat itu ia diduga sedang memprospek korban baru.

 

 

15 Tahun Penjara

Penjara
Ilustrasi: UU ITE menjerat banyak aktivis

Pengadilan berkata Gracey paham betul tindakan kriminal yang ia lakukan. Gracey menyalahkan tindakannya didorong oleh alkohol dan ego yang mengambil alih hidupnya.

"Kamu menjadi budak akan hal tersebut jika kamu tidak bisa melawan dorongan itu," ujar Gracey yang meminta maaf pada korban di ruang pengadilan.

Pihak pengadilan pun ogah menerima argumen seperti itu. Hakim Kepala Distrik AS Ricard Martinez malah menambah hukuman bagi Gracey setelah mendengar cerita korban di ruang pengadilan.

Korban lainnya adalah wanita paruh baya yang putranya mengalami disabilitas.

"Uang yang kamu habiskan untuk gaya hidup mewahmu adalah uang yang harusnya dipakai untuk menjaga keadaan putra kami. Hal ini harusnya memberikan kedamaian bagi pikiran keluarga saya. Kedamaian itu kini diganti dengan rasa takut," ujarnya.

Hakim pun menjatuhkan hukuman 15 tahun penjara. Dua tahun lebih lama dari tuntutan jaksa.

"Pria ini memahami apa yang ia lakukan selama ini. Kamu mencuri lebih banyak dari uang. Kamu mencuri kepercayaan mereka. Kamu mencuri masa depan mereka. Kamu selamanya mengubah masa depan anak-anak mereka. Untuk apa semua itu? Untuk memberi makan sebuah ego yang terlalu besar," ujar Hakim Martinez sebelum mengetuk palu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya