Pebisnis Indonesia Optimis Keuntungan Usaha Bakal Melonjak di 2020

Iklim bisnis dalam negeri yang cukup kondusif setelah pelantikan presiden serta pengumuman kabinet pemerintahan baru.

oleh Athika Rahma diperbarui 29 Des 2019, 18:45 WIB
Diterbitkan 29 Des 2019, 18:45 WIB
Fantastis, 10 Perusahaan Ini Beri Gaji Selangit untuk Anak Magang
Ilustrasi bekerja (pixabay.com)

Liputan6.com, Jakarta - Grant Thornton Indonesia menutup akhir tahun dengan menyajikan laporan International Business Report (IBR) untuk semester II 2019. Laporan kali ini mencatat lonjakan ekspektasi pelaku bisnis Indonesia atas keuntungan usaha yang mencapai 84 persen dari survei periode sebelumnya di 70 persen.

Angka tersebut juga tercatat merupakan rekor tertinggi dari survei-survei IBR sebelumnya, serta jauh lebih tinggi dari angka rata-rata ASEAN dan Asia Pasifik yang masing-masing ada di angka 69 persen dan 54 persen.

Iklim bisnis dalam negeri yang cukup kondusif setelah pelantikan presiden serta pengumuman kabinet pemerintahan baru tampaknya mendorong keyakinan pelaku bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dalam 12 bulan kedepan.

Tren positif tersebut juga diikuti dengan meningkatnya ekspektasi pendapatan pelaku bisnis Indonesia sebanyak 2 poin dari 85% pada laporan di periode sebelumnya menjadi 87 persen di periode kali ini.

 

“Ekspektasi pendapatan maupun keuntungan usaha yang positif melanjutkan tren kenaikan dari laporan di periode sebelumnya, hal tersebut menunjukkan signal positif dari market atas perkiraan iklim usaha yang kondusif untuk 12 bulan kedepan," ungkap Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (29/12/2019).

Optimisme pelaku bisnis Indonesia juga menempati posisi tertinggi kedua secara global setelah Vietnam dan berada di level 78 persen, jauh di atas rata-rata negara Asia Pasifik dan ASEAN yang masing-masing berada di level 56 persen dan 59 persen.

Dalam hal kendala utama potensial untuk bisnis selama 12 bulan ke depan, ketidakpastian global ekonomi adalah yang paling sering dikutip oleh responden dengan 44 persen menyoroti sebagai risiko utama, karena memberikan pengaruh yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi di dalam negeri. Namun, angka tersebut turun dari 55 persen di H2 2018.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sejalan dengan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

20161107-Ekonomi-RI-Jakarta-AY
Suasana gedung bertingkat nampak dari atas di kawasan Jakarta, Senin (7/11). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III 2016 mencapai 5,02 persen (year on year). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sekitar sepertiga dari perusahaan juga mengidentifikasi kekurangan keterampilan dan biaya tenaga kerja sebagai kendala potensial, meskipun demikian angka tersebut masih berada di bawah rata-rata ASEAN dan Global serta telah turun jika dibandingkan survei di periode sebelumnya semester awal 2019.

Berbagai respon positif yang ditunjukkan pelaku usaha dari sisi optimisme bisnis serta harapan atas pendapatan dan keuntungan ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi atau gross domestic product (GDP) Indonesia tahun ini yang diperkirakan naik menjadi 5,2 persen.

“Indikator makro positif dan antusiasme dari sisi pelaku usaha adalah resep untuk optimisme bisnis yang akan berimbas positif terhadap pasar, hal tersebut menjadikan Indonesia salah satu negara dengan kemungkinan pertumbuhan ekonomi terbesar di tahun depan,” pungkas Johanna.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya