Uni Emirat Arab Bakal Teken Investasi di Proyek Kilang dan Pembangkit Listrik

Beberapa proyek besar yang dikerjasamakan di sektor energi lainnya yakni Adnoc untuk proyek kilang di Balongan, Mubadalah untuk kilang di Balikpapan, Masdar dan PLN untuk proyek di Cirata.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Jan 2020, 20:15 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2020, 20:15 WIB
20160114-Melihat Pusat Minyak Mentah Pertamax di Indramayu
Petugas PT. Pertamina (Persero) melintas Refinery Unit (RU) atau kilang VI Balongan di Indramayu, Jawa Barat, (14/1). RU VI Balongan merupakan tumpuan produksi BBM jenis Pertamax Series milik PT. Pertamina (Persero). (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Indonesia untuk Uni Emirat Arab (UEA) Husin Bugis mengatakan jumlah proyek investasi yang ditawarkan Pemerintah Indonesia ke Uni Emirat Arab senilai USD 18,8 miliar. Namun, sampai hari ini investasi yang akan diberikan senilai USD 3,8 miliar.

"Total proyek 18,8 miliar dolar, tapi bagiannya mereka tuh kurang lebih 3,8 miliar dolar," kata Husin usai mengikuti rapat persiapan Kerja Sama Investasi United Arab Emirates di Kantor Menko Maritim dan Investasi, Selasa (7/1).

Husin merincikan proyek yang bakal ditandatangani Presiden Jokowi pekan depan di UEA. Misalnya proyek di pelabuhan dengan PT Maspion dengan total proyek USD 1,2 miliar.

Namun tahap pertama hanya akan dikucurkan USD 325 juta. Sementara sisa investasi proyek yang ditawarkan ke UEA akan ditawarkan juga ke Amerika dan Jepang.

Beberapa proyek besar yang dikerjasamakan di sektor energi lainnya yakni Adnoc untuk proyek kilang di Balongan, Mubadalah untuk kilang di Balikpapan, Masdar dan PLN untuk proyek di Cirata.

"Ini sudah termasuk yang BUMN dan swasta. Jadi gak cuman BUMN aja, tapi swasta juga," tambahnya.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Proyek Lain yang Dikerjasamakan

20151113-Ilustrasi Investasi
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Sementara proyek yang dikerjakan dengan Inalum terkait meningkatkan kapasitas dan teknologi di Sumatera Utara. Lalu kemudian pindah ke Kalimantan Utara. UEA akan membuat project studi karena ada sungai.

"Kalau yang di Sumut peningkatan kapasitas dan teknologi, tapi grand investnya di Kaltara," ujarnya.

Mereka akan mencoba membuat hydropower karena biayanya lebih murah. Sebab, jika membuat smelter itu akan membutuhkan dana lebih. Sehingga mereka memilih membuat listrik lebih murah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya