ITDC Perlu Suntikan Modal Pemerintah Buat Kembangkan Bali Baru

Pemerintah saat ini tengah mengembangkan 5 KSPN Super Prioritas sebagai Bali Baru, antara lain Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 04 Feb 2020, 14:30 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2020, 14:30 WIB
Pulau Padar
Butuh waktu sekitar 4 jam dengan Kapal Pinisi dari Labuan Bajo untuk sampai ke Pulau Padar. (Amal/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) menyatakan, pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas butuh suntikan dana dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN).

Seperti diketahui, pemerintah saat ini tengah mengembangkan 5 KSPN Super Prioritas sebagai Bali Baru, antara lain Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang. Pengembangan kelima destinasi tersebut ditargetkan selesai akhir 2020 ini.

"Tapi itu perlu dukungan, support dalam percepatan pembangunan destinasi prioritas, yaitu dalam hal membangun infrastrukturnya," ujar Direktur Utama ITDC Abdul Abdulbar M Mansoer dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Selasa (4/2/2020).

Abdul kemudian mencontohkan pembangunan infrastruktur di Mandalika, Lombok dan Labuan Bajo di NTT yang tergolong sulit, utamanya dari sisi biaya.

"Karena yang paling berat dari membangun Mandalika dan Labuan Bajo itu diawal di infrastrukturnya. Mandalika bisa Rp 5 triliun lebih, Labuan Bajo Rp 3 triliun lebih, dan ini dibutuhkan suatu terobosan. Salah satunya dengan penambahan PMN yang disampaikan kepada BUMN," pintanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kinerja Keuangan Tertekan

Labuan Bajo
Pemandangan Labuan Bajo dari atas Bukit Cinta (Liputan6.com/Ola Keda)

Di sisi lain, Abdul mengatakan kinerja keuangan perseroan semakin tertekan lantaran mengerjakan penugasan pengembangan destinasi wisata, terutama di Mandalika.

Secara tren, laba bersih perseroan juga terus mengalami penurunan, dimana pada 2015 keuntungan yang didapat sebesar Rp 87 miliar, 2016 Rp 80 miliar, 2017 Rp 63 miliar, 2018 Rp 73 miliar, dan 2019 menjadi Rp 53 miliar.

"Aset dan revenue naik, tapi laba bersih tidak karena kami emban tugas besar untuk pengembangan Mandalika. Kami juga curahkan banyak resources, baik dari human maupun konstruksi, sehingga laba bersih tertekan dalam dua tahun terkahir," jelasnya.

Menurutnya, ITDC bisa saja mendorong kenaikan laba bersih jika tak mendapat penugasan untuk membangun Mandalika. "Kalau kami tidak membangun Mandalika, kemungkinan bisa kami pertahankan. Kami sadar performa perusahan akan terpengaruh dari investasi tersebut," tukasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya