Bank Dunia Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global Terkoreksi Imbas Virus Corona

Bank dunia menyatakan virus corona telah mengubah prediksi mereka tentang pertumbuhan ekonomi global.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 06 Feb 2020, 14:16 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2020, 14:16 WIB
Ilustrasi Bank Dunia
Ilustrasi Bank Dunia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta Bank Dunia merevisi perkiraan pertumbuhan global akibat Virus Corona. Koreksi dipicu kekhawatiran epidemi yang terjadi di China dapat mengganggu rantai pasokan global.

Bulan lalu, Bank Dunia memperkirakan adanya kenaikan pertumbuhan global pada tahun ini. Setelah meredanya perang dagang antara AS dan China, yang mengakibatkan penurunan pada 2019.

Namun Presiden Bank Dunia David Malpass memperingatkan bahwa virus yang telah menewaskan ratusan orang di China dan menutup bisnis serta perbatasan dapat mematahkan perkiraan tersebut.

"Ada sedikit perubahan perkiraan untuk setidaknya di awal 2020, sebagian karena Cina, sebagian karena rantai pasokan," kata Malpass, seperti mengutip laman AFP.

"Banyak barang-barang dari China yang dikirim ke seluruh dunia mengunakan pesawat yang mengangkut penumpang," kata Malpass.

Tetapi karena maskapai di seluruh dunia telah menangguhkan penerbangan ke dan dari Cina serta beberapa negara tetangga telah menutup perbatasan.

"Anda perlu menyesuaikan rantai pasokan untuk mendapatkan barang agar perekonomian dunia tetap bisa beroperasi" ungkapnya.

Bank Dunia memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh menjadi 2,5 persen tahun ini dari 2,4 persen pada tahun lalu.

Malpass sedang mendiskusikan prospek ekonomi dengan Janet Yellen, mantan ketua Federal Reserve AS, yang setuju virus itu akan mengganggu laju pertumbuhan.

Virus corona tampaknya jelas akan memiliki dampak signifikan setidaknya selama seperempat atau dua, pada China dan memberikan dampak ekonomi yang pasti akan menyerang ekonomi global, kata Yellen.

Pada hari Senin, Bank Dunia menghimbau negara-negara di seluruh dunia untuk memperkuat "sistem pengawasan dan respons kesehatan" mereka, serta mengamati sumber daya dan keahlian apa yang dapat dikontribusikan untuk mengatasi wabah virus corona.

Virus ini telah menewaskan sedikitnya 425 orang di Cina, lebih banyak dari korban akibat wabah Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) sebanyak 349 jiwa pada tahun 2002-2003 dan terhitung menewaskan hampir 800 orang di seluruh dunia.

Saksikan video di bawah ini:

Begini Prediksi Bank Dunia tentang Kondisi Ekonomi Global di 2020

Ekonomi dunia ilustrasi (foto: pixabay)
Ekonomi dunia ilustrasi (foto: pixabay)

Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi global sedikit membaik pada tahun ini dibandingkan 2019, yang kinerjanya melemah. Ekonomi dunia diprediksi tumbuh 2,5 persen, naik  tipis dari tahun lalu sebesar 2,4 persen.

Melansir laman BBC, Kamis (9/1/2020), pertumbuhan seiring pulihnya perekonomian yang diharapkan terjadi pada beberapa negara berkembang yang mengalami kesulitan di 2019.

Namun, kondisi ini masih dibayangi pertumbuhan yang melambat di Amerika serikat dan beberapa negara berkembang lainnya.

Pertumbuhan ekonomi pada 2019, merupakan yang paling lambat sejak terjadinya krisis keuangan. Prediksi angka moderat pada tahun ini masih karena ketidakpastian global.

Perubahan masih tergantung pada perbaikan di beberapa negara berkembang. Seperti ekonomi India, diprediksi pulih usai melambat dibandingkan tahun lalu. Ekonomi Brazil juga diprediksi tumbuh lebih kuat.

Pertumbuhan ekonomi di Meksiko dan Turki juga diprediksi membaik usai mencatatkan pertumbuhan di 2019. Ekonomi Argentina akan terus berkontraksi lebih lambat daripada dalam dua tahun terakhir.

Perkiraan Bank Dunia juga menyebutkan jika kegiatan ekonomi di Iran akan menurun tahun ini. Pertumbuhan baru terjadi pada tahun 2021. Kalaupun prediksi itu tidak terjadi, maka ekonomi Iran bisa membaik. Namun ketegangan politik dan kekerasan yang telah meletus dalam beberapa hari terakhir ini dapat dengan mudah merusaknya.

Bank Dunia memperingatkan risiko terhadap kondisi ini. Iran menjadi pengingat jika konflik di Timur Tengah berbahaya karena selalu  memberikan konsekuensi ekonomi. Perlu diketahui jika laporan Bank Dunia ditulis sebelum peristiwa konflik Iran dan AS terjadi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya