Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat (AS) dan China kembali mengirim sinyal yang saling bertentangan terkait negosiasi tarif, memperkeruh ketidakpastian seputar perang dagang yang dikhawatirkan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
Presiden AS Donald Trump dalam wawancaranya dengan majalah TIME pada Jumat (waktu setempat) menyatakan negosiasi tarif dengan China sedang berlangsung. Ia bahkan mengklaim Presiden China Xi Jinping telah meneleponnya. Pernyataan ini kembali ia tegaskan kepada wartawan sebelum berangkat ke Roma untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus.
Advertisement
Baca Juga
Namun, pernyataan Trump langsung dibantah oleh Kementerian Luar Negeri China yang menyatakan, China dan AS tidak sedang melakukan konsultasi atau negosiasi soal tarif. Pernyataan ini dipublikasikan melalui akun resmi Kedutaan Besar China di AS. China juga menambahkan bahwa AS seharusnya berhenti menciptakan kebingungan.
Advertisement
Berbicara dari pesawat kepresidenan Air Force One, Trump mengatakan membuka akses pasar China untuk produk AS akan menjadi kemenangan besar, dan tarif dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai itu.
"Bebaskan China. Biarkan kami masuk dan bekerja di China.Itu akan luar biasa, tapi saya bahkan belum yakin akan memintanya karena mereka tidak mau pasarnya terbuka," ujar Trump, dikutip dari Yahoo Finance, Sabtu (26/4/2025).
Sementara itu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan pada Sabtu, pihaknya tetap mematuhi aturan internasional terkait tarif dari AS dan akan mencari dukungan dari negara lain. Ia mengkritik negara-negara tertentu yang mengutamakan kepentingan sendiri, menggunakan tekanan dan transaksi koersif, serta memicu perang dagang tanpa alasan yang sah.
Â
Menambah Ketidakpastian
Pernyataan yang saling bertentangan ini menambah ketidakpastian atas arah kebijakan tarif Trump, yang sejak kembali menjabat Januari lalu, telah memicu kekhawatiran negara-negara lain yang kini berlomba-lomba menjalin kesepakatan dagang untuk menghindari beban tarif impor yang besar.
Tim negosiator Trump pekan ini mengadakan berbagai pembicaraan cepat dengan pejabat asing yang hadir di Washington dalam rangka pertemuan musim semi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.
Meskipun Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut ada tanda-tanda kemajuan cepat, beberapa mitra dagang tetap berhati-hati. Menteri Keuangan Irlandia Paschal Donohoe mengatakan bahwa pertemuan tersebut menegaskan kembali risiko nyata terhadap lapangan kerja, pertumbuhan, dan standar hidup global akibat tarif.
“Saya pulang dari pertemuan ini dengan kesadaran penuh tentang apa yang sedang dipertaruhkan... Ini mengingatkan saya bahwa dalam minggu dan bulan ke depan, kita tidak boleh menyisakan satu batu pun yang tidak dibalik untuk mengurangi ketidakpastian ini," kata dia.
Â
Advertisement
Tanda-Tanda Reda Ketegangan
Meskipun belum ada kejelasan soal kesepakatan tarif menjelang tenggat waktu awal Juli, sejumlah sinyal peredaan mulai terlihat. China telah membebaskan beberapa produk AS dari tarif balasan yang tinggi, termasuk sejumlah obat-obatan buatan AS yang kini dapat masuk tanpa dikenakan bea masuk sebesar 125%. Ini merupakan respons terhadap tarif 145% yang diberlakukan Trump atas produk China awal bulan ini.
Beredar pula daftar 131 kategori produk yang sedang dipertimbangkan untuk pengecualian tarif, termasuk vaksin, bahan kimia, dan mesin jet. Namun, daftar ini belum diverifikasi dan belum diumumkan secara resmi oleh China.
Pemerintahan Trump juga mulai memberi sinyal ingin menurunkan tensi dengan China. Menurut Bessent, kedua pihak menyadari bahwa situasi saat ini tidak dapat dipertahankan.
Trump juga mengatakan kepada wartawan bahwa ia hampir mencapai kesepakatan perdagangan dengan Jepang. Kesepakatan ini dipandang sebagai ujian untuk kesepakatan bilateral lainnya. Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba dan Trump diperkirakan akan mengumumkan perjanjian tersebut pada KTT G7 di Kanada bulan Juni mendatang.
Â
Trump Sebut Telah Buat 200 Kesepakatan
Dalam wawancaranya dengan TIME, Trump menyatakan telah membuat 200 kesepakatan yang akan diselesaikan dalam 3-4 minggu, meski tidak memberikan rincian. Ia menganggap jika tarif masih berada di kisaran 20%-50% tahun depan, itu akan menjadi 'kemenangan total'.
Trump berpendapat tarif-tarif tersebut dapat menghidupkan kembali industri manufaktur AS yang selama ini tergerus oleh kompetisi global. Namun, para ekonom memperingatkan bahwa kebijakan ini justru bisa menyebabkan harga barang naik bagi konsumen AS dan meningkatkan risiko resesi.
Meski saham AS mengalami kenaikan mingguan, indeks masih turun sekitar 10% sejak Trump kembali menjabat. Sementara itu, nilai dolar juga melemah tajam. Di sisi lain, bursa saham Eropa dan Asia mencatatkan kenaikan dua pekan berturut-turut, dan dolar AS mengincar kenaikan mingguan pertama dalam lebih dari sebulan, karena investor berharap adanya pelonggaran dari perang dagang.
Selain tarif khusus antarnegara, Trump juga telah menerapkan tarif umum sebesar 10% untuk seluruh impor AS, serta tarif lebih tinggi untuk baja, aluminium, dan mobil. Ia juga tengah mempertimbangkan tarif tambahan untuk sektor farmasi dan semikonduktor, yang menurut perkiraan industri, dapat menyebabkan harga obat di AS naik hingga 12,9%.
Advertisement
Jadi Sorotan IMF
Kebijakan tarif Trump mendominasi pembahasan dalam pertemuan IMF pekan ini, dengan para menteri keuangan negara lain berlomba mengatur pertemuan satu lawan satu dengan Menteri Keuangan AS.
Bessent menyebut pembicaraan awal dengan Korea Selatan pada Kamis 'sangat sukses, yang oleh Seoul disebut sebagai awal yang baik. Diskusi lanjutan dijadwalkan minggu depan. Swiss juga menyatakan puas dengan pertemuan awal mereka dengan Bessent.
Kantor Perdagangan AS menyebut pihaknya terus berinteraksi dengan Jepang dan negara lain, tetapi keputusan akhir tetap ada di tangan Trump. Meski begitu, belum terlihat kemajuan nyata dengan negara-negara lain, meskipun Kepala IMF Kristalina Georgieva pekan ini telah memperingatkan bahwa kebijakan tarif ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global secara serius.
