Pemerintah Bakal Sambung Infrastuktur Gas dan Listrik di 3 Pulau

Saat ini pembangunan infrastruktur gas dan listrik diutamakan di beberapa daerah dengan kebutuhan energi yang lebih besar

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Feb 2020, 19:15 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2020, 19:15 WIB
Arifin Tasrif
Menteri ESDM Arifin Tasrif (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Liputan6.com, Jakarta
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan telah membahas  infrastruktur jaringan gas, transmisi listrik dan gardu dengan Kementerian PUPR. 
 
Rencananya pembangunan infrastruktur akan dilakukan di wilayah Sumatera, Jawa dan Sulawesi. 
 
"Wilayah Sumatera, Jawa, Sulawesi, supaya tersambung," kata Arifin Tasrif di Kementerian PUPR, Jakarta Selatan, Jumat (7/2/2020).
 
Saat ini pihaknya tengah melakukan perencanaan. Arifin menyebut proses perencanaan hingga eksekusi selesai dalam 2 tahun. "2 tahun lah mudah-mudahan, 2022 (selesai)," katanya. 
 
Saat ini pembangunan infrastruktur gas dan listrik diutamakan di beberapa daerah dengan kebutuhan energi yang lebih besar.
 
Sementara untuk daerah dia akan mendorong elektrifikasi dengan menggunakan sumber energi terdekat. "Daerah yang jauh-jauh pakai elektrifikasi," ucapnya.
 
Salah satunya mendorong penggunaan energi terbarukan.  "Pakai sumber yang memang bisa terbarukan," singkat Arifin. 
 
Reporter: Anisyah Alfaqir
 
Sumber: Merdeka.com
 
 
 
 
 
 

Virus Corona Belum Berdampak ke Penurunan Permintaan Gas dari China

Gas Bumi
Ilustrasi Foto Gas Bumi (iStockphoto)

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan bahwa wabah Virus Corona belum mempengaruhi permintaan gas dari China. Iklim investasi migas pun masih belum terdampak.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, pihaknya belum mendapat pembatalan permintaan gas dari China akibat penurunan aktivitas ekonomi yang disebabkan wabah Virus Corona.

"Belum ada laporan, belum ada, kita belum ada gerakan curtailment‎ (pembatalan pembelian gas)," kata Dwi, di Kantor Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Kamis (6/2/2020).

Jika ada pembatalan pembelian gas,‎ maka gas yang sudah dibeli akan dijual kembali di pasar. Sedangkan pembeli yang membatalkan akan dikenakan sanksi take or pay.

Pembatalan pembelian gas juga akan membuat stok menumpuk, sehingga produsen gas terpaksa harus menurunkan produksinya.

"Akhirnya barangkali larinya kepada penurunan produksi atau lifting. Tetapi mereka terikat dengan take or pay‎," ujarnya.

Dwi melanjutkan, jika terjadi penurunan permintaan dari China akibat wabah Virus Corona, maka jumlah gas di pasar akan lebih banyak dari permintaan. Kondisi ini membuat harga gas di pa‎sar mengalami penurunan yang berujung pada penurunan investasi pada sektor migas.

"Kalau terjadi penurunan permintaan di China dampaknya terhadap masalah harga. Kalau harga turun kaitannya investasi di oil and gas," tutur Dwi.

M‎enurut Dwi, saat ini investasi hulu migas belum terpengaruh penyebaran wabah Virus Corona. Pasalnya, harga minyak dunia masih stabil.

"Cuma nanti kalau mengenai harga kalau harga minyak dunia turun itu kan sampai pada level di bawah USD 40 per barel, itu kan pasti berdampak orang berinvestasi," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya